Minggu, 19 Desember 2010

KOMUNIKASI

KOMUNIKASI


Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


Dosen Pembimbing :

Drs. H. Sofwan Manaf M.Si







DISUSUN OLEH :

Fatimatuzzahro

Prita Delita

Tiam Astuti



PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH

JAKARTA SELATAN

2010




BAB I

PENDAHULUAN


Komunikasi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi tidak dapat terlepas dari diri kita karena dengan komunikasi hidup akan lebih mudah. Dalam satu organisasi atau pun dalam sebuah manajemen sangat dibutuhkan komunikasi. Karena kalau tidak ada sebuah komunikasi dalam organisasi maka tidak akan berhasil dengan baik.

Komunikasi merupakan cara atau alat untuk menghubungkan satu atau dua orang lebih dalam sebuah organisasi. Walaupun terdapat banyak hambatan namun komunikasi sangat dibutuhkan dalam menjalan sebuah organisasi karena ini adalah sebagai penghubung antara atasan dengan bawahan.



BAB II

PEMBAHASAN


  1. Arti Komunikasi

Komunikasi adalah suatu tingkahlaku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan.

Proses komunikasi adalah langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.

Model proses komunikasi dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Proses komunikasi

Pesan pesan pesan pesan

sumber pengkodean saluran pengkodean penerima umpan balik









Keterangan:

Unsur-unsur dalam proses konikasi:

Sumber: sumber merupakan komunikator yaitu seseorang yang mempunyai gagasan, informasi, maksud dan tujuan berkomunikasi.

Pesan: merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya apa yang dikomunikasikan.

Pengkodean: adalah suatu proses mengubah suatu pesan komunikasi menjadi bentuk simbol. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode yaitu: sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya.

Saluran: suatu medium dapat lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan.

Pengkodean/penguraian simbol: adalah penerjemah-ulang pesan komunikasi seorang pengirim.

Penerima: seseorang yang menerima dan mengurai gagasan informasi, maksud dan tujuan komunikasi.

Umpan balik: adalah tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan ke dalam sistem guna memeriksa kesalah-pahaman.

  1. Hambatan dalam komunikasi

Beberapa hambatan bagi komunikasi yang efektif yaitu: kerangka acuan, menyimak secara efektif, kata putus nilai (value judgement), kredibilitas sumber, masalah sematik, penyaringan, bahasa kelompok, perbedaan status, tekanan waktu, dan beban layak (overload).1 Hal-hal tersebut dapat juga disebut sebagai sumber kegaduhan, hal ini dapat muncul baik dalam komunikasi organisasi maupun komunikasi antar pribadi.



Keterangan:

Kerangka acuan: kerangka acuan ini menyangkut bidang pengalaman baik komunikator maupun penerima, jika pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menjadi efektif. Hal yang penting disini adalah bahwa komunikator dengan pengalamannya dapat mengemas dalam kode sedemikian rupa sehingga si penerima dapat menerima dan mengurai kode.

Menyimak selektif: adalah merupakan bentuk persepsi yang selektif di mana hal ini cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi itu bertentangan dengan apa yang diyakininya. Dengan kata lain jika hanya menyimak hal-hal yang ingin didengar maka akan merasa kecewa.

Kata putus nilai: pada dasarnya menyangkut penilaian menyeluruh atas sebuah pesan sebelum menerima keseluruhan komunikasi. Kata putus nilai dapat didasarkan atas komunikator atau pengalamannya dengan komunikator sebelumnya, atau atas arti pesan yang sudah diduga sebelumnya.

Kredibilitas sumber: kredibilitas sumber berpangkal pada kepercayaan, keyakinan, dan pengakuan penerima terhadap perkataan dan tindakan komunikator.

Masalah sematik: berkaitan dengan kata-kata dan ungkapan atau teknik abstrak. Misal istilah ”telaah biaya-maslahat” (cost benefit analysis) akan mempunyai arti bagi orang-orang yang berurusan dengan administrasi tetapi bagi seorang dokter kurang mempunyai arti.

Penyaringan: biasanya terjadi dalam komunikasi ke atas dalam suatu organisasi. Istilah ini mengacu pada ”manipulasi” informasi sehingga penerima memandang sebagai hal yang positif. Bawahan menutup-nutupi informasi yang kurang disukai atasan.

Bahasa kelompok: kata-kata atau kalimat yang sebenarnya hanyalah menggambarkan prosedur yang sangat sederhana.

Perbedaan status: perbedaan status sering dipandang sebagai ancaman oleh orangorang di tingkat hierarki yang lebih rendah, dan ini dapat mencegah atau menimbulkan distorsi dalam komunikasi.

Tekanan waktu (Time pressure): manajer merasa tidak punya waktu untuk sering berkomunikasi dengan bawahannya, akibatnya timbul jalan pintas (short-circuit-ing) yaitu merupakan kegagalan dalam komunikasi secara normal.

Beban layak komunikasi (comunication overload): para manajer sering merasa kebanjiran informasi dan data yang tersedia bagi mereka akibatnya tidak dapat menyerap atau menanggapi semua pesan yang ditujukan bagi mereka dengan baik. ”Kelebihan” tidak selalu berarti ”lebih baik”.


  1. Manajemen Konflik

    1. Melakukan tindak lanjut

    2. Mengatur arus informasi

    3. Memanfaatkan balikan

    4. Empati

    5. Pengulangan

    6. Mendorong tercapainya rasa saling percaya

    7. Penentuan waktu yang efektif

    8. Menyederhanakan bahasa

    9. Menyimak secara seksama

    10. Memakai Grapevine (saluran terpenting dalam komunikasi).2


  1. Komunikasi inter personal dan non verbal

Komunikasi antar pribadi (interpersonal) adalah komunikasi yang mengalir di antara para individu secara langsung dan dalam kelompok dan merupakan pengaruh penting atas perilaku antar pribadi.

Komunikasi non verbal adalah pesan yang dihantar lewat gerakan tubuh, intonasi atau tekanan kepada kata-kata, air muka, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima. Untuk itu diperlukan sebuah kinesika. Kinesika adalah studi yang merujuk pada gerak tubuh.


Referensi:

Robbins, G James dan Barbara S. Jones. 1995. Komunikasi yang efektif: Untuk pemimpin, pejabat dan usahawan.Jakarta. CV. Pedoman Ilmu Jaya.

FX. Suwarto, Drs., MS. 1999. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta. Universitas Atmajaya.








1 Drs. FX. Suwarto, MS. Perilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999). Hlm.172.

2 Ibid. 175

KEUANGAN

KEUANGAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing:
Drs. H. Sofwan Manaf, M. Si.



DISUSUN OLEH:
FATIMATUZZAHRO
0308376

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA SELATAN
2010
KEUANGAN

A. Alokasi Dana
Menurut Nanang Fattah anggaran ini merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Anggaran juga dapat dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu dalam ukuran finansial. Karakteristik anggaran memiliki 2 sisi, yaitu sisi penerimaan dan pengeluaran. Fungsi anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian manajemen, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Sedangkan fungsi anggaran menurut Deddy Nordiawan ialah sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan, alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kerja, alat motivasi.

B. Pengawasan
Pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Pertanyaan pokok yang berkaitan dengan pengawasan anggaran adalah seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Prosedur pengawasan terdiri dari 3 kegiatan pokok:
1. Memantau (monitoring),
2. Menilai (evaluating),
3. Melaporkan hasil temuan (reporting).
Sedangkan sasaran pemeriksaan (audit) adalah:
1. Pemeriksaan kas; salah satu kegiatan pada pemeriksaan keuangan dan ketaatan ada peraturannya (financial audit), yaitu pemeriksaan kas. Pemeriksaan kas ini dimaksudkan untuk menguji kebenaran jumlah uang yang ada dengan membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada melalui catatannya.
2. Pemeriksaan pengurusan barang; pemeriksaan barang dilakukan terhadap seluruh persediaan barang yang ada. Pemeriksaan barang sifatnya lebih kompleks daripada pemeriksaan kas, karena bukan saja banyaknya jenis barang yang ada dengan barang yang seharusnya ada. Demikian juga dilakukan pemeriksaan terhadap cara-cara penyimpanannya.
3. Tuntutan ganti rugi; dengan diadakannya pengawasan pada pengurusan uang atau barang dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan berturut-turut memperlihatkan administrasi yang diteliti dari rasa tanggung jawab bendaharawan pemegang kas atau bendaharawan materiel yang dapat diuji.
b. Pemeriksaan menimbulkan persangkaan ketidakwajaran terhadap hal yang masih diperlukan penyelidikan dapat tidaknya bendaharawan disalahkan.
c. Pemeriksaan menimbulkan dugaan keras adanya pelanggaran umum.
Bendaharawan dapat dituntut untuk mengganti kerugian berdasarkan pasal 77 ICW, sedangkan pengawasan dapat dituntut juga berdasarkan pasal 74 ICW.
4. Pemeriksaan anggaran pre-audit; pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh akuntan dengan istilah internal control (pengendalian item) yang meliputi rencana organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam suatu kantor untuk mengamankan harta kekayaan, menguji ketetapan dan sampai berapa jauh data dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaati kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.


C. Pertanggungjawaban
Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menjalankan suatu tugas kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa jadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang ataupun lebih dari yang dianggarkan. Hal ini dapat terjadi disebabkan:
1. Adanya efisiensi atau inefisiensi pengeluaran;
2. Terjadinya penghematan atau pemborosan;
3. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan;
4. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi;
5. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.
Semua pengeluaran keuangan sekolah dari sumber manapu harus dipertanggungjawabkan, hal tersebut merupakan bentuk transparasi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian prinsip transparasi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan, ialah:
a. Pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite sekolah untuk dicocokkan dengan RAPBS;
b. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada;
c. Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan dan bukti pengeluaran lain;
d. Neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh tim pertanggungjawaban keuangan dari komite sekolah.


REFERENSI


Fattah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

http://www.ahmadfaisal2.blogspot.com
http://www.supeksa.wordpress.com


Selasa, 14 Desember 2010

MANAJEMEN

Manajemen

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MLPI

Dosen:

Bpk. Drs. H. Sofwan Manaf, M.Si


Disusun Oleh:

Prita Delita

Fatimatuzzahro

Tiam Astuti

PROGRAM STUDI

KEPENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH

JAKARTA

2010



Manajemen

A. Pengertian dan Pentingnya Studi Manajemen

Manajemen berasal dari Bahasa Inggris Management. Dalam Bahasa Indonesia, manajemen mempunyai beberapa pengertian antara lain:

1. Pemimpin

2. Pengurus, atau kepengurusan

3. Ketatalaksanaan

4. Pengelolaan

5. Pengendalian

6. Pembinaan

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia terdapat dua pengertian tentang manajemen. Pertama, manajemen adalah suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Kedua, manajemen adalah pejabat atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.

Sedangkan pengertian manajemen secara umum adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu.[1]

Selain itu menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan manajemen sebagai “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”.[2]

Untuk lebih memahami arti manajemen dilihat dari berbagai definisi yang disampaikan oleh berbagai pakar manajemen. Di bawah ini diberikan batasan-batasan tentang manajemen dari berbagai pakar, sebagaimana yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio,[3] adalah sebagai berikut:

1. Marry Parker Follet

Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain.

2. Robert Kresther

Manajemen adalah proses kerja dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan.

3. George Terry

Manajemen adalah Kemampuan menyuruh orang lain bekerja guna mencapai tujuan.

4. James A.F. Stonner

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

5. Richard M. hodgetts Ph.D dan Steven Ultman Ph.D manajemen adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.

6. Donnelly

Manajemen adalah proses koordinasi upaya kelompok terhadap tujuan kelompok.

7. J. L.Massie

Manajemen adalah proses satu kelompok kooperatif menggerakan tindakan untuk tujuan umum.

8. Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen

Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efisien dan efektif.

9. LPPM

Manajemen adalah proses pemberian perintah, pengarahan dan pengendalian berbagai lembaga dalam masyarakat untuk mencapai tujuan.

Dari berbagai pengertian manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya manajemen adalah bagaimana seorang pimpinan mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia dapat mencapai tujuan organisasi. Kemampuan pengelolaan sumber daya inilah yang menjadi tugas seorang manajer.

B. Fungsi-fungsi Manajemen

Berbicara mengenai fungsi manajemen maka terlebih dahulu dijelaskan mengenai arti dari fungsi itu sendiri. Arti fungsi di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia adalah besaran yang berhubungan. Jika besaran yang satu berubah maka besaran yang lainnya juga berubah. Arti fungsi di dalam Kamus Administrasi adalah sekumpulan aktivitas yang tergantung pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya atau pelaksanaannya.

Definisi lain menurut David B. Garulnik, sebagaimana yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio mengenai arti fungsi adalah karakteristik suatu tindakan. Tugas khusus atau persyaratan pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang harus diperhatikan oleh seseorang atau kesisteman.[4]

Adapun menurut Sondang P. Siagian, Ph.D, MPA, mengartikan fungsi yang dimaksud dalam manajemen adalah tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.

Siagian melihat ada empat faktor yang membedakan setiap manajemen mempunyai konsep tersendiri tentang fungsi:

1. Kondisi masyarakat serta taraf kemajuannya, dalam suasana mana para sarjana tertentu menulis.

2. Filsafat hidup yang dianut oleh sarjana yang bersangkutan.

3. Latar belakang pendidikannya.

4. Perkembangan ilmu itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut fungsi manajemen terdiri atas:

1. Fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak harus dijalankan oleh administrasi dan manajemen.

2. Fungsi pelengkap adalah semua fungsi yang tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, sebaliknya dijalankan atau dilaksanakan karena pelaksanaan fungsi-fungsi itu dengan baik akan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.

J.L. Massie mempergunakan tujuh fungsi manajemen sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan

2. Pengorganisasian

3. Staffing

4. Planning

5. Kontrol

6. Komunikasi

7. Pengarahan

George R. terry, dalam bukunya yang berjudul Principles of Management, Terry mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

C. Sejarah atau Aliran-aliran Perkembangan Manajemen

Perkembangan teori manajemen dapat dikategorikan dalam beberapa tahap.

1. Tahap pertama (1920-1930)

Tahap ini merupakan gerakan manajemen ilmiah. Ancangan terhadap manajemen ilmiah antara lain:

a. Percobaan

b. Menentukan standar kerja

c. Merencanakan pekerjaan

d. Menentukan standar dengan alat-alat pengendalian.

Pada tahun 1920 dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai standar manajemen, kerjasama atau hubungan pekerjaan dengan dengan pekerja (struktur pekerja dengan hasil-hasilnya, ilmu ekonomi manajemen, tanggung jawab sosial manajer dan hubungan manusia).

2. Tahap kedua (1930-1940)

Tahap rancangan dari atas ke bawah. Pada tahap ini berkembang pemikiran yang mengulas pekerjaan manajer, dibedakan perbedaan antara administrasi dan manajemen, maka lahirlah beberapa pendapat:

a. Pemikiran bahwa manajemen menyangkut struktur organisasi pekerjaan manajerial.

b. Pokok utama administrasi adalah fungsi perencanaan organisasi, dan pengelolaan pengendalian umum.

c. Manajemen melakukan fungsi kepemimpinan, perencanaan, dan pengendalian operatif dalam organisasi.

d. Konsep dan manajemen disatukan menjadi manajemen administratif.

e. Manajemen operatif memperhatikan pekerjaan-pekerjaan dan pengaruh tanggung jawab sebagai tugas utama.

3. Tahap ketiga (1940)

Tahap ini disebut juga tahap proses manajemen, dalam tahap ini berlangsung pemikiran-pemikiran yang melahirkan konsep-konsep dengan indikator:

a. Pemikiran berorientasi ke arah usaha pengenalan dan perubahan unsur-unsur atas fungsi-fungsi proses manajemen.

b. Konsep manajemen professional, membuka jalan menuju perbedaan yang tidak banyak lagi antara manajemen dengan fungsi.

c. Konsep manajemen sebagai suatu proses.

4. Tahap keempat

Tahap ini merupakan tahap manajemen Teori Terpadu. Pada tahap keempat ini konsep-konsep baru yang diambil dari beberapa bidang itu, disentralisasikan dengan proses manajemen membuka berbagai pengetahuan yang dimaksudkan kedalam suatu disiplin manajemen.

Ada dua aliran besar dalam ilmu manajemen yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manajemen selanjutnya:

a. Aliran tradisional (1910-1920)

Aliran ini melahirkan pemikiran tentang manajemen dengan pokok-pokok pikiran yang menekankan kepada organisasi:

1. Teori organisasi klasik

2. Kekuasaan individual

3. Ketentuan-ketentuan hukum

4. Rentang kendali

5. Rangkaian komando

6. Perkembangan dan spesialisasi

b. Aliran ilmu sosial

Aliran ini merupakan perpaduan pikiran-pikiran dalam berbagai cabang ilmu sosial. Aliran ini melahirkan pemikiran tentang manajemen dengan pokok-pokok pikiran:

1. Proses manajemen

2. Empirisme

3. Penilaian manusia

4. Sistem sosial

5. Teori kepuasan

6. Matematika

7. Dinamika industri

Menurut Paul Mali, pembagian lain mengenai aliran dalam manajemen adalah aliran kuantitatif dan aliran perilaku.

Sedangkan Harold Koontz dan Cyrel O’donnel membagi aliran manajemen dalam tujuh aliran, yaitu: pendekatan operasional, emprikal, perilaku manusia, sistem sosial, teori keputusan, yang berpusat kepada komunikasi, dan matematik.

Dan menurut Donnelly, Gibson, dn Ivancevik, membagi aliran manajemen menjadi aliran klasik, perilaku, dan manajemen sains.

D. Manajemen dalam Islam

Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seharusnya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.[5]


REFERENSI

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan, Jakarta: Samitra Media Utamma, 2004.

Prof. Dr. Sondang P. Siagian, filsafat Administrasi, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996.

Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000.

David B. Garulnik, Webster Dictionary.

http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-pengertian.html




[1] Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan, (Jakarta: Samitra Media Utamma, 2004), Hlm 5.

[2] Prof. Dr. Sondang P. Siagian, filsafat Administrasi, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), Hlm 5.

[3] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000), Hlm 5-6.

[4] David B. Garulnik, Webster Dictionary, Hlm 303.

[5] http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-pengertian.html