tag:blogger.com,1999:blog-33416210387241276032024-02-08T02:19:32.402-08:00FaTIMaTuZZaHRo FaDHiLFatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-54407089965052445272011-09-16T04:15:00.000-07:002012-03-28T01:59:24.259-07:00CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS<br />(PTK)<br /><br /><br /><br /><br />PENINGKATAN KEMAMPUAN SPEAKING DAN LISTENING SISWA DALAM CONVERSATION MELALUI SOSIODRAMA DAN BERMAIN PERANAN (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI NEW CONCEPT ENGLISH EDUCATION CENTRE JAKARTA BARAT)<br />OLEH<br />FATIMATUZZAHRO<br />TIAM ASTUTI<br /><br />NEW CONCEPT ENGLISH EDUCATION CENTRE (NCEEC)<br />JAKARTA <br />2011<br />PENINGKATAN KEMAMPUAN SPEAKING DAN LISTENING SISWA DALAM CONVERSATION MELALUI SOSIODRAMA DAN BERMAIN PERANAN (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI NEW CONCEPT ENGLISH EDUCATION CENTRE JAKARTA BARAT)<br /><br />A. Latar Belakang Masalah<br />Dikemukakan oleh Diba Artsiyanti E.P., S.S. bahwa salah satu masalah dalam pembelajaran bahasa Inggris ialah pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa dan bukan pada percakapan. Siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut. Siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain-lain), tetapi siswa tidak mengetahui kapan struktur tersebut harus digunakan dan bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal akan lebih bermanfaat jika bahasa Inggris dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa tidak penting, tetapi teori-teori tersebut perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.<br />Sebagai upaya dalam peningkatan kemampuan percakapan (conversation) siswa, maka erat kaitannya dengan kreatifitas guru dalam pemilihan metode yang tepat bagi pembelajaran. Berkenaan dengan pemilihan metode Suwardi, M.Pd. (2007: 62) menyebutkan bahwa “Dalam proses pembelajaran, pendidik dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal seperti tujuan pendidikan, kemampuan pendidik, kebutuhan peserta didik, dan isi atau materi pembelajaran”.<br />Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat pentingnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Dalam hal ini penulis ingin meneliti pengaruh metode sosiodrama dan bermain peranan (role-playing) terhadap peningkatan kemampuan berbicara (speaking) dan mendengarkan (listening) siswa dalam pembelajaran conversation (percakapan).<br /><br />B. Perumusan dan Pembatasan Masalah<br />Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, fokus penelitian ini berkaitan dengan pengaruh penggunaan metode sosiodrama dan bermain peranan dalam meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa. Maka permasalahan pokok penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian: “Apakah sosiodrama dan bermain peranan dalam conversation dapat meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa di New Concept English Education Centre Jakarta?”<br />Berdasarkan perumusan masalah di atas, agar penelitian ini lebih spesifik, maka peneliti membatasi penelitian ini pada hal-hal yang berkaitan dengan kelebihan metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation, kelemahan metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation, serta peran guru dalam pengaplikasian metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation.<br /><br />C. Prosedur Pemecahan Masalah dan Hipotesis Tindakan<br />Prosedur pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini adalah tindakan metode sosiodrama dan bermain peranan oleh tutor bahasa Inggris. Tindakan metode sosiodrama dan bermain peranan ini akan ditempuh dengan tiga siklus, setiap siklus mencakup: rencana umum – implementasi – evaluasi – perbaikan rencana. Melalui tindakan metode sosiodrama dan bermain peranan dengan dibantu oleh tutor di New Concept English Education Centre ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa di lembaga tersebut.<br />Selanjutnya hipotesis tindakan pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut: “Sosiodrama dan bermain peranan dapat meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa ”.<br /><br />D. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian<br />Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam speaking dan listening. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan:<br />1. Mengetahui kelebihan metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation.<br />2. Mengetahui kelemahan metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation.<br />3. Mengetahui peran guru dalam pengaplikasian metode sosiodrama dan bermain peranan untuk meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa dalam pembelajaran conversation.<br />Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dengan didapatkannya tindakan yang efektif dan optimal dalam meningkatkan kemampuan speaking dan listening siswa.<br /><br />E. Kajian Teori<br />1. Tentang Conversation<br />Menurut Condra Antoni tentang keutamaan Pembelajaran Conversation (percakapan), ialah dalam pemahaman tentang pemerolehan bahasa (terutama konsep second language acquisition versi Stephen D. Krashen) bahwa pembelajaran bahasa kedua ataupun bahasa asing dimulai dari conversation, bukan dari aturan tata bahasa. Lebih dari itu, conversation mengajarkan tentang keharmonisan sosial dalam kehidupan. Maka bukan hanya dari aspek pembelajaran bahasa saja, akan tetapi juga dalam aspek sosial, conversation merefleksikan banyak hal tentang keharmonisan hubungan antar manusia.<br />Sebagaimana diketahui, bahwa dalam conversation ada subjek (speaker) dan objek (listener). Dalam conversation terdapat pembagian peran dengan jelas, yaitu peran sebagai subjek dan peran sebagai objek. Sebagai subjek adalah untuk menuturkan pesan yang harus disampaikan. Sebagai objek adalah untuk menerima detail pesan dengan jelas, lalu memastikan bahwa pesan yang diterima sama dengan maksud pesan yang disampaikan. Kepastian makna pesan yang diterima adalah penting mengingat untuk menghindari terjadi kesalahpahaman antara subjek dan objek.<br />Posisi sebagai objek dan subjek bukanlah posisi yang permanen. Sebab dalam conversation antara pembicara dan pendengar mengalami reposisi. Ada kalanya pembicara harus jadi pendengar, demikian sebaliknya. Hal ini tentunya mengajarkan bahwa dibutuhkan keluwesan dan fleksibilitas dalam interaksi. Tidak selamanya menjadi yang didengarkan. Adakalanya harus siap mendengarkan. Kedua posisi ini harus dijalani dengan maksimal untuk sebuah interaksi yang baik. Demikian juga halnya dalam hubungan sosial. Jalinan hubungan antarpersonal dan antarkomunitas hanya akan terjalin dengan baik jika masing-masing rela bertukar peran sebagai pembicara atau pendengar saat dibutuhkan. <br />2. Strategi Belajar Simulasi Mengajar Sosiodrama dan Bermain Peranan<br />Menurut Dra. Roestiyah N. K. (2008: 22) bahwa dalam pengajaran modern teknik simulasi telah banyak dilakukan, sehingga siswa bias berperan seperti orang-orang atau dalam kedaan yang dikehendaki. Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Maka siswa berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer-teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role playing.<br />Selanjutnya Roestiyah menjelaskan (2008: 90) bahwa kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata belaka. Maka perlu didramatisasikan, atau siswa dipartisipasikan untuk berperanan dalam peristiwa sosial itu.<br />Dalam hal ini perlu digunakan teknik sosiodrama, yaitu siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan social antarmanusia. Atau dengan role-playing dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis itu. Karena itu kedua teknik ini hampir sama, maka dapat digunakan bergantian tidak ada salahnya.<br />Guru menggunakan kedua teknik ini dalam proses belajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain dan dapat toleransi. Dapat diketahui sering terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antarmanusia; dapat disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapa menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa dapat belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya. Dan kemudian siswa dapat mengerti dan menerima pendapat orang lain.<br />3. Langkah-langkah Pelaksanaan Teknik Sosiodrama dan Bermain Peranan<br />Dalam melaksanakan teknik ini, menurut Roestiyah (2008: 91) maka perlu mempertimbangkan langkah-langkahnya, yaitu:<br />a. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan social yang actual di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan; masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.<br />b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Guru mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.<br />c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama.<br />d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah murid tersebut tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu.<br />e. Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya pandai bermimik maupun berdialog.<br />f. Siawa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat, mereka harus bisa member saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai.<br />g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.<br />h. Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimak, maka harus dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.<br />i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walau mungkin masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau membuat karangan yang berbentuk sandiwara.<br /><br />F. Metode Penelitian<br />1. Setting Penelitian<br />Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan bahasa Inggris New Concept English Education Centre (NCEEC) Jakarta Barat untuk program General English Pre-Beginner (setara SMP). Direncanakan penelitian akan dilakukan pada bulan September hingga November tahun 2011.<br />2. Subjek Penelitian<br />Subjek penelitian ini ialah siswa kelas Pre-Beginner tingkat 2 untuk General English Program yang berjumlah 15 orang.<br />3. Desain Penelitian<br />Desain penelitian ini ialah berupa penelitian tindakan kelas model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis dengan alur tindakan:<br />Gagasan Awal → Reconnaissance → Rencana Umum → Implementasi Langkah I → Evaluasi → Perbaikan Rencana I → Implementasi Langkah II → Evaluasi → Perbaikan Rencana II → Implementasi Langkah III → Evaluasi → Perbaikan Langkah III.<br />Berdasarkan alur desain penelitian di atas, tahapan penelitian tersebut akan diterangkan sebagai berikut:<br />a. Gagasan Awal<br />Menetapkan pokok bahasan awal untuk kemudian dicari tahu faktanya di lapangan.<br />b. Reconnaissance<br />Pada tahap ini dilakukan identifikasi kemampuan speaking dan listening siswa Pre-Beginner tingkat 2 di New Concept English Education Centre dan menganalisisnya untuk membuat hipotesis.<br />c. Rencana Umum<br />Pada tahap ini membuat perencanaan untuk langkah-langkah yang akan diimplementasikan. Masalah yang dirisaukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan berupa sosiodrama dan bermain peranan oleh tutor di New Concept English Education Centre dengan 3 langkah implementasi.<br />d. Implementasi<br />Pada tahap pelaksanaan tindakan ini akan dilakukan tindakan berupa penggunaan metode sosiodrama dan bermain peranan yang dilakukan oleh tutor pengampu, pengambilan / pengumpulan data hasil angket, lembar observasi, dan hasil tes.<br />e. Evaluasi<br />Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya yang kemudian diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini.<br />f. Perbaikan Rencana<br />Dilakukan kegiatan perbaikan rencana berdasarkan hasil evaluasi sebagai rujukan untuk kegiatan implementasi langkah selanjutnya.<br />4. Jadwal Penelitian<br />Sejalan dengan rencana penelitian yang tersebut pada metode penelitian sebelumnya, penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahapan:<br /><br /><br />No Kegiatan September Oktober November Ket<br /> Minggu ke… 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 <br />1 Perencanaan √ √ <br />2 Persiapan √ <br />3 Pelaksanaan Langkah I √ <br />4 Pelaksanaan Langkah II √ √ <br />5 Pelaksanaan Langkah III √ <br />6 Pengolahan Data √ √ <br />7 Penyusunan Laporan √ √ <br /><br />G. Pembiayaan<br />Kegiatan penelitian yang akan dilakukan direncanakan membutuhkan biaya operasional sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian laporan hasil penelitian.<br />Biaya yang direncanakan untuk implementasi tindakan sosiodrama dan bermain peranan yang dibantu oleh tutor New Concept English Education Centre terhadap 15 siswa Pre-Beginner tingkat 2 program General English ini dianggarkan sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).<br /><br />H. Personalia Penelitian<br />Penelitian tindakan kelas ini melibatkan penulis sebagai ketua penelitian, dibantu oleh tutor New Concept English Education Centre sebagai pelaksana tindakan.<br /><br />I. Daftar Pustaka<br />K., Roestiyah N. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.<br />Suwardi. (2007). Manajemen Pembelajaran: Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi. Jawa Tengah: STAIN Salatiga Press.<br />Wiriaatmadja, Rochiati. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.<br /><br />J. Lampiran<br />1. Rincian Anggaran Penelitian<br />2. Daftar Riwayat Hidup Peneliti<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Lampiran I<br />RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN<br /><br />1. Biaya Pelaksanaan sosiodrama (3 tahap) = Rp 900.000,-<br />2. Biaya untuk Pelaksana Supervisi = Rp. 900.000,-<br />3. Biaya Operasional Penelitian = Rp. 700.000,-<br />4. Biaya Kebutuhan Penyusunan Hasil Penelitian = Rp. 500.000,-<br />+<br /> Total Anggaran Penelitian = Rp. 3.000.000,-<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br />Lampiran II<br />DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI<br /><br /> <br />(Dari kiri ke kanan)<br />Nama Lengkap : Fatimatuzzahro<br />Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Maret 1991<br />Riwayat Pendidikan : 1. SDN Tengah 01 Pagi Jakarta (2002).<br /> 2. MTs PPMI Assalaam Solo (2005).<br /> 3. MA PPMI Assalaam Solo (2008).<br /> 4. STAI Darunnajah Jakarta (Sekarang).<br />Nama Lengkap : Tiam Astuti<br />Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1988<br />Riwayat Pendidikan : 1. MAN 10 Jakarta (2007).<br /> 2. STAI Darunnajah (Sekarang).Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-64432260626586872412011-09-16T04:14:00.000-07:002012-03-28T01:59:46.614-07:00CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH<br />(PTS)<br /><br /><br /><br /><br />PENINGKATAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGELOLA PERPUSTAKAAN DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH OLEH KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI DI SMP SUMPAH PEMUDA JAKARTA<br />OLEH<br />FATIMATUZZAHRO<br />TIAM ASTUTI<br /><br />SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SUMPAH PEMUDA<br />JAKARTA<br />2011<br />PENINGKATAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGELOLA PERPUSTAKAAN DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH OLEH KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI DI SMP SUMPAH PEMUDA JAKARTA<br /><br />A. Latar Belakang Masalah<br />Dikemukakan oleh Ida R. Djachra (2006: 168) bahwa “Umumnya, citra perpustakaan sekolah di mata para siswa adalah suatu ruangan kaku, sepi, membosankan, dan dengan buku-buku yang ketinggalan zaman pula. Suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik di kalangan siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari televisi, dan mungkin dari internet. Jadi, memang tugas pengelola perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan dekat dengan siswa, sebagaimana siswa dekat dan akrab dengan kantin sekolah”. Maka jelaslah di sini bahwa kesadaran siswa untuk membaca salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan manajemen pengelola perpustakaan.<br />Upaya peningkatan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan erat kaitannya dengan pengawasan dari kepala sekolah. Fungsi kepala sekolah selain sebagai administrator juga sebagai supervisor. Dengan ini sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2007: 76) bahwa “Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.<br />Berdasarkan uraian di atas maka dapat disadari akan adanya kemungkinan supervisi oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan dalam perannya mengembangkan perpustakaan sekolah. Hal tersebut demi efektifitas pemanfaatan fungsi perpustakaan sebagai sumber sarana dan prasarana pembelajaran bagi peserta didik.<br /><br />B. Perumusan dan Pembatasan Masalah<br />Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, fokus penelitian ini berkaitan dengan penilaian dan pemantauan kinerja pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah. Maka permasalahan pokok penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian: “Apakah supervisi oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah di SMP Sumpah Pemuda Jakarta?”<br />Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini lebih spesifik, maka peneliti membatasi penelitian ini pada hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi pengelola perpustakaan, tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor, peran supervisi dalam meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan.<br /><br /><br /><br />C. Prosedur Pemecahan Masalah dan Hipotesis Tindakan<br />Prosedur pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTS ini adalah supervisi oleh kepala sekolah. Supervisi ini akan ditempuh dengan tiga siklus, setiap siklus mencakup: perencanaan – tindakan – observasi – refleksi. Melalui tindakan supervisi dengan dibantu oleh kepala sekolah di SMP Sumpah Pemuda ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah tersebut.<br />Selanjutnya hipotesis tindakan pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut: “Supervisi dapat meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah”.<br /><br />D. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian<br />Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan agar dapat mengembangkan perpustakaan sekolah. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan:<br />1. Mengetahui tugas dan fungsi pengelola perpustakaan.<br />2. Mengetahui tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor.<br />3. Mengetahui peran supervisi dalam meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan.<br />Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dengan didapatkannya tindakan yang efektif dan optimal dalam supervisi untuk meningkatkan kemampuan manajerial pengelola perpustakaan demi pengembangan perpustakaan sebagai salah satu sumber pembelajaran.<br /><br />E. Kajian Teori<br />1. Perpustakaan Sebagai Unit Kerja<br />Sebuah Perpustakaan sebagai salah satu unit kerja mempunyai unsur atau persyaratan sebagaimana dikemukakan oleh Wiji Suwarno (2010: 80) sebagai berikut:<br />a. Adanya organisasi.<br />b. Dalam surat keputusan pendiriannya harus (setidaknya) tercantum secara jelas tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab dan struktur organisasinya.<br />c. Surat keputusan itu merupakan landasan hukum konsideran, pertimbangan tentang pembentukan perpustakaan.<br />Lebih lanjut Suwarno mengemukakan bahwa beberapa kebutuhan pokok perpustakaan sebagai unit kerja adalah sebagai berikut:<br />a. Gedung (ruangan).<br />b. Koleksi bahan pustaka.<br />c. Perlengkapan dan perabotan.<br />d. Mata anggaran dan sumber pembiayaan.<br />e. Tenaga kerja.<br /><br /><br />2. Peran, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan<br />Menurut Suwarno (2010: 84) bahwa istilah peran di sini adalah kedudukan, posisi, dan tempat perpustakaan beroperasional. Peran perpustakaan dapat dianggap sebagai agen perubahan, pembangunan, agen budaya, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />Sedangkan tugas perpustakaan menurut Sutarno NS. sebagaimana dikutip pula oleh Suwarno, secara garis besar ada tiga:<br />a. Tugas menghimpun informasi.<br />b. Tugas mengelola.<br />c. Tugas Pemberdayaan dan memberikan layanan secara optimal.<br />Lebih lanjut mengenai fungsi sebuah perpustakaan, yaitu merupakan penjabaran lebih lanjut dari semua tugas perpustakaan. Fungsi perpustakaan tersebut, antara lain adalah pendidikan dan pembelajaran, informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan (Suwarno, 2010: 86).<br />3. Struktur Organisasi Perpustakaan<br />Struktur organisasi merupakan bentuk atau figure yang akan menggambarkan beberapa hal menurut Sutarno sebagaimana dikutip pula oleh Suwarno disebutkan sebagai berikut:<br />a. Formasi jabatan.<br />b. Garis komunikasi, perintah, laporan, dan kerjasama.<br />c. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab,<br />d. Kebutuhan pegawai.<br />e. Komponen kepengursan perpustakaan, mencakup:<br />(1) Kepala / pemimpin perpustakaan dan pemimpin unit kerja di dalamnya.<br />(2) Pustakawan.<br />(3) Pegawai pelaksana teknis kepustakawanan untuk membantu pustakawan.<br />(4) Pegawai tata usaha atau kesekretariatan (administrasi).<br />4. Fungsi-Fungsi Supervisi<br />Fungsi-fungsi supervisi menurut M. Ngalim Purwanto (2007: 86) dikemukakan sebagai berikut:<br />a. Dalam bidang kepemimpinan<br />(1) Menyusun rencana dan policy bersama.<br />(2) Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.<br />(3) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.<br />(4) Membangkitkan dan mempuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.<br />(5) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.<br />(6) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing.<br />(7) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.<br />(8) Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.<br />b. Dalam hubungan kemanusiaan<br />(1) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.<br />(2) Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dsb.<br />(3) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.<br />(4) Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan sesama manusia.<br />(5) Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.<br /><br /><br />c. Dalam pembinaan proses kelompok<br />(1) Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.<br />(2) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dan pimpinan.<br />(3) Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.<br />(4) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.<br />(5) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.<br />(6) Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.<br />d. Dalam bidang administrasi personel<br />(1) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.<br />(2) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.<br />(3) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.<br />e. Dalam bidang evaluasi<br />(1) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.<br />(2) Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai criteria penilaian.<br />(3) Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.<br />(4) Menafsirkan dan mnyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.<br />5. Kompetensi Supervisi<br />Menurut Mulyasa (2009: 34) bahwa kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah / madrasah. Hal-hal yang perlu diungkap berkenaan dengan kompetensi kepala sekolah dalam supervise antara lain:<br />a. Memahami dan menghayati arti, tujuan, teknik monitoring, serta evaluasi;<br />b. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sekolah;<br />c. Mengidentifikasi indikator-indikator sekolah yang efektif dan menyusun instrument;<br />d. Menggunakan teknik-teknik monitoring dan evaluasi;<br />e. Mensosialisaikan dan mengarahkan pelaksanaan monitoring serta evaluasi;<br />f. Menganalisis data hasil monitoring serta evaluasi; dan<br />g. Memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki kinerja sekolah berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.<br /><br />F. Metode Penelitian<br />1. Setting Penelitian<br />Penelitian ini dilakukan di SMP Sumpah Pemuda Jakarta. Direncanakan penelitian akan dilakukan pada akhir tahun ajaran 2011/2012.<br />2. Subjek Penelitian<br />Subjek penelitian ini ialah pengelola perpustakaan sekolah di SMP Sumpah Pemuda Jakarta yang berjumlah 3 orang.<br />3. Desain Penelitian<br />Desain penelitian ini ialah berupa penelitian tindakan sekolah dengan alur tindakan:<br />Refleksi Awal → Perencanaan Tindakan I → Pelaksanaan Tindakan I → Observasi, Refleksi, dan Evaluasi I → Perencanaan Tindakan II → Pelaksanaan Tindakan II → Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II → Perencanaan Tindakan III → Pelaksanaan Tindakan III → Observasi, Refleksi, dan Evaluasi III.<br />Berdasarkan alur desain penelitian di atas, tahapan penelitian tersebut akan diterangkan sebagai berikut:<br /><br /><br />a. Refleksi Awal<br />Pada tahap ini dilakukan identifikasi kemampuan manajerial pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah di SMP Sumpah Pemuda Jakarta.<br />b. Perencanaan Tindakan<br />Masalah yang dirisaukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan berupa supervisi oleh kepala sekolah.<br />c. Pelaksanaan Tindakan<br />Pada tahap pelaksanaan tindakan ini akan dilakukan tindakan berupa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengambilan / pengumpulan data hasil angket, lembar observasi, dan hasil tes.<br />d. Observasi, Refleksi, dan Evalausi<br />Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya yang kemudian diambil kesimpulan dari penelitian tindakan sekolah ini.<br />4. Jadwal Penelitian<br />Sejalan dengan rencana penelitian yang tersebut pada metode penelitian sebelumnya, penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahapan:<br /><br /><br />No Kegiatan Februari Maret April Ket<br /> Minggu ke… 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 <br />1 Perencanaan √ √ <br />2 Persiapan √ <br />3 Pelaksanaan Tindakan I √ <br />4 Pelaksanaan Tindakan II √ √ <br />5 Pelaksanaan Tindakan III √ <br />6 Pengolahan Data √ √ <br />7 Penyusunan Laporan √ √ <br /><br />G. Pembiayaan<br />Kegiatan penelitian yang akan dilakukan direncanakan membutuhkan biaya operasional sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian laporan hasil penelitian.<br />Biaya yang direncanakan untuk implementasi tindakan supervisi yang dibantu oleh kepala sekolah SMP Sumpah Pemuda terhadap 3 orang pengelola perpustakaan sekolah SMP Sumpah Pemuda ini dianggarkan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).<br />H. Personalia Penelitian<br />Penelitian tindakan sekolah ini melibatkan penulis sebagai ketua penelitian, dibantu oleh kepala sekolah SMP Sumpah Pemuda Jakarta sebagai pengawas.<br /><br />I. Daftar Pustaka<br />Djachra. Ida R. (2006). “Mengapa Siswa Malas Berkunjung Ke Perpustakaan?, dalam Pikiran Rakyat”. (2006), Teropong Pendidikan Indonesia: Antologi Artikel 2005-2006. Jakarta: Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional.<br />Mulyasa, H.E. (2009). Penelitian Tindakan Sekolah: Meningkatkan Produktivitas Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.<br />Purwanto, Ngalim M. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.<br />Suwarno, Wiji. (2010). Pengetahuan Dasar Kepustakaan: Sisi Penting Perpustakaan dan Pustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia.<br /><br />J. Lampiran<br />1. Rincian Anggaran Biaya Penelitian<br />2. Daftar Riwayat Hidup Peneliti<br /><br /><br /><br />Lampiran I<br />RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN<br /><br />1. Biaya Pelaksanaan Supervisi (3 Org) = Rp. 3.000.000,-<br />2. Biaya untuk Pelaksana Supervisi = Rp. 1.000.000,-<br />3. Biaya Operasional Penelitian = Rp. 500.000,-<br />4. Biaya Kebutuhan Penyusunan Hasil Penelitian = Rp. 500.000,-<br />+<br /> Total Anggaran Biaya = Rp. 5.000.000,-<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br />Lampiran II<br />DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI<br /><br /> <br />(Dari kiri ke kanan)<br />Nama Lengkap : Fatimatuzzahro<br />Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Maret 1991<br />Riwayat Pendidikan : 1. SDN Tengah 01 Pagi Jakarta (2002).<br /> 2. MTs PPMI Assalaam Solo (2005).<br /> 3. MA PPMI Assalaam Solo (2008).<br /> 4. STAI Darunnajah Jakarta (Sekarang).<br />Nama Lengkap : Tiam Astuti<br />Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1988<br />Riwayat Pendidikan : 1. MAN 10 Jakarta (2007).<br /> 2. STAI Darunnajah (Sekarang).Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-10360991480394601442011-09-16T04:12:00.000-07:002011-09-16T04:13:11.696-07:00TIPOLOGI KEPRIBADIAN WILLIAM H. SHELDONTIPOLOGI KEPRIBADIAN WILLIAM H. SHELDON<br />Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian<br />Dosen Pembimbing:<br />Dudun Ubaedullah, M.A.<br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />Fatimatuzzahro<br />0308376<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Psikologi (ilmu jiwa) mengalami perkembangan terus menerus sesuai dengan tuntutan hidup manusia. Dalam perkembangannya Psikologi belum mencapai titik puncaknya karena ia sampai pada abad modern ini masih tetap dalam penyempurnaan. Dalam usaha penyempurnaan itu para ahli Psikologi senantiasa menciptakan metode-metode baru guna penyelidikan lebih luas dan dalam. Salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh William Herbert Sheldon, seorang psikolog Amerika. Dari hasil penelitiannya dengan pendapat-pendapat yang telah ada dan disempurnakan dengan pengetahuan klinisnya serta pengalamannya, ia dapat menyimpulkan tipologi-tipologi manusia.<br /> Maka dalam makalah ini akan dibahas teori keprbibadian menurut Sheldon, yaitu: aspek jasmani individu berupa komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder, komponen primer daripada temperamen, dan hubungan antara jasmani dan gangguan kejiwaan.<br /><br /><br /><br />BAB II<br />TIPOLOGI KEPRIBADIAN WILLIAM H. SHELDON<br /><br />William Herbert Sheldon (1898-1977) adalah seorang psikolog Amerika. Menurut William H. Sheldon sebagaimana dikutip pula oleh Agus Sujanto, kepribadian seseorang berhubungan dengan keadaan jasmani yang nampak. Struktur jasmani merupakan hal yang utama, yang mempengaruhi pribadi seseorang. Faktor-faktor genetis dan biologis juga berperan dalam perkembangan kepribadian seseorang. Teori kepribadian Sheldon dibagi menjadi 2: Struktur fisis dan analisa kepribadian. <br /><br />A. Struktur Fisis<br />Sheldon membagi aspek jasmani individu menjadi 2 komponen:<br />1. Komponen Jasmani Primer<br />Menurut Sheldon terdapat 3 komponen atau dimensi jasmaniah:<br />a. Endomorphy<br />b. Mesomorphy<br />c. Ectomorphy <br />Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan 3 lapisan pada proses pembentukan foetus (janin) manusia (endoderm, mesoderm, ectoderm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu. Maka menurut Sheldon ada 3 tipe pokok jasmani manusia:<br />1) Endomorph (komponen endomorphy dominan); <br />2) Mesomorph (komponen mesomorphy dominan);<br />3) Ectomorph (komponen ectomorphy dominan).<br />a) Tipe Endomorph<br />Individu yang komponen endomorphy-nya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh: alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) berperan terpenting. Nampak dari luar: lembut, gemuk, tinggi badan relatif rendah. <br />b) Tipe Mesomorph<br />Individu yang komponen mesomorphy-nya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, maka bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain: otot-otot, pembuluh darah, jantung dominan. Nampak dari luar: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit. Seperti: olahragawan, pengelana, tentara.<br />c) Tipe Ectomorph<br />Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari ectoderm yang dominan (kulit dan sistem syaraf berperan terpenting). Nampak dari luar: jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.<br /> Selain 3 tipe ideal di atas terdapat 6 tipe campuran yaitu:<br />1) Endomorph yang mesomorphis;<br />2) Endomorph yang ectomorphis;<br />3) Mesomorph yang endomorphis;<br />4) Mesomporh yang ectomorphis;<br />5) Ectomorph yang endomorphis;<br />6) Ectomorph yang mesomorphis. <br />2. Komponen Jasmani Sekunder<br />a. Dysplasia <br />Dengan meminjam istilah Kretschmer, komponen ini menunjukkan setiap ketidaktetapan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer pada berbagai bagian tubuh. Jadi dysplasia itu menunjukkan ketidakselarasan. Dysplasia itu banyak hubungannya dengan ectomorphy. Tipe ini lebih banyak tedapat pada kaum wanita daripada kaum pria.<br />b. Gynandromorphy<br />Komponen ini menunjukkan sejauh mana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya, dan ditandai dengan huruf g. artinya orang laki-laki yang mempunyai komponen g tinggi, akan berciri-ciri:<br />1. Bertubuh lembut, <br />2. Pinggul besar, dan<br />3. Sifat-sifat kewanitaan lainnya.<br />c. Texture (tampan)<br />Inilah komponen sekunder yang terpenting, yang ditandai dengan huruf t. Orang ini nampak tampan seakan serba berkeseimbangan dalam tubuh. <br /><br />B. Analisa Kepribadian<br />Dari penelitiannya, Sheldon menyimpulkan bahwa ada 3 komponen primer dari pada temperamen:<br />1. Viscerotonia<br />Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral/digestif (sistem pencernaan). Orang yang viscerotonis itu mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar. Sifat-sifat komponen ini ialah:<br />a. Sikapnya tidak tegang (relaxed);<br />b. Suka hiburan;<br />c. Gemar makan-makan;<br />d. Besar kebutuhannya akan resonansi dari orang lain;<br />e. Tidurnya nyenyak;<br />f. Bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain.<br />2. Somatotonia<br />Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya dominan. Orang yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi muskuler, suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, suka mendapat pengalaman fisik. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:<br />a. Sikapnya gagah;<br />b. Perkasa (energetic);<br />c. Kebutuhan bergerak besar;<br />d. Suka berterus terang;<br />e. Suara lantang;<br />f. Nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya;<br />g. Bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan.<br />3. Cerebrotonia<br />Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerakan-gerakan jasmaniah. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:<br />a. Sikapnya kurang gagah, ragu-ragu;<br />b. Reaksinya cepat;<br />c. Kurang berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia);<br />d. Kurang berani berbicara di depan banyak orang;<br />e. Kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur;<br />f. Suara kurang bebas;<br />g. Tidur kurang nyenyak (sukar);<br />h. Nampak lebih muda dari yang sebenarnya;<br />i. Bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri. <br />Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-gangguan Kejiwaan<br /> Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi juga masalah-masalah ketidaknormalan. Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With Katz), Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiganya berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris. Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:<br />1. Affektive, terdapat pada psikosis jenis manis-depresif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).<br />2. Paranoid, terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari kenyataan: merasa diancam, merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).<br />3. Heboid, terdapat pada para penderita hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (a sosial, anti sosial). <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br /><br /> Demikianlah pembahasan makalah ini tentang tipologi kepribadian menurut William Herbert Sheldon. Dari ulasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Sheldon membagi aspek jasmani manusia menjadi 3, yaitu: komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Di samping itu Sheldon dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 3 komponen primer dari temperamen, yaitu: Viscerotonia, Somatotonia, dan Cerebrotonia. Pada gangguan kejiwaan, Sheldon mengemukakan ada 3 dimensi primer yang berhubungan pula dengan diagnosis psikiatris berupa komponen-komponen: Affektive, Paranoid, dan Heboid.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />- Sujanto, Agus. dkk. 2009. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.<br />- Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.<br />- http://en.wikipedia.org/wiki/William_Herbert_Sheldon<br />- http://images.sanctuary99.multiply.multiplycontent.com/.../23%20maret%2009.pptFatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-77635085190400700462011-09-16T04:11:00.000-07:002011-09-16T04:12:10.447-07:00PEMAHAMAN TAKSONOMI BLOOM DAN PENERAPAN DALAM PAIPEMAHAMAN TAKSONOMI BLOOM DAN PENERAPAN DALAM PAI<br /><br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MPAI<br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Dosen Pembimbing:<br />Hj. Dzaatil Husni Binti Ali, M. A.<br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br /><br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Dalam rangka evaluasi hasil belajar yang harus selalu diperhatikan ialah prinsip dimana evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek psikomotor). Ketiga ranah tersebut sangat erat hubungannya dengan kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar, untuk itu di dalam makalah ini akan dibahas secara lebih luas.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMAHAMAN TAKSONOMI BLOOM DAN PENERAPAN DALAM PAI<br /><br /> Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H. Hill, Daniel R. Krathwohl dan didukung pula oleh Ralph E. Tylor, mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya itu, dengan judul: Taxonomy of Educational Objectives (1956). <br /> Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (= daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: Ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka?, apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?, dan apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?. <br /><br />A. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)<br /> Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, ialah:<br />1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik dapat menghafal surat al-Ashr, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam di sekolah.<br />2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Contohnya, peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashr secara lancar dan jelas. <br />3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Contohnya, peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.<br />4. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau factor-faktor yang satu dengan factor-faktor lainnya. Contohnya: peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari ajaran Islam. <br />5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Contohnya, peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan oleh Islam. Dalam karangannya itu peserta didik juga dapat mengemukakan secara jelas, amanat Bapak Presiden Soeharto dalam Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 1995 yang telah mencanangkan kedisiplinan nasional, baik kedisiplinan kerja, kedisiplinan dalam hal kebersihan dan menjaga kelestarian alam, maupun kedisiplinan dalam mentaati peraturan lalu lintas, yang pada hakikatnya adalah merupakan perintah Allah SWT sebagaiman tersebut dalam suarh al-Ashr.<br />6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapakan pada beberapa pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Contohnya adalah peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yana akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak berdisiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. <br /><br /><br />B. Ranah Afektif (Affective Domain)<br /> Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah, dsb. Dalam ranah afektif terdapat lima jenjang:<br />1. Receiving atau attending (= menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving, peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh. <br />2. Responding (= menanggapi) mengandung arti ”adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Contohnya, peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.<br />3. Valuing (menilai = menghargai) menilai dan menghargai artinya memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian dan penyesalan. Contohnya, tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta diri untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat. <br />4. Organization (= mengatur atau mengoraganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lainnya. Contohnya, peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995. <br />5. Characterization by a Value or Value Complex (= karakeristisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contohnya, siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah yang tertera dalam al-Qur’an surat al-Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. <br /><br />C. Ranah Psikomotor ( Psychomotor Domain)<br /> Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”,” sensory-motor atau perceptual-motor.” Jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerak tubuh atau bagian-bagiannya. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat 5 tingkatan, yaitu:<br />1. Persepsi. Langkah pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek, sifat, atau hubungan-ghubungan melalui alat indera.<br />2. Set. Set adalah kesiapan untk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Ada tiga aspek set, yaitu aspek intelektuakl, aspek fisis, dan aspek emosional.<br />3. Respon terbimbing. Inilah tingkat pemulaan dalam mengembangkan ketermpilan motoris. Yang ditekankan ialah kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing aalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu lain.<br />4. Respon mekanistis. Pada taraf ini siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak sudah terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan dalam dirinya untuk ber-respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi.<br />5. Respon kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakn yang dituntut sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efisien dan lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit mungkin. <br /><br />Jika hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif dengan materi tentang kedisiplinan menurut ajaran Islam sebagaimana telah dikemukakan, maka wujud nyata dari hasil belajar psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif iatu adalah: Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw, para sahabat, para ulama dan lain-lain; peserta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan. <br /><br />Referensi:<br />- Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.<br />- Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1981. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Yogyakarta: Kanisius.<br />- Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-24826109338277225172011-09-16T04:04:00.000-07:002011-09-16T04:11:10.015-07:00SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIRSEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR<br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an<br /><br /> <br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />Dosen Pembimbing:<br />Jamaluddin Sholihin, M. A. <br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Untuk memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar maka untuk menunjangnya perlu dipahami pula alat untuk mempelajari Al-Qur’an. Salah satunya ialah tafsir. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sejarah perkembangan tafsir sejak periode Nabi, periode sahabat, hingga periode tabi’in. juga syarat dan adab bagi mufassir.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR<br /><br />A. Perkembangan Tafsir Pada Periode Nabi<br />Tafsir Al-Qur’an telah tumbuh di masa Nabi saw sendiri dan beliaulah penafsir awal (al-Mufassirul Awwal) terhadap kitab Allah. Beliau menerangkan maksud-maksud wahyu yang diturunkan kepadanya. Sahabat-sahabat Rasul, tidak ada yang berani menafsirkan Al-Qur’an ketika Rasul masih hidup. Rasul sendirilah yang memikul tugas menafsirkan Al-Qur’an. <br />Rasul saw setiap menerima ayat Al-Qur’an langsung menyampaikan kepada para sahabat serta menafsirkan mana yang perlu ditafsirkan. Penafsiran Rasulullah itu adakalanya dengan Sunnah Qauliyah, adakalanya dengan Sunnah Fi’liyah dan adakalanya dengan Sunnah Taqririyah. Dalam pada itu tafsir yang diterima dari Nabi sendiri sedikit sekali. Kata ‘Aisyah r.a. : “Nabi menafsirkan hanya beberapa ayat saja, menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan Jibril”. <br /><br />B. Perkembangan Tafsir Pada Periode Sahabat<br />Sesudah Rasulullah wafat barulah para sahabat merasa perlu bangun menerangkan apa yang mereka ketahui dan menjelaskan apa yang mereka pahami tentang maksud-maksud Al-Qur’an. <br />Kata Abdur Rahman As-Salamy: “Orang-orang yang mengajarkan kami Al-Qur’an, seperti Usman ibn ‘Affan, Abdullah ibn Mas’ud dan lain-lain menerangkan kepada kami bahwasanya apabila mereka mempelajari dari Nabi sepuluh ayat Al-Qur’an, mereka tidak mempelajari ayat-ayat yang lain dahulu sebelum mereka mempelajari ayat-ayat yang sepuluh itu. Mereka berkata: ‘Kami nukilkan dari Rasulullah Qur’an, ilmu dan amal’.” Memang apabila mereka tiada mengetahui makna sesuatu lafadz Al-Qur’an, atau sesuatu maksud ayat, segeralah mereka bertanya kepada Rasul sendiri, atau kepada sesama sahabat yang dipandang dapat menjelaskan. <br />Tiadalah semua sahabat sederajat dalam memahami Al-Qur’an karena menurut kenyataan, tidaklah semua anggota suatu masyarakat mengetahui dengan sempurna seluruh kata-kata dari bahasa yang dipergunakan masyarakat itu. Ada di antara mereka yang luas ilmunya tentang kesusasteraan jahiliyah, ada yang tidak. Ada yang terus-menerus menyertai Rasul, dapat mempersaksikan sebab nuzul, ada yang tidak. Ada di antara mereka yang mengetahui dengan sempurna adat istiadat bangsa Arab dalam pemakaian bahasa, ada yang tidak dan sebagainya. Para sahabat pada umumnya tidak menulis tafsir (hadits-hadits tafsir). Mereka tidak suka menulisnya adalah karena takut tercampur baur dengan Al-Qur’an. <br />Para ulama ahli tafsir di zaman para sahabat di antaranya ialah: Abdullah ibn Abbas, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud, Ubay ibn Ka’ab, Abu Bakar ash-Shiddieq, Umar ibn Khattab, Umar ibn al-Khattab, Utsman ibn ‘Affan, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid ibn Tsabit dan Abdullah ibn Zubair. <br />Para sahabat mempunyai dua aliran dalam menafsirkan Al-Qur’an, yaitu:<br />1. At-Tafsir bi al-Ma’tsur (At-Tafsir bi al-Manqul), yang menafsirkan Al-Qur’an dengan riwayat (hadits Rasul) atau atsar (pendapat-pendapat para sahabat). <br />2. At-Tafsir bi ar-Ra’yi wal ijtihad (At-Tafsir bi al-Ma’qul), yang di samping menafsirkan Al-Qur’an dengan riwayat mempergunakan ijtihad dan akal, berpegang kepada kaedah-kaedah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam mempergunakan bahasa. <br /><br />C. Perkembangan Tafsir Pada Periode Tabi’in<br />Para sahabat Nabi yang ahli tafsir Al-Qur’an, banyaklah di antara mereka yang kemudian mengajarkan tafsir Al-Qur’an kepada para muridnya yang sungguh belajar kepada mereka yaitu para tabi’in. Di antara mereka para tabi’in yang ahli tafsir ialah: Sa’id ibn Zubair, Ikrimah, Mujahid, ‘Athaa ibn Abi Rabah, Muhammad ibn Ka’ab, Abil ‘Aliyah, Hasan Bashri, Athaa ibn Abi Salamah, Qatadah, ar-Rai’in Anas, Abdurrahman ibn Zaid ibn Aslam, ad-Dhahhak ibn Muzaahim, ‘Athiyah al-‘Ufi, Murrah al-Hamdani, dan Abu Malik. <br />Para ulama tabi’in mempunyai dua manhaj (aliran) dalam menafsirkan Al-Qur’an, yaitu:<br />1. Manhaj Muhadditsin, yang menafsirkan Al-Qur’an dengan manqul.<br />2. Manhaj Aqiliyyin (Ijtihadiyyin), yang menafsirkan Al-Qur’an dengan ma’qul. <br />Pada periode ini terdapat tafsir-tafsir yang disusun oleh firqah-firqah Islam yang masuk dalam kategori yang dicela lantaran pengarang-pengarangnya menulis tafsir-tafsir itu untuk mengokohkan pendirian mereka atau untuk membela mazhab mereka. Di antaranya ialah tafsir-tafsir Mu’tazilah, Mutawassifah dan Bathiniyah. <br />Tafsir-tafsir Mu’tazilah sangat dipengaruhi oleh akal dan oleh ilmu mantiq berdasar pada kaidah mereka: “Yang baik, ialah dipandang baik oleh akal dan yang buruk, ialah yang dipandang buruk oleh akal”. Nash-nash yang diperoleh Nabi dijadikan pegangan yang kedua, sedikit sekali mereka mempergunakan nash-nash itu untuk menerangkan makna-makna ayat. Tafsir-tafsir golongan Mutasawwifah dipengaruhi oleh syathahat-syatahat sufiyah yang menjauhkan mereka dari susunan Al-Qur’an dan menjadikan perkataan mereka, sulit dan sukar dipahami, yang hanya dapat dipakai oleh orang-orang yang telah mempelajari uslub-uslub Mutasawwifah. Tafsir Bathiniyah hanya mengambil batin Al-Qur’an dan mengabaikan lahirnya. Di dalamnya kita temui takwil-takwil yang salah yang berlawanan dengan dasar-dasar syara’ dan kaidah bahasa. <br /><br />D. Syarat dan Adab Bagi Mufassir<br />Keterangan dan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang harus diketahui dan diinsafi lebih dahulu oleh para mufassir Al-Qur’an ialah bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu menjadi pedoman agama yang memimpin umat manusia kepada segala sesuatu yang mendatangkan atau mebawa kebahagiaan mereka di alam dunia dan kesejahteraan mereka kelak di akhirat. Jadi para penafsir Al-Qur’an itu hendaklah lebih dahulu mengerti akan tujuan itu.<br />Selanjutnya, para penafsir Al-Qur’an iu sebelum berusaha hendak menafsirkan Al-Qur’an, terlebih dahulu haruslah mengerti beberapa macam ilmu pengetahuan sebagai alatnya. Antara lain ialah:<br />1. Penguasaan ilmu bahasa Arab;<br />a. Kosakata Al-Qur’an, penting karena sering dijumpai di dalam kitab suci itu kata-kata yang mengandung pengertian lebih dari satu.<br />b. Ilmu Nahwu (sintaksis), membahas hal-hal yang berhubungan dengan susunan kata, struktur kalimat, perubahan jabatan kata dan sebagainya.<br />c. Ilmu Sharf (morfologi), membahas bentuk suatu kata dan pengembangannya seperti ibdal, idgham, dan sebagainya. <br />d. Ilmu Etimologi; ilmu tentang asal usul kata. <br />e. Ilmu Balaghat (retorika/metafora); ada tiga aspek di dalam ilmu ini. Pertama, ilmu ma’ani (semantik), membahas makna atau konotasi suatu kata atau kalimat. Kedua, ilmu bayan, membahas pola penyusunan kalimat yang bervariasi dalam menyampaikan suatu maksud. Ketiga, ilmu badi’, membahas pola penyusunan ungkapan atau kalimat yang indah. <br />2. Ilmu Qira’at; membahas cara-cara membaca Al-Qur’an.<br />3. Ilmu Ushuluddin; membahas kaidah-kaidah yang berhubungan dengan sifat Allah dan yan berhubungan dengan masalah Arkanul Iman.<br />4. Ilmu Ushul Fiqh; seorang mufassir harus dapat, sanggup dan mampu mengetahui tentang segi-segi istidlal (pembuktian) tentang hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an.<br />5. Ilmu Asbabun Nuzul; pengetahuan tentang sebab-sebab atau latar belakang turunnya ayat.<br />6. Ilmu Nasikh dan Mansukh; pengetahuan tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang dinasikhkan dan dimansukhkan.<br />7. Ilmu Hadits; untuk memyempurnakan dan memberi penjelasan secara rinsi berdasarkan penjelasan dan penafsiran sunnah Nabi.<br />8. Ilmu Mauhabah; ilmu tentang segi-segi I’jaznya Al-Qur’an di kalangan ahli Tahqiq yang dimaksud ialah ilmu ladunny yaitu ilmu yang langsung diberikan oleh Allah pada orang yang mengamalkan apa yang telah diketahuinya. Persyaratan seseorang penafsir Al-Qur’an dengan mengetahui ilmu Mauhabah adalah pendapat as-Sayuti. <br />9. Ilmu sains dan teknologi; karena di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan isyarat tentang sains dan teknologi. <br />Seorang mufassir itu harus lurus (jujur) dalam ia menfsirkan Al-Qur’an dan mendapat hidayah dari Allah swt. Imam Abu Wa’il ath-Thabary menguraikan tentang adab (akhlak) bagi mufassirin:<br />1. Hendaklah mufassir itu mempunyai akidah yang sah (murni);<br />2. Hendaklah mufassir iru kuat serta teguh pendiriannya pada sunnah Nabi saw dan ajaran agama Islam.<br />Dan dalam menafsirkan Al-Qur’an itu janganlah ada di belakangnya maksud tertentu untuk menafsirkannya, seperti dorongan hawa nafsu atau dengan dorongan keduniaan. Imam ath-Thabary menyatakan: “Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menafsirkan Al-Qur’an yaitu niatnya yang sah yang tergambar dalam perkataannya, tulisannya hendaklah tepat dan benar tidak berbelit-belitdalam menafsirkan Al-Qur’an. <br /><br />Referensi:<br />- Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: Pustaka Rizki Putra.<br />- Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.<br />- Baidan, Nashruddin. 2002. Metode Penafsiran Al-Qur’an: Kajian Kritis Terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />- Kholil, Moenawar. 1985. Al-Qur’an dari Masa ke Masa. Solo: Ramadhani.<br />- Syurbasyi, Ahmad. 1999. Study Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Jakarta: Kalam Mulia.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-77323509675884886022011-09-16T04:02:00.000-07:002011-09-16T04:04:31.227-07:00PROSEDUR PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARANPROSEDUR PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN<br /><br />Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas<br /> Pada Mata Kuliah Teknologi Pendidikan<br /><br />Dosen Pembimbing :<br />H. Dudun Ubaedullah, M.A.<br /><br /><br /> <br /><br /><br />DISUSUN OLEH :<br /><br />Tiam Astuti<br />0308374<br />&<br />Fatimatuzzahro<br />0308376<br /><br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemilihan media pembelajaran, karena media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Proses pemilihan menjadi penting karena kedudukan media yang strategis untuk keberhasilan pembelajaran. Maka proses pemilihan media tersebut harus menggunakan prosedur yang tepat.<br />Dalam makalah ini akan dibahas mengenai model-model prosedur pemilihan media pembelajaran, seperti model ACTION, model ASSURE, serta prinsip-prinsip psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan media.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PROSEDUR PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN<br /><br />A. Model Pemilihan Media Pembelajaran ACTION<br /> ACTION merupakan akronim dari ACCESS, COST, TECHNOLOGY, INTERACTIVITY, ORGANIZATION dan NOVELTY.<br />1. ACCESS<br />Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dimanfaatkan oleh murid? Misalnya kita ingin menggunakan media internet, lebih dipertimbangkan dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet? Apakah juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk murid. Murid harus memperoleh akses. Dalam hal ini media harus merupakan bagian dalam interaksi dan aktivitas siswa, bukan hanya guru yang menjadi media tersebut.<br />2. COST<br />Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Pada umumnya media canggih biasanya cenderung mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. Media yang efektif tidak selalu mahal, jika guru kreatif dan menguasai materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek akan dijadikan sebagai media dengan biaya yang murah namun efektif.<br />3. TECHNOLOGY<br />Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tapi kita perlu perhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan audio visual di kelas. Perlu kita pertimbangkan, apakah ada listrik, voltase listrik cukup dan sesuai? <br />4. INTERACTIVITY<br />Media yang baik adalah media yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang mudah dikembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Jadikan media itu sebagai alat bantu siswa dalam beraktivitas, misalnya puzzle untuk anak SD, siswa dapat menggunakannya sendiri, menyusun gambar hingga lengkap, flash card dapat dikondisikan dalam bentuk permainan dan semua siswa terlibat baik secara fisik, intelektual maupun mental.<br />5. ORGANIZATION<br />Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya. Apakah media sekolah ini tersedia satu unit yang disebut pusat sumber belajar?<br />6. NOVELTY<br />Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi pertimbangan media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa. Di antara media yang relatif baru adalah media yang memanfaatkan teknologi informasi dalam komunikasi dan komunikasi khususnya penggunaan internet.<br /><br />B. Model Pemilihan Media Pembelajaran ASSURE<br /> Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal denagn istilah ASSURE. (ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics, State objective, Select, or modify media, Utilize, Requiry learner response, and Evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut:<br />(A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya dan sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.<br />(S) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urutan-urutan penyajian dan kegiatan belajar.<br />(S) Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berparisipasi, telah terbukti efektif-jika pernah diuji-cobakan, dan menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow-up. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan sasaran partisipan, materi dan media itu dapat dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi yang telah tersedia, barulah memilih alternatif ketiga yaitu merancang dan mengembangkan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu dan tenaga. Namun demikian kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. <br />(U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi yang media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Di samping praktek dan latihan menngunakannya, persiapan ruaangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, layar, dan lain-lain harus dipersiapkan sebelum penyajian.<br />(R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektivan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat bermacam-macam, seperti mengulangi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi/pelajaran, atau menganalisis alternatif pemecahan masalah/kasus. Dengan demikian, siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar.<br />(E) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah untuk mengetahui tingakat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media, pendekatan, dan guru sendiri. <br />Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:<br />1. Motivasi 8. Umpan balik<br />2. Perbedaan individual 9. Penguatan<br />3. Tujuan pembelajaran 10. Latihan dan pengulangan, dan<br />4. Organisasi isi 11. Penerapan<br />5. Persiapan sebelum belajar<br />6. Emosi<br />7. Partisipasi<br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br />Dari pembahasan dalam bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat model pemilihan media pembelajaran ACTION, yaitu: Access, Cost, Technology, Interactivity, Organization, and Novelty. Kemudian model pemilihan media pembelajaran ASSURE, yaitu: Analyze learner characteristics, State objective, Select, or modify media, Utilize, Requiry learner response, and Evaluate.<br />Prinsip-prinsip psikologis yang perlu dipertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media, yaitu: Motivasi, perbedaan individual, Tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, dan penguatan.<br /><br />Referensi:<br />Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-85034584713221805892011-09-16T04:01:00.001-07:002011-09-16T04:01:46.481-07:00PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ALIRAN ILUMINASIONIS (SUHRAWARDI)PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ALIRAN ILUMINASIONIS (SUHRAWARDI)<br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam<br /><br /> <br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />Dosen Pembimbing:<br />Dayang Salamah, M. Pd.<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Untuk dapat mengenal pendidikan secara lebih mendalam perlu ditelaah pandangan-pandangan para filosof mengenai pendidikan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pendidikan Islam dalam pemikiran aliran Iluminasionis (Suhrawardi). Terdapat biografi singkat Suhrawardi, hasil pemikirannya yaitu <br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ALIRAN ILUMINASIONIS (SUHRAWARDI)<br /><br />A. Biografi Singkat Suhrawardi<br />Nama lengkap Suhrawardi ialah ‘Abu al-Futuh Yahya bin Habasy bin ‘Amirak as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/1153 M, di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Di usianya yang terbilang sangat muda, Suhrawardi telah mengunjungi sejumlah tempat untuk menemui sang guru dan pembimbing ruhaninya. Suhrawardi merantau ke Persia, Anatolia, Syria, dan berakhir di Aleppo.<br />Wilayah yang pertama kali dikunjungi Suhrawardi adalah Maragha, yang berada di kawasan Azebaijan. Ia belajar falsafah, hukum, dan teologi kepada Majd ad-Din al-Jili. Suhrawardi kemudian meneruskan perjalanannya ke Isfahan, Iran Tengah. Di sini ia belajar logika kepada Zhahir ad-Din al-Qari. Suhrawardi meneruskan perjalanannya ke Anatolia, di sana adalah puncaknya kejayaan Bani Saljuq dalam bidang sastra khususnya fiksi liris-romantik. Setelah memperoleh pengetahuan formalnya, Suhrawardi pergi menuju Persia, yang dikenal sebagai tempat awal munculnya gerakan sufi dan gudang tokoh-tokoh sufi. Suhrawardi tertarik pada ajaran dan doktrin Tasawuf dan akhirnya ia menekuni mistisisme. Pada akhirnya, dalam diri Suhrawardi terkumpul dua keahlian, yakni falsafah dan tasawuf, sehingga ia menjadi seorang filsuf sekaligus seorang sufi.<br />Suhrawardi mengakhiri petualangannya di Syria. Dari Damaskus ia kemudian pergi menuju Aleppo, dan di sana ia bertemu dan bersahabat dengan gubernur Aleppo, Malik azh-Zhahir. Malik sangat menghargai dan menghormati para ulama, cendekiawan, dan ahli pikir. Kecenderungannya Malik itu menyebabkannya sangat tertarik dan cocok dengan cara berpikir Suhrawardi. Ia mengundang Suhrawardi untuk menjelaskan ide-ide pemikirannya. Namun sangat disayangkan bahwa penghormatan dan penghargaan yang diberikan Malik kepada Suhrawardi tidak diikuti oleh para fuqaha pada saat itu. Pada saat itu persaingan antara ahli fiqh (fuqaha) dan ahli tasawuf (sufi) sudah mulai terasa. Mereka merasa cemburu dan tersaingi tampilnya fisuf muda berbakat itu. Perasaan tersebut mendororng mereka untuk memusuhi dan melenyapkan Suhrawardi. Mereka memanfaatkan kelemahan Suhrawardi yang menyampaikan keyakinan-keyakinan batiniyahnya secara terbuka. Suhrawardi dianggap menonjolkan unsur kebatinan dan dalam wacana teologis ia cenderung kepada paham Syi’ah, khususnya Isma’iliyah. Sedangkan pada saat itu, toleransi beda pendapat sangat dibatasi dan dikekang. Mereka lalu mengajukan tuntutan kepada Malik azh-Zhahir agar Suhrawardi dikenakan hukuman mati, akan tetapi Malik tidak sependapat. Maka mereka kemudian mengajukan secara langsung kepada Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang menguasi Yaman, Mesir, dan Syria. Karena alasan beda corak pemikiran dan lain aliran dengan Suhrawardi, juga karena para fuqaha merasa telah ikut berjasa dalam membendung tentara salib, Sultan Shalahuddin pun mengabulkan desakan dan tuntutan para fuqaha. <br />Akhirnya dengan amat terpaksa, Malik azh-Zhahir pun melaksanakan tuntutan tersebut dan mengeksekusi Suhrawardi dengan hukuman penjara. Namun demikian, penyebab langsung dari kematian Suhrawardi tidak jelas dan masih menjadi misteri. Dalam kaitannya ini, Ziai mengatakan bahwa Suhrawardi mati dihukum gantung. Suhrawardi meninggal pada 29 Juli 578 H/1191 M, dalam usia 36 tahun menurut kalender Syamsiyyah dan 38 tahun menurut kalender Qamariyyah. <br />B. Ajaran Iluminasi<br />Filsafat Isyraqiyah atau teosofi, menjadi lebih tepat didasarkan pada metafisika cahaya. Pemula dan sumber segala sesuatu adalah cahaya atas segala cahaya (nur al-anwar), yang merupakan cahaya absolut dan tidak terbatas di atas dan di belakang semua sinar yang memancar. Karena kenyataannya tak ada sesuatu pun dalam alam semesta yang luas ini melainkan cahaya. Dari cahaya di atas segala cahaya ada suatu hirarki cahaya-cahaya, vertikal maupun longitudinal, cahaya-cahaya yang terdiri dari tingkat-tingkat eksistensi universal dan suatu tatanan horizontal atau latitudinal (melintang), yang berisi pola dasar (rabb al-naw’). Cahaya-cahaya ini tidak lain daripada apa yang dalam agama disebut malaikat-malaikat. Suhrawardi memberi nama terhadap malaikat-malaikat Mazdean dan juga Islam dengan cahaya-cahaya ini, dan menghasilkan peranan sentral dalam kosmologi dan juga epistemologi dan soteriologi.<br />Kata Isyraq dalam bahasa Arab berarti iluminasi dan sekaligus juga cahaya pertama pada pagi hari, seperti cahaya matahari dari timur (syarq). Timur tidak hanya berarti timur secara geografis tetapi awal cahaya, yakni realitas. Filsafat Isyraqiyah berarti “ketimuran” dan “iluminatif.” Ia adalah pengetahuan dengan pertolongan, yang manusia dapat menyesuaikan dirinya sendiri dalam alam semesta dan akhirnya menjangkau bahwa Timur adalah tempat kediaman yang azali. <br />Suhrawardi melihat filsafat yang benar sebagai hasil dari perkawinan antara latihan intelektual teoritik melalui filsafat dan pemurnian hati melalui Sufisme. Makna pencapaian pengetahuan tertinggi yang ia anggap iluminasi, sekaligus mentransformasikan dan melimpahnya pengetahuan seseorang. Filsafat sebagai suatu aktivitas mental, yang lepas dari realisasi spiritual dan kehidupan batin dan filsafat Islam lebih lanjut menjadi sophia yang senantiasa dimiliki dalam tradisi-tradisi ketimuran, yaitu suatu hikmah yang hidup, pengalaman, pemikiran dan juga penalaran. <br /><br />C. Pandangan Suhrawardi Tentang Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan<br />Suhrawardi menegaskan pandangannya tentang bagaimana pengetahuan diperoleh yang terdiri dari tiga tangga. Tangga pertama ditandai dengan aktivitas sebagian filosof: ia harus “memisahkan dunia”. Tangga kedua ditandai dengan pengalaman-pengalaman tertentu: filosof mencapai pancaran-pancaran suatu “Cahaya Tuhan” (al-nur al-Ilahi). Tangga ketiga ditantadi dengan perolehan pengetahuan yang tak terbatas dan tak terikat, yaitu pengetahuan iluminasi (al-ilm al-isyraqi).<br />Filsafat Iluminasi terdiri dari tiga tingkat yang berkaitan dengan persoalan pengetahuan – bagaimana mempersiapkan, mengalaminya, menerimanya melalui iluminasi, menyusunnya dalam suatu pandangan sistematik tentangnya. Ditambah dengan suatu tingkat tambahan yang terdiri dari proses mengungkapkan hasil-hasil pengalamn iluminasi dan pencarian tentangnya dalam bentuk tulisan.<br /> Secara lebih rinci bahwa tangga pertama adalah aktivitas yang melaluinya filosof mempersiapkan dirinya sendiri bagi pengetahuan iluminasi, suatu jalan hidup tertentu yang harus ia ikuti untuk sampai pada kesiapan menerima “pengalaman”. Tahap kedua adalah tangga iluminasi. Tahap ketiga adalah tahap konstruksi.<br /> Awal tahap pertama diawali dengan aktivitas-aktivitas seperti mengasingkan diri selama empat puluh hari, berhenti makan daging, dan mempersiapkan diri untuk menerima inspirasi dan ilham. Aktivitas-aktivitas semacam itu masuk dalam kategori praktik-praktik asketik dan mistik, meskipun tidak sama pesis dengan pernyataan-pernyataan dan penghentian-penghentian jalan sufi yang ditetapkan, atau tarekat sufi, sebagaimana dikenal dalam karya-karya mistis yang ditemui Suhrawardi. Melalui aktivitas-aktivitas semacam itu, filosof dengan kekuatan intuitifnya, dalam dirinya, terdapat suatu bagian “Cahaya Tuhan” (al-bariq al-ilahi), dapat menerima realitas keberadaannya dan mengakui kebenaran intuisinya sendiri melalui “ilham” dan “penyingkapan diri” (musyahadah wa mukasyafah). Atas dasar itu, tahap pertama ini terdiri dari: (1) suatu aktivitas; (2) suatu kondisi (yang ditemui seseorang, karena kita tahu bahwa setiap orang mempunyai intuisi dan dalam diri setiap orang ada bagian tertentu cahaya Tuhan); (3) ilham pribadi.<br /> Tahap pertama mengantarkan kepada tahap kedua, dan Cahaya Tuhan memesuki wujud manusia. Cahaya ini mengambil bentuk serangkaian “cahaya penyingkap” (al-anwar al-sanihah) dan melalui “cahaya-cahaya penyingkap” pengetahuan yang berperan sebagai pengetahuan yang sebenarnya (al-‘ulum al-haqiqiyah) dapat diperoleh.<br /> Tahap ketiga adalah tahap pembangunan suatu ilmu yang benar (al’ilm al-shahih). Tahap terakhir adalah menurunkan filsafat iluminasi dalam bentuk tulisan. <br /><br /><br /><br /><br /><br />Referensi:<br />- Drajat, Amroeni. 2005. Suhrawardi: Kritik Falsafah Peripatetik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.<br />- Nasr, Seyyed Hossein. 1996. Intelektual Islam: Teologi, Filsafat dan Gnosis. Yogyakarta: CIIS Press.<br />- Ziai, Hossein. 1998. Suhrawardi dan Filsafat Illuminasi: Pencerahan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Zaman Wacana Mulia.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-48005030720923533812011-09-16T03:59:00.000-07:002011-09-16T04:00:34.438-07:00PENDIDIKAN INTELEKTUAL (Qs. Yunus: 35-36 dan Qs. Al-Isra’: 36)PENDIDIKAN INTELEKTUAL<br />(Qs. Yunus: 35-36 dan Qs. Al-Isra’: 36)<br /><br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawy<br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br /><br />Dosen Pembimbing:<br />Taufik, M. Si.<br /><br /><br />FAKULTAS TARBIYAH<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /><br /> Dalam menuntut ilmu, kita harus selalu belajar diiringi dengan nilai- nilai agama, yang mana bersumber utama dari Al-Quran dan As-sunnah. Untuk itu dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, kita perlu menelaah apa saja yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam makalah ini akan dikaji ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan intelektual (Qs. Yunus: 35-36 dan Qs. Al-Isra’: 36).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PENDIDIKAN INTELEKTUAL<br />(Qs. Yunus: 35-36 dan Qs. Al-Isra’: 36)<br /><br /><br />A. SURAT YUNUS AYAT 35-36<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Artinya:<br />” Katakanlah: ’Apakah diantara sekutu-sekutu kamu ada yang membimbing kepada kebenaran?’, Katakanlah: ’Allah membimbing menuju kebenaran.’ Maka apakah yang membimbing kepada kebenaran lebih berhak diikuti ataukah yang tidak dapat membimbing kecuali dibimbing? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”. ”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali dugaan saja. Sesungguhnya dugaan tidak sedikit pun berguna menyangkut kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Yunus: 35-36).<br /><br />( )Yahdi lil Haqq: Membimbing menuju kebenaran, ( ) yahdi ila al-Haqq: Allah membimbing menuju kebenaran , ( ) Zhann: dugaan. <br />Allah memerintahkan kepada Nabi Saw, agar menanyakan kepada mereka (orang musyrikin), ”Manakah yang lebih berhak untuk diikuti apakah Zat Yang memberikan petunjuk kepada kebenaran ataukah berhala-berhala yang tidak dapat memberikan petunjuk sedikit pun kepada mreka bahkan tidak dapat mengetahui dirinya sendiri.” Mengapa mereka menerima pilihan serupa itu. Kalaulah mereka mau menggunakan akal dan pikiran tentulah mereka akan memilih Zat Yang memberi petunjuk kepada mereka, yaitu Allah. Karena tuhan-tuhan yang lain tidak dapat memberikan petunjuk apapun.<br />Petunjuk atau hidayah yang diberikan Allah kpd makhluk-Nya bermacam-macam:<br />1. Hidayah yang diperoleh dengan naluri dan insting yang telah diciptakan oleh Allah pada diri manusia dan hewan.<br />2. Hidayah yang dapat dicapai dengan panca indera, seperti hidayah yang melalui pendengaran dan penglihatan.<br />3. Hidayah yang dicapai denagn jalan berpikir dan mengambil petunjuk dari segala macam alat tersebut di atas.<br />4. Hidayah yang diberikan Allah dengan melalui agama yang diperuntukkan bagi manusia secara keseluruhan yang kedudukannya sama dengan akal untuk masing-masing individu.<br />5. Hidayah taufik yang dapat dicapai dengan kemauan untuk mencapai kebenaran. <br />Allah mencela perbuatan mereka dengan menanyakan apakah gerangan yang menimpa mereka, sehingga mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara yang dapat menyampaikan ibadah mereka kepada Allah, padahal berhala-berhala itu bukanlah tuhan yang menciptakan, dan bukan yang memberi rezeki serta bukan pula tuhan yang memberi petunjuk. Maka mengapa mereka mengambil keputusan yang tidak adil yaitu menganggap tuhan-tuhan yang mereka persekutukan itu, sebagai Tuhan Yang berhak disembah, berhak dimintai pertolongan tanpa izin dari Zat Yang menciptakan. Dari sisi ini tampaklah kesesatan orang-orang musyrikin itu kesalahan tindakan mereka. <br />Sesungguhnya, kebanyakan mereka, dalam kemusyrikan dan peribadatannya kepada selain Allah atau dalam keingkarannya terhadap adanya kebangkitan dan pendustaannya terhadap Rasul saw, hanyalah mengikuti semacam dugaan, yang boleh jadi merupakan dugaan yang lemah belaka. Seperti halnya mereka menyamakan sesuatu yang tidak diketahui dengan barang gaib dengan barang nyata, dan menyamakan sesuatu yang tidak diketahui dengan barang yang diketahui. Mereka hanya taqlid saja kepada nenek moyang mereka, karena mereka yakin nenek moyang itu tak salah kepercayaannya, dan tidak pula sesat dalam perbuatan-perbuatannya. Sedikit saja di antara mereka yang mengetahui bahwa ajaran yang dibawa oleh Rasul saw itulah yang benar dan yang hak, bahwa patung-patung mereka dan segala sesembahan mereka yang lain tidak memberi manfaat atau mudarat. Adapun kalau mereka kemudian mengingkari ayat-ayat Allah dan mendustakan Rasul saw, maka hal itu adalah karena keras kepala dan kesombongan mereka, karena khawatir kepemimpinan mereka akan hilang sia-sia, sehingga mereka akan berubah menjadi pengikut bukan orang-orang yang diikuti. <br />Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa saja yang mereka lakukan, baik perbuatan yang didasarkan kepada kepercayaan yang belum pasti kebenarannya. Dia-lah yang mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, dan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan mereka. <br /><br />B. SURAT Al-ISRA AYAT 36 <br /><br /><br /><br /><br /><br />Artinya:<br />”Dan janganlah engkau mengikuti apa-apa yang tiada bagimu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu tentangnya ditanyai.” (Qs. Al-Isra’:36).<br /> ( ) al-Bashar: Penglihatan , ( ) al-Fuad: Hati. <br /> Allah swt melarang kaum muslimin mengikuti perkataan atau perbuatan yang tidak diketahui kebenarannya. Larangan ini mencakup seluruh kegiatan menusia itu sendiri, baik perkataan maupun perbuatan. <br /><br /><br /> Di bawah ini akan disebutkan berbagai pendapat dari sahabat dan tabi’in:<br />1. Ibnu Abbas mengatakan: ”Janganlah kamu menjadi saksi kecuali atas sesuatu yang diketahui oleh kedua matamu, didengar oleh kedua telingamu dan dapat dipahami oleh hatimu.”<br />2. Qatadah, mengatakan pula” ”Janganlah kamu mengatakan ’Saya mendengar,’ padahal kamu belum pernah mendengar, atau ’Saya telah melihat,’ padahal kamu tak pernah melihat, atau ’Saya telah mengetahui,’ padahal kamu belum tahu.” <br />3. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan larangan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui ialah perkataan yang hanya berdasarkan prasangka dan dugaan, bukan pengetahuan yang benar, seperti tersebut dalam firman Allah:<br /><br /><br />Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (Qs. Al-Hujurat: 12).<br />Dan seperti tersebut dalam hadits:<br /><br /><br /><br />Artinya: ”Jauhilah olehmu sekalian prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta.” (Riwayat Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah).<br />4. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah larangan kepada kaum musyrikin mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka, dengan taqlid buta dan mengikuti keinginan hawa nafsu. Di antaranya adalah mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka menyembah berhala, dan memberi berhala itu dengan berbagai macam nama, seperti tersebut dalam firman Allah:<br /><br /><br />Artinya: ”Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya.” (Qs. An-Najm: 23). <br /> Allah lalu mengatakan bahwa sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan ditanya, apakah yang dikatakan oleh seseorang itu sesuai dengan apa yang didengar suara hatinya. Apabila yang dikatakan itu sesuai dengan pendengaran , penglihatan, dan suara hatinya, ia selamat dari ancaman api neraka, dan akan menerima pahala dan keridhaan Allah. Tetapi apabila tidak sesuai, ia akan digiring ke dalam api neraka. <br /><br /><br />BAB III<br />PESAN PENDIDIKAN<br /><br /> Bahwa dalam pendidikan, kita di haruskan untuk menggunakan akal dan pikiran kita dan juga meminta petunjuk hanya kepada Allah sehingga kita tidak akan masuk dalam kesesatan melainkan kebenaran. Jalan yang dipakai jangan hanya taqlid saja tanpa mengetahui apakah benar sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya atau tidak. Dalam belajar kita harus memiliki etika untuk tidak mengikuti apa-apa yang tidak kita ketahui kebenarannya, apa-apa yang tidak kita lihat, dengar, maupun yang tidak sesuai dengan suara hati kita. Dan kita dilarang berbuat atau mengatakan hanya berdasarkan prasangka atau dugaan, tanpa pengetahuan yang benar karena prasangka tidaklah dibenarkan sehingga dikhawatirkan akan menyesatkan orang lain. Semua itu akan dipertanggung jawabkan kepada Allah swt.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Referensi:<br />- Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi (Terjemah) Juz XI. Semarang: Toha Putra.<br />- Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi (Terjemah) Juz XV. Semarang: Toha Putra. <br />- Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya: (Edisi yang Disempurnakan) Jilid IV. Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an Departemen Agama. <br />- Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya: (Edisi yang Disempurnakan) Jilid V. Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an Departemen Agama.<br />- Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 6. Jakarta: Lentera Hati. <br />- Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 7. Jakarta: Lentera Hati.<br />- Tim Tashih Departemen Agama. 1995. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IV Juz 10-11-12. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-49623892687978340992011-09-16T03:58:00.001-07:002011-09-16T03:59:04.819-07:00PENDIDIKAN DI THAILAND DAN FILIPINAPENDIDIKAN DI THAILAND DAN FILIPINA<br />Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah <br />Perbandingan Pendidikan Negara Islam<br />Dosen Pembimbing: <br />DR. Hasan Darojat, M.A.<br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2011<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan, maka perlu dikembangkan sistem pendidikan yang digunakan. Demi mendapatkan sistem pendidikan yang sempurna perlu diadakan perbandingan, karena masing-masing negara baik yang maju maupun berkembang memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Dimana pada setiap yang berbeda itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.<br /> Untuk itu, pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai pendidikan di dua negara Asia Tenggara, yaitu Thailand dan Filipina. Akan disebutkan secara singkat letak geografis masing-masing negara dan sejarahnya. Juga dijelaskan keadaan sistem pendidikan kedua negara tersebut. Pada bab III akan disimpulkan kelebihan dan kekurangan pada pendidikan di Thailand dan Filipina.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PENDIDIKAN DI THAILAND DAN FILIPINA<br /><br />A. Pendidikan di Thailand<br />1. Letak Geografis Thailand<br />Kerajaan Thai, yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang beribukota di Bangkok. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Thai. Bentuk pemerintahannya adalah monarki konstitusional, yang dipimpin oleh raja dan dikepalai oleh perdana menteri. <br />Negeri seluas kurang lebih 510.000 km² ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di selatan dengan Malaysia. Koordinat geografisnya adalah 5°-21° LU dan 97°-106° BT. <br /><br /><br />2. Sejarah Thailand<br />Asal mula Kerajaan Thai secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Kerajaan Thai dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Kerajaan Thai tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.<br />Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti nama internasionalnya menjadi "Thailand" pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Kerajaan Thai bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Kerajaan Thai menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun Kerajaan Thai mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an. <br />3. Sistem Pendidikan di Thailand<br />Sistem pendidikan di Thailand memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di Indonesia dan terdapat juga perbedaannya. Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu: pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari: program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.<br />Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut :<br />a. Pendidikan Play Group dan TK usia 3-6 tahun<br />b. Pendidikan Sekolah Dasar (selama 6 tahun), grade 1-6<br />c. Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9<br />d. Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12<br />Untuk grade 7-12 dalam satu komponen sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.<br />Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :<br />a. Bahasa Thai<br />b. Matematika<br />c. Science<br />d. Ilmu sosial<br />e. Agama dan Kebudayaan<br />f. Bahasa asing<br />g. Health and Physical Education<br />h. Art, Career and Technology<br />Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic Affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak. <br />Pondok (sekolah agama) di Thailand Selatan secara keseluruhan dapat dikatakan sama dengan pesantren di Jawa atau tempat-tempat lain di Indonesia pada tahun 1950/60-an sebelum mengalami modernisasi. Kini, setelah kerusuhan merebak di Patani atau kawasan Muslim Melayu di Thailand Selatan dalam dua tahun terakhir, pondok menjadi tertuduh sebagai tempat pusat perlawanan atas pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah Thailand. Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, secara terbuka menyatakan bahwa ia tak akan memberikan toleransi kepada pondok yang seperti itu.<br />Pondok Patani umumnya masih sangat tradisional, bagi kaum Melayu Muslim Thailand Selatan ia adalah lebih dari sekadar lembaga pendidikan Islam. Tetapi juga merupakan salah satu identitas keagamaan dan budaya. Jadi, ancaman penutupan pondok oleh pemerintah, langsung maupun tidak merupakan pembunuhan ‘genocide’ religius-kultural.<br />Dalam wawancara dengan TV3 Thailand di sela-sela workshop di Nakun Si Tamarat, dikemukakan bahwa penyebab pergolakan di Thailand Selatan sedikitnya ada empat :<br />Pertama, pendekatan kekerasan yang dilakukan Thaksin, yang akhirnya melahirkan lingkaran kekerasan. Dalam menghadapi unjuk rasa damai misalnya, Thaksin tidak segan-segan mengerahkan kekuatan militer yang mengorbankan orang Muslim Patani. Ini segera dibalas dengan taktik gerilya maka kekerasan berlanjut.<br />Kedua, kondisi ekonomi yang buruk di Thailand Selatan. Meski ekonomi Thailand meningkat tetapi tidak banyak perkembangan ekonomi di Thailand Selatan. Mereka tetap miskin dan terbelakang.<br />Ketiga, monolitisme budaya Thai (Siam) dengan mengorbankan budaya Melayu Muslim. Sejak tahun 1970-an Pemerintah Thailand melakukan “Siamisasi” dengan mewajibkan orang-orang Muslim Patani menggunakan nama dan bahasa Thai (yang sama sekali tak ada ikatan budaya/tidak serumpun).<br />Keempat, terbelakangnya pendidikan, karena kurangnya perhatian pemerintah Thailand. <br /><br />B. Sistem Pendidikan di Filipina<br />1. Letak Geografis Filipina<br />Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina beribukotakan Manila. Bahasa resmi yang digunakan ialah bahasa Filipino (Tagalog) dan bahasa Inggris. Bentuk pemerintahannya ialah republik, yang dipimpin oleh presiden dan wakil presiden.<br />Filipina terdiri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40' dan 126° 34' T. longitude, dan 4° 40' dan 21° 10' LU. latitude. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya dan Taiwan di utara. Maluku dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau. <br />2. Sejarah Filipina<br />Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian, bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.<br />Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.<br />Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat memengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.<br />Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat. Filipina adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.<br />Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi. <br />3. Sistem Pendidikan di Filipina<br /> <br /><br />a. Pra-Pendidikan Dasar <br />Pra-pendidikan dasar disediakan untuk anak berusia 3-5 tahun. Program yang ditawarkan beragam seperti Nursery (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk anak usia 3-4 tahun, kindergarten (TK) untuk usia 4-5 tahun, dan Sekolah Persiapan SD untuk usia 5-6 tahun. <br />b. Pendidikan Dasar <br />Sekolah Dasar, terdiri dari 6 tingkat, beberapa sekolah menambahkan tingkat tambahan (tingkat ke-7). Tingkat-tingkat ini dikelompokkan menjadi dua subdivisi utama, Tingkat Primer (dasar) meliputi 3 tingkat pertama, dan Tingkat Intermediet (lanjutan) terdiri dari 3 atau 4 tingkat. Penyelenggaraan enam tahun pendidikan dasar ini wajib dan disediakan gratis di sekolah-sekolah umum.<br />(1) Sekolah Publik <br />Mata Pelajaran Inti: Matematika, Ilmu Pengetahuan, Bahasa Inggris, Bahasa Filipina, Dan Makabayan (Ilmu Sosial, Pendidikan Kehidupan, Nilai-Nilai). Pada tingkat ke-3 ditambahkan mata pelajaran Sains. Mata Pelajaran Lainnya: Musik, Seni, dan Pendidikan Jasmani.<br />(2) Sekolah Swasta <br />Mata Pelajaran: Matematika, Bahasa Inggris, Sains, Ilmu Sosial, Komputer Dasar, Bahasa Filipina, Musik, Seni dan Teknologi, Ekonomi Kerumahan, Kesehatan, Pendidikan Jasmani. Di Sekolah Katolik diberikan materi Pendidikan Agama atau Kehidupan Umat Kristen. Pada Sekolah Internasional dan Sekolah Cina diberikan mata pelajaran tambahan berupa Bahasa dan Budaya. <br />Bahasa pengantarnya ialah Bahasa Inggris. Bahasa Filipina digunakan dalam pengajaran Makabayan dan Bahasa Filipina,<br />selain juga digunakan bahasa-bahasa daerah seperti Cebuano, Hiligaynin, Bicolano, dan Waray. Bahasa Arab digunakan di Sekolah-sekolah Islam. Di Sekolah Cina diajarkan dua tambahan bahasa Cina Hokkien dan Cina Mandarin. Sekolah Internasional umumnya menggunakan Bahasa Inggris di semua mata pelajaran.<br />National Elementary Achievement Test (NEAT), ujian nasional SD, yang orientasinya adalah sebagai tolak ukur sekolah kompetensi, bukan sebagai pengukur kecerdasan siswa, dihapuskan pada tahun 2004, dan pada tahun 2006 diberlakukan hanya kepada sekolah swasta untuk ujian masuk sekolah menengah. Dengan dihapuskannya NEAT para siswa tidak perlu menghasilkan skor apapun untuk mendapatkan pengakuan ke sekolah tinggi negeri. Departemen Pendidikan kemudian mengubah NEAT dan menggantikannya dengan National Achievement Test (NAT). Sekolah dasar publik dan swasta mengambil ujian ini untuk mengukur kompetensi sekolah. <br />c. Pendidikan Menengah <br />Pendidikan sekolah menengah di Filipina terdiri dari empat tahun dan disediakan secara gratis di sekolah-sekolah umum, ditujukan kepada siswa-siswa berusia 12-16. Pendidikan Menengah bersifat terkotak, yaitu setiap tingkat berfokus kepada tema atau isi tertentu, sehingga sering disebut sebagai sekolah tinggi. Pendidikan Menengah:<br />Tahun ke-1 (Freshman): Aljabar I, Sains Terintegrasi, bahasa Inggris I, bahasa Filipina I, dan Sejarah Filipina.<br />Tahun ke-2 (Sophomore): Aljabar II, Biologi, bahasa Inggris II, bahasa Filipina II, Sejarah Asia.<br />Tahun ke-3 (Junior): Geometri, Kimia, bahasa Filipina III, sejarah Dunia, dan Geografi.<br />Tahun ke-4 (Senior): Kalkulus, Trigonometri, Fisika, bahasa Filipina IV, Sastra, dan Ekonomi.<br />Pelajaran tambahan meliputi Kesehatan, Ilmu Komputer Lanjutan, Musik, Seni, Teknologi, Ekonomi Kerumahan, dan Pendidikan Jasmani. Pada Sekolah-Sekolah Eksklusif ditawarkan mata pelajaran pilihan meliputi berbagai macam Bahasa, Pemrograman Komputer, Menulis Sastra, dan lainnya. Sekolah Cina memberikan tambahan pelajaran Bahasa dan Budaya. Sekolah Persiapan (Pra-Pendidikan Tinggi) memberikan beberapa kursus Bisnis dan Akutansi, sedangkan Sekolah Sains memberikan mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika pada setiap tingkat.<br /> National Achievement Test Sekunder (NSAT) yang dikelola oleh Departemen Pendidikan adalah ujian di akhir tahun ke-4 sekolah menengah, namun kemudian ditiadakan. Kini setiap sekolah publik atau swasta menyelenggarakan sendiri ujian masuk pendidikan di Perguruan Tinggi (College Entrance Examinations, CEE). <br />Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, siswa dapat memilih untuk mengambil Pelatihan Kejuruan 2 atau 3 tahun atau melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Universitas). <br />d. Pendidikan Teknik dan Kejuruan <br />Pendidikan Teknik dan Kejuruan (TESDA), adalah suatu badan yang mengawasi pendidikan pasca-sekolah menengah pendidikan teknis dan kejuruan, termasuk orientasi keterampilan, pelatihan dan pengembangan pemuda luar sekolah dan masyarakat pengangguran dewasa. TESDA dikelola oleh Dewan Tenaga Kerja dan Pemuda (NMYC) dan Program magang dari Biro Ketenagakerjaan Lokal (BLE), keduanya dari Departemen Pekerjaan dan Ketenagakerjaan (DOLE) bekerjasama dengan Biro Pendidikan Teknis dan Kejuruan (BTVE) dari Departemen Pendidikan, Kebudayaan, dan Olah Raga (DECS, sekarang DepEd), berlandaskan Undang-Undang Republik Nomor 7796 atau dikenal sebagai “Undang-Undang Pendidikan Teknik dan Pengembangan Keterampilan 1994” yang untuk menyediakan tenaga kerja tingkat menengah bagi industri.<br />e. Pendidikan Tinggi <br />Pendidikan Tinggi dikelola oleh Komisi Pendidikan Tinggi (CHED), berdasarkan UU Republik No. 7722 atau UU Pendidikan Tinggi 1994. CHED adalah lembaga independen setingkat departemen yang berasal dan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan (DepEd). Tugasnya adalah mengkoordinasikan program-program lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan menerapkan kebijakan dan standar.<br />Pendidikan Tinggi di Filipina diklasifikasikan menjadi universitas dan perguruan tinggi negeri (SUC) dan universitas dan perguruan tinggi lokal (LCU). SUCs (State Universities and Colleges) adalah lembaga-lembaga pendidikan tinggi publik yang disewa, ditetapkan oleh hukum, dikelola, dan disubsidi secara finansial oleh pemerintah. LUCs (Local Universities and Colleges) merupakan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang didirikan dan didukung secara finansial oleh pemerintah daerah.<br />HEIs (High Education Institutions) adalah lembaga-lembaga Pendidikan tinggi yang berada langsung di bawah lembaga pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang. Mereka menyediakan pelatihan khusus di bidang-bidang seperti ilmu militer dan pertahanan nasional. Sedangkan CSI (CHED Supervised Institution) adalah lembaga pasca pendidkan menengah public yang tidak disewa oleh pemerintah, ditetapkan oleh hukum,dikelola, diawasi, dan didukung secara finansial oleh pemerintah. Adapun OGS (Other Government Schools) adalah lembaga pendidikan menegah dan pasca pendidikan menengah, biasanya merupakan lembaga pendidikan teknis-kejuruan yang menawarkan program pendidikan tinggi. <br />Amerika sebagai mantan penjajah, memiliki pengaruh besar bagi perkembangan bangsa Filipina. Amerika melakukan berbagai perubahan signifikan bagi Filipina. Sistem pendidikan dan demokrasi dibangun, bahasa Inggris menjadi bahasa nasional, sistem administrasi publik dibuat serta berbagai transformasi “American way“ lainnya dikembangkan ke masyarakat Filipina. Namun, menurut Constantino (1974), sistem pendidikan yang diajarkan oleh Amerika adalah “mis-education” bagi bangsa Filipina. Pendidikan Amerika membuat de-Filipinanisasi bagi generasi mudanya. Mereka menempatkan kultur, nilai, gaya hidup Amerika sebagai ukuran superior yang harus dirujuk. Cerita tentang kejayaan kepahlawan Amerika serta keunggulan institusi Amerika mengobsesi generasi muda, menempatkan model “American society“ sebagai bentuk ideal bagi kehidupan masyarakat Filipina. Hasil akhirnya, Filipina menjadi pasar yang bersahabat bagi membajirnya produk-produk “made in America”. <br />Dampak dari mis-education inilah yang mungkin menjadi problem besar bagi Filipina dewasa ini. Kemajuan Filipina menjadi bangsa yang kuat tersendat sekalipun berbagai berbagai potensi sudah dimilikinya. <br />Isu War Against Terrorisme membahana pasca peristiwa 11 September 2001 dan disusul dengan aksi teror di wilayah-wilayah pemerintahan dan lembaga-lembaga asing milik Barat, hal ini memunculkan pula nama Osama bin Laden sebagai pendiri Al-Qaeda yang diduga merupakan jaringan teroris internasional. Selain di AS terorisme pun banyak terjadi di Asia Tenggara, seperti tragedy Bom Bali I yang terjadi tak lama dari peristiwa 911 di Washington DC, pemboman hari Rizal di Filipina 30 Desember 2000, juga pemboman-pemboman beruntun di Indonesia. Rangkaian peristiwa teror di Asia Tenggara diduga adanya keberadaan jaringan terorisme di wilayah ini, mengingat peristiwa tersebut terjadi di saat momen-momen yang penting dan wilayah-wilayah strategis. Namun dalam perjalanannya Indonesia, Malaysia dan Singapura telah menunjukkan keseriusannya dalam membasmi jaringan tersebut di Asia Tenggara. Namun, Filipina yang juga merupakan negara tujuan terorisme cenderung tidak serius menangani hal tersebut. Sementara Filipina dianggap sebagai wilayah yang paling strategis sebagai persemayaman teroris.<br />Filipina telah mengalami konflik berkepanjangan antara pemerintahan Filipina dengan para separatisan di Moro. MNLF (Moro National Liberalization Front) yang merupakan organisasi separatisan mempersiapkan kelompok tersebut agar lebih kuat. Salamat Hashim yang baru saja pulang dari pendidikannya di Al Azhar menjadikan kelompok ini bercabang, dengan membentuk MILF (Moro Islamic Liberalization Front) yang perjuangannya lebih spesifik memperjuangkan Islam Moro agar memperoleh legitimasi secara independen tanpa adanya intervensi dari pemerintah Filipina.<br />Keberadaan MILF yang Islam sentris mempermudah jaringan teroris Internasional semacam Al-Qaeda dan JI (Jamaah Islamiyah) masuk kedalamnya dan menyebarkan ideologi jihad. Salamat Hashim merekrut pemuda-pemuda dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura juga dari Filipina itu sendiri. Faktor yang menyebabkan Filipina menjadi tempat jaringan teroris ini mudah karena, pertama, sejak 1990-an merupakan tempat para pemuda didikan JI sebagai pelatihan dan pembentukan militer yang bertujuan membentuk sebuah Negara Islam Indonesia. Kedua, Pemerintahan Filipina kurang efektif dalam usahanya untuk membekuk pergerakan teroris di negaranya, pemantauan arus pendatang dan penduduk serta penyelundupan senjata dan dana yang masuk melalui Filipina Selatan yang juga dapat diakses dari Malaysia. Dan yang terkahir keberadaan separatisan di Moro menjadikan Filipina sasaran empuk, karena separatisan ini membutuhkan dukungan dana dan sumber daya manusia dari para donatur.<br />Sedangkan proses negosiasi antara pemerintah dengan MILF selalu tidak tercapai dengan baik, selalu saja ada salah satu pihak yang mengingkari isi perjanjian dengan menyerang kamp-kamp milik MILF ataupun sebaliknya dengan menyerang kantor-kantor pemrintahan. Konflik berkepanjangan ini justru menyebabkan akar terorisme di Moro yang semakin kuat, serta beberapa lulusan pendidikan militer zaman invansi Soviet ke Afghanistan menyebabkan solidaritas muslim negara-negara lainnya dengan mengirimkan pemuda-pemuda muslim dalam memberikan pendidikan militer di kamp-kamp Afghanistan. Setelah konflik selesai, para lulusan ini kemudian dimanfaatkan sebagai pendidik bagi pemuda-pemuda yang baru bergabung. Pendidikan yang diberikan berupa pendidikan militer dengan memberikan pengetahuan senjata dan perakitan bom.<br />Analisanya, bahwa Islam yang menganut sistem khilafah menjadikan seorang tokoh besar dijadikan panutan bagi mereka. Bagaimana seorang Salamat Hashim yang memiliki nama besar dapat menjadi magnet untuk menarik minat pemuda untuk masuk kedalam kelompok tersebut. Penyebaran ideologi pun sangat mudah dilakukan, dengan melakukan ceramah-ceramah di masjid pun dapat mempermudah penyampaian ideologi bagi para militan agar berpegang teguh pada apa yang dilakukannya, yaitu berjuang di jalan Allah dan melakukan jihad demi mati di jalan Allah SWT.<br />Selain itu negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Filipina merupakan negara-negara yang tingkat perekonomiannya rendah, dan tingkat pendidikan yang miris. Sehingga ini menjadi nilai plus bagi para pendiri MILF dan JI untuk memanfaatkan mereka demi menjalankan misi politiknya. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br /> Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan di Thailand dan Filipina pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:<br />a. Pendidikan di Thailand<br />1. Kelebihan pendidikan di Thailand:<br />(a) Adanya sistem pendidikan formal, non-formal, dan informal.<br />(b) Wajib belajar 9 tahun.<br />(c) Adanya UN dan ada 8 mata pelajaran yang diujikan dalam UN.<br />2. Kekurangan pendidikan di Thailand:<br />(a) Pondok pesantren dipandang sebelah mata oleh pemerintah Thailand.<br />(b) Ekonomi yang buruk dan terbelakangnya pendidikan di Thailand Selatan, karena kurangnya perhatian dari pemerintah Thailand.<br />b. Pendidikan di Filipina<br />1. Kelebihan pendidikan di Filipina:<br />(a) Pada sekolah dasar, diwajibkan dan disediakan gratis di sekolah-sekolah umum. Juga pada pendidikan menengah, disediakan gratis.<br />(b) Bahasa pengantarnya ialah bahasa Inggris.<br />(c) Pada sekolah menengah, kurikulumnya bersifat terkotak (setiap tingkat terfokus pada tema atau isi tertentu).<br />(d) Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, siswa dapat memilih untuk mengambil Pelatihan Kejuruan 2 atau 3 tahun atau melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Universitas). <br />2. Kekurangan pendidikan di Filipina:<br />(a) Sistem pendidikan yang kebarat-baratan. Bukan sistem pendidikan yang sesuai dengan jati dirinya sendiri.<br />(b) Perekonomian yang rendah dan pendidikan yang miris menyebabkan mereka mudah dimanfaatkan dalam misi terorisme.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />http://berhitung.wordpress.com/2010/06/02/mengenal-sistem-pendidikan-di-thailand/, <br />http://ferizalramli.wordpress.com/2009/01/02/filipina-warisan-dari-tradisi-yang-salah/<br />http://hankam.kompasiana.com/2011/01/12/fights-against-terorisme/<br />http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina<br />http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand<br />http://www.kosmaext2010.com/pendidikan-islam-di-thailand-selatan-materi-siat.php, <br />http://www.scribd.com/doc/24330187/Sistem-Pendidikan-Di-Negara-negara-Asean<br />http://www.wisatathailand.com/tentangthailand.htmFatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-36954202019599789182011-09-16T03:56:00.000-07:002011-09-16T03:57:51.043-07:00ORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTRENORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTREN<br /><br />Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepesantren<br />Dosen Pembimbing:<br />H. Imam Ibnu Hajar, M.A.<br /> <br /><br /><br />Disusun oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN <br />2011<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Pembangunan nasional adalah pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan arah dan asas perikehidupan dalam keseimbangan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat seluas-luasnya dalam pelaksanaan pembangunannya.Tujuan dari pembangunan nasional pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus menerus mengalami kemajuan dan perbaikan kea rah tujuan yang ingin dicapai.<br /> Pembangunan nasional salah satunya sangat erat kaitannya dengan pembangunan pendidikan, termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren. Selanjutnya agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan berhasil maka dibutuhkan system pendidikan yang efektif. Salah satu alat di dalam menjalankan system pendidikan tersebut ialah organisasi.<br /> Untuk itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenai organisasi di dalam pengembangan dan pembinaan pondok pesantren, meliputi: peranan organisasi, prinsip-prinsip organisasi, pengorganisasian dan fungsi pondok pesantren, dan struktur organisasi pondok pesantren. <br />BAB II<br />ORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTREN<br /><br />A. Peranan Organisasi<br />Gibson, Ivancevich, dan Donelly mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Bahwa organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai suatu sasaran tertentu. <br />Organisasi juga dapat diartikan, yaitu suatu system interksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana system tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi. <br />Adapun dinamika organisasi disebabkan antara lain, oleh:<br />1. Adanya tujuan;<br />2. Adanya manusia sebagai unsure terpenting;<br />3. Adanya tata hubungan (relationship);<br />4. Adanya factor geografis, keadaan alam, letak atau daerah dimana organisasi melakukan kegiatan;<br />5. Adanya factor sosio psychologis termasuk politik, social budaya, ekonomi, agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi. <br /><br /><br /><br />B. Prinsip-prinsip Organisasi<br />Prinsip-prinsip oraganisasi yang sehat bagi pengembangan manajemen dikemukakan oleh F.X. Soejadi, sebagai berikut:<br />1. Adanya tujuan yang jelas baik secara ideal maupun operasional. Tujuan yang demikian akan menjamin adanya kesatuan pengertian, kesatuan arah, kesatuan sasaran, dan kesatuan tahap serta gerak dari semua unit organisasi dan anggota organisasi.<br />2. Adanya penjabaran fungsi-fungsi, tugas-tugas dan kegiatan pelaksanaan sejalan dengan luas sempitnya kegiatan dan tujuan yang ditetapkan. Dari uraian fungsi dan tugas akan melahirkan position classification (penggolongan jabatan), job analysis (analisa pekerjaan), dan job description (uraian pekerjaan). Hal ini akan manjamin adnya pembagian kerja (recruitment) serta penempatan kerja (placement) yang tepat.<br />3. Adanya penempatan dan penunjukan personil yang didasarkan atas pertimbangan objektif, yaitu dengan dimilikinya pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman sesuai dengan bidang-bidang yang ditetapkan. Hal ini akan menjamin prinsip penempatan jabatan the rigaht man in the right place.<br />4. Adanya penyebaran wewenang (authorithy) dan tanggung jawab (responsibilithy) yang seimbang. Prinsip ini akan menghindarkan adanya kesimpang siuran dalam proses pembinaan serta menghindarkan missed management dan memahami tugas pokok yang harus dijalankannya.<br />5. Adanya pelimpahan wewenag dan tanggung jawab (delegation of authority and responsibilithy) sampai kepada unit paling bawah. Hal ini akan memungkinkan adanya partisipasi dari setiap anggota dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga pengembangan kemampuan dan pengalamannya dapat dilaksanakan.<br />6. Adanya usaha untuk menciptakan kegairahan kerja dan Pembina ke arah dedikasi kerja bagi setiap anggota organisasi. Untuk itu setiap anggota organisasi perlu menciptakan:<br />a. Hubungan kerja (human relation) yang baik;<br />b. Perasaan ikut memiliki (sense of belonging) dari setiap anggota oraganisasi;<br />c. Adanya program motivatif (incentive program) bagi setiap anggota organisasi. <br /><br />C. Pengorganisasian dan Fungsi Pondok Pesantren<br />Pengorganisasian adalah merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja yang fungsi-fungsinya beserta penetapannya dengan cara-cara yang tepat mengenai orang-orangnya yang harus menduduki fungsi-fungsi itu termasuk penetapannya dengan tepat tentang hubungan wewenang dan tanggung jawab. <br />Dengan demikian pengorganisasian dilakukan untuk pelaksanaan kerja dan pelaksanaan dari perencanaan, demi adanya pembagian kerja yang setepat-tepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara objektif setelah terlebih dahulu dilakukan dan ditentukan unit kerjanya serta fungsinya masing-masing.<br />Pondok pesantren yang dikarenakan peranan dan fungsi yang telah dimilikinya sejak awal perkembangannya, harus diarahkan kepada satuan pendidikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam guna mencetak ulama, dan sekligus juga sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader-kader pembinaan umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkungannya.<br />Oleh karena itu pembinaan pondok pesantren senantiasa diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan memberikan perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut:<br />1. Bahwa di dalam pembinaan umat diperlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang. Dengan demikian intensifikasi pendidikan kejuruan lingkungan dan pengembangan masyarakat sangat diperluakan guna menopangnya.<br />2. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren diharapkan mampu memberikan bekal untuk hidup layak bagi alumni yang hidup dalam abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu untuk hidup dalam kepesatan bertambahnya penduduk dewasa ini.<br />3. Bahwa di dalam kenyataannya alumni pondok pesanren tidak seluruhnya ingin menjadi ulama dan tidak semuanya berbakat menjadi ulama. Di samping itu banyak drop-outs dan alumni dari pondok pesantren yang bekerja di luar bidang agama tanpa memiliki persiapan untuk sesuatu keahlian. Ditambah lagi dengan adanya kesukaran-kesukaran bagi para ualama/mubaligh yang menyampaikan agama tanpa elat pendekatan melalui teknik media modern serta tidak adanya keahlian yang menopang hidupnya sehari-hari.<br />Dalam fungsi kemasyarakatan pondok pesantren masih diperlukan pengembangan dan pembinaan, terutama mengenai:<br />1. Fungsi penyebaran agama (dakwah);<br />2. Fungsi sebagai komunikator pembangunan;<br />3. Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih diperlukan.<br />Dalam fungsi-fungsi tersebut diidentifikasikan peranan Kyai sebagai alternative ideal untuk menampung aspirasi masyarakat, serta peranan pondok pesantren sebagai lembaga terapi kejiwaan untuk mengatasi masalah kerawanan remaja. Agar peranan dan fungsi pondok pesantren dapat dikembangkan secara maksimal dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan, pondok pesantren perlu ditunjang dengan kegiatan-kegiatan dan sarana fisik. <br /><br />D. Struktur Organisasi Pondok Pesantren<br />Salah satu usaha untuk menjamin adanya fleksibilitas dalam pengembangan pondok pesantren maka bentuk dan struktur oganisasi perlu disusun secara sederhana dengan menggambarkan dalam bentuk skema (organization chart), akan tetapi tetap harus jelas menggambarkan tujuan-ujuan pokok serta unsure-unsur kerja organisasi pondok pesantren tersebut.<br />Sebagaimana telah diketahui bahwa pondok pesantren dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan untuk mencapai tujuannya, maka di dalam struktur organisasinya perlu ditetapkan hubungan antara tugas pekerjaan yang satu dengan yang lainnya, serta batas wewenang bagi pelaksana, fungsi serta tanggung jawab masing-masing.<br />Adapun struktur organisasi pondok pesantren dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan dapat disusun dalam bentuk yang luas dan dapat pula disusun dalam bentuk yang sederhana, sebagai berikut:<br />1. Pengelompokkan kerja ke dalam satuan-satuan organisasi didasarkan atas kesamaan sifat pelaksanaan tugasnya masing-masing.<br />2. Menjauhkan sesuatu fungsi menyeluruh dan tunggal bagi setiap satuan organisasi dengan menitikberatkan tercapainya kegiatan yang terpadu.<br />3. Menekankan koordinasi pada pembagian kerja dan pelksanaan kegiatan dalam seluruh organisasi.<br />4. Menempatkan fungsi dan tugas pokok yang penting pada tingkat jenjang organisasi yang sesuai, demikian pula fungsi-fungsi yang sedrajat pada tingkat yang sama.<br />5. Memberikan kesmpatan terhadp perluasan sewajarnya terhadap kegiatan-kegiatan melalui satuan-satuan organisasi yang ada.<br />6. Menentukan saluran perintah dan tanggng jawab organisasi melalui garis komando lini dan staf. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />BAB III<br />PENUTUP<br /><br /> Demikian pembahasan mengenai oraganisasi pembinaan pondok pesantren. Dari pembahasaan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa peranan organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana dapat memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi. Sedangkan prinsip-prinsip dari organisasi di pondok pesantren, yaitu adanya tujuan, adanya pembagian tugas, adanya penempatan, adanya penyebaran dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta adanya usaha untuk kerjasama antar anggota.<br />Pengorganisasian merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja yang setepat-tepatnya. Sedangkan peranan dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan islam guna mencetak ulama, dan sekligus juga sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader-kader pembinaan umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkungannya.<br />Adapun struktur organisasi dalam pembinaan pesantren perlu disusun secara sederhana, akan tetapi tetap harus jelas menggambarkan tujuan-ujuan pokok serta unsur-unsur kerja organisasi pondok pesantren tersebut.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Departemen Agama RI. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Jakarta: Tanpa Penerbit. 1988.<br /><br />Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfa Beta. 2009.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-19667706548512193642011-09-16T03:54:00.000-07:002011-09-16T03:55:36.146-07:00KLASIFIKASIKLASIFIKASI<br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepustakaan<br /><br />Dosen pembimbing:<br />Suraji, S. Pdi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO <br />0308376<br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br /> Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai klasifikasi, meliputi: Arti klasifikasi secara bahasa dan istilah, tujuan klasifikasi umum dan secara rinci, prinsip-prinsip pengklasifikasian, sistem klasifikasi, DDC, cara atau langkah-langkah mengklasifikasikan buku, dan bagan klasifikasi persepuluhan Dewey.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KLASIFIKASI<br /><br />A. Arti dan Tujuan Klasfikasi<br />Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify, yang berarti menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. <br />Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan buku berdasarkan subjek atau isi buku yang bersangkutan. <br />Tujuan dari klasifikasi ialah agar semua bahan pustaka itu dapat didayagunakan semaksimal mungkin oleh pemakai. <br />Secara rinci, tujuan mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:<br />1. Untuk mempermudah murid-murid di dalam mencari buku-buku yang sedang diperlukan.<br />2. Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam mencari buku-buku yang di pesan oleh murid-murid.<br />3. Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam mengembalikan buku-buku pada tempatnya.<br />4. Mempermudah guru pustakawan mengetahui perimbangan bahan pustaka.<br />5. Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam menyusun suatu daftar bahan-bahan pustaka yang berdasarkan sistem klasifikasi. <br /><br />B. Prinsip-Prinsip Pengklasifikasian<br />Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam mengklasifikasi buku-buku perpustaaan sekolah yang menggunakan sistem klasifikasi berdasarkan subjeknya:<br />1. Klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah, pertama-tama berdasarkan subjeknya. Kemudian berdasarkan bentuk penyajiannya, atau bentuk karyanya.<br />2. Khususnya buku-buku yang termasuk karya umum dan kesusastraan hendaknya lebih di utamakan pada bentuknya.<br />3. Di dalam mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah hendaknya memperhatikan tujuan pengarangnya .<br />4. Klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah itu pada subjek yang sangat spesifik. <br />5. Apabila sebuah buku yang membahas dua atau tiga subjek, klasifikasilah buku tersebut pada subjek yang dominan. <br /><br />C. Sistem Klasifikasi<br />Sistem klasifikasi bisa berdasarkan ciri-ciri buku, sehingga buku-buku yang bercirikan sama bisa dikelompokkan manjadi satu. Ada beberapa sistem klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah, antara lain sebagai berikut:<br />1. Sistem abjad nama pengarang<br />Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar abjad nama pengarangnya.<br />2. Sistem abjad judul buku<br />Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar abjad judul bukunya. <br />3. Sistem kegunaan buku<br />Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar kegunaannya. Misal, buku-buku cerita dikelompokkan menjadi satu, buku-buku ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi satu.<br />4. Sistem penerbit<br />Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar penerbit buku. <br /><br />D. DDC<br />Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil Dewey (1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amherst College, Massachusetts, di sebuah negara bagian Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Dewey dapat menerbitkan edisi pertama dengan judul; “Classification and Subject Index for Cataloguing, and Arranging the Books and Pamphlets of Library”. Pada edisi-edisi selanjutnya, DDC terus mengalami penyempurnaan dengan memasukkan subjek-subjek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. <br />Memang banyak sistem klasifikasi perpustakaan yang dibuat, tapi tidak ada yang mampu bertahan selama DDC. DDC telah mampu bertahan kurang lebih 1 abad sejak diterbitkannya edisi pertama hingga sekarang. Keunggulannya adalah sistematik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai (enumerated). Sedangkan kelemahannya terletak pada kesan terlalu American centris dan kurang perhatian pada bidang-bidang di luar Amerika dan Eropa Barat, seperti bidang agama, manajemen pemerintahan dan bahasa-bahasa. <br /><br />E. Cara Mengklasifikasi Buku<br />Cara mengklasifikasi buku sedikitnya ada 2 langkah yang harus ditempuh, yaitu:<br />1. Menetapkan subjek buku<br />Sebuah buku dapat diketahui subjeknya melalui membaca seluruh teks buku yang bersangkutan. Namun hal tersebut sangat tidak efisien, maka bisa menggunakan cara yang praktis yaitu dengan membaca buku secara teknis. <br />Langkah pertama adalah membaca judul buku yang bersangkutan. Namun demikian membaca judul buku tidak selalu menggambarkan isinya atau subjeknya. Oleh karena itu membaca judul buku tidaklah cukup. Langkah selanjutnya membaca anak judul buku. Bila pengklasifikasi masih belum yakin, maka pengklasifikasi bisa mencari keterangan lain yang ada sangkut pautnya dengan subjek buku yang dimaksud. Misalnya dengan membaca kata pengantarnya.<br />Jika pengklasifikasi masih belum yakin, maka langkah selanjutnya adalah membaca pendahuluan. Bisa juga membaca daftar isi, keterangan bibliografi seperti: daftar pustaka, resensi buku dan sebagainya.<br />Jalan terakhir yang dilakukan pustakawan jika hal-hal tadi sudah dilakukan namun belum dapat menemukan subjeknya secara spesifik, maka terpaksa membaca seluruh tekas dari buku yang bersangkutan. <br />2. Menentukan nomor klasifikasi<br />Setelah subjek dari buku ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menetapkan lebih dahulu subjek tersebut ke dalam golongan notasi mana dalam daftar DDC yang ada. Misalnya, ada sebuah buku berjudul Statistik Indonesia Tahun 1971, maka sudah tentu subjeknya adalah tentang statistik, yaitu tentang deretan angka-angka yang menunjukkan jumlah peristiwa atau data tertentu seperti misalnya data tentang penduduk pada suatu saat, jumlah sekolah yang ada di Jawa Barat, angkatan kerja usia produktif di Jawa Barat pada tahun ini dan sebagainya.<br />Jika diamati contoh tersebut di atas, maka data yang dimaksud termasuk ke dalam golongan ilmu sosial, yakni golongan 300-an. Dengan menelusuri deretan angka atau notasi pada golongan 300-an ini maka diperoleh angka 310 untuk statistik sosial, dengan demikian, maka notasi untuk buku dengan judul tadi bisa diberi label dengan notasi 310. <br /><br />F. Bagan Klasifikasi Persepuluhan Dewey<br />Dalam sistem klasifikasi ini, Dewey membagi seluruh bidang ilmu pengetahuan menjadi 9 bidang pengetahuan. Di samping itu, terdapat satu bidang yang bersifat umum yang diberi simbol 000, sehingga menjadi 10 bidang, kesepuluh bidang ini merupakan pengelompokkan pertama dalam sistem DDC, dan menjadi kelas utama (main classes). <br />000- Karya Umum<br />100- Filsafat<br />200- Agama<br />300- Ilmu Sosial<br />400- Bahasa <br />500- Ilmu Murni<br />600- Ilmu Terapan<br />700- Kesenian<br />800- Kesusasteraan<br />900- Sejarah dan Geografi<br />Setiap kelas utama dibagi lagi secara desimal menjadi 10 divisi yang merupakan subordinasi dari kelas utama tersebut. Misalnya, kelas utama 300 (Ilmu Sosial) dibagi menjadi 10 divisis berikut:<br />300- Ilmu-Ilmu Sosial<br />310- Statistik<br />320- Politik<br />330- Ekonomi<br />340- Hukum<br />350- Administrasi Umum<br />360- Masalah Sosial dan Pelayanan Sosial<br />370- Pendidikan<br />380- Perdagangan, Komunikasi, dan Transportasi<br />390- Adat Istiadat, Cerita Rakyat<br />Selanjutnya, divisi dapat dibagi ke dalam seksi-seksi secara desimal. Misalnya, divisi 370 (Pendidikan) dibagi menjadi 10 seksi berikut:<br />370- Pendidikan<br />371- Faktor-Faktor Pendidikan<br />372- Pendidikan Dasar<br />373- Pendidikan Menengah<br />374- Pendidikan Dewasa<br />375- Kurukulum<br />376- Pendidikan Wanita<br />377- Sekolah dan Agama<br />378- Pendidikan Tinggi<br />379- Pendidikan dan Agama<br />Setiap seksi dapat dibagi lagi menjadi 10 subseksi yang merupakan subordinasi dari seksi. Misalnya, untuk kelas 371 (Faktor-Faktor Pendidikan) dibagi menjadi 10 subseksi sebagai berikut:<br />371 - Faktor-Faktor Pendidikan<br />371.1 - Mengajar dan Pengajar<br />371.2 - Administrasi Pendidikan<br />371.3 - Metode Belajar dan Mengajar<br />371.4 - Bimbingan dan Penyuluhan<br />371.5 - Disiplin Sekolah<br />371.6 - Sarana Fisik Sekolah<br />371.7 - Kesehatan dan Keselamatan Sekolah<br />371.8 - Peserta Didik (Siswa)<br />371.9 - Pendidikan Khusus<br />Perlu diingat, jika di dalam sistem DDC notasinya melebihi 3 angka, penulisan notasi angkanya menggunakan tanda titik (.) setelah angka ketiga seperti 371.1, 371.2, 371.3, dan sebagainya. Masing-masing subseksi dapat dibagi lagi menjadi 10 bagian yang lebih kecil, demikian seterusnya. <br /><br />Referensi:<br /> NS, Sutarno. 2004. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Samitra Media Utama. <br />Suwarno, Wiji. 2010. Pengetahuan Dasar Kepustakaan: Sisi Penting Perpustakaan dan Pustakawan. Bogor: Ghalia Indonesia.<br />Yusuf, Pawit M. dan Yaya Suhendar. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.<br />http://subliyanto.blogspot.com/2010/05/pengadaan-dan-klasifikasi-bahan-pustaka.htmlFatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-23370067609658648472011-09-16T03:53:00.001-07:002011-09-16T03:53:47.777-07:00BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN ISLAMBIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN ISLAM<br />Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah <br />Kapita Selekta Pendidikan Islam<br />Dosen Pembimbing: <br />Dudun Ubaedullah, M.A.<br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2011<br /> <br />BAB I<br />LATAR BELAKANG<br /><br /> Dalam upaya menunjang suksesnya kegiatan pendidikan Islam di sekolah, pengetahuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh staf pengajar (guru) yang diberi tugas melaksanakan program bimbingan dan konseling. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar mengajar hakikatnya merupakan rangkaian proses komunikasi antara guru dan murid yang berlangsung atas dasar minat, bakat, dan kemampuan dari setiap murid. Pada proses komunikasi tersebut tidak selalu berjalan lancar bagi setiap individu murid, baik pengaruh dari luar maupun dari dalam diri. Misalnya kelemahan dalam penalaran, kemauan dan rasa (emosi), pengaruh dari lingkungan sosial yang kurang mendukung ke arah belajar anak, kekurangan biaya dalam pemenuhan sarana belajar dan sebagainya. Hambatan-hambatan tersebut merupakan sesuatu yang menekan daya kemampuan belajar murid. <br />Sebelum mengatasi problem-problem tersebut guru sebaiknya memahami tujuan dari bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam. Dan untuk mengatasi problem-problem yang ada diperlukan teori-teori (jalan) yang digunakan sebagai pendekatan. <br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Islam<br />Bimbingan berasal dari kata “guidance” yang berarti pimpinan, arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata “guidance” berasal dari kata “to guide” yang berarti menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan. Pengertian bimbingan secara luas ialah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, menerima dirinya, merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. <br />Konseling dalam bahasa Inggris “Counseling” dikaitkan dengan kata “counsel” yang diartikan:<br />1. Nasehat (to obtain counsel);<br />2. Anjuran (to give counsel);<br />3. Pembicaraan (to take counsel).<br />Dengan demikian konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Sedangkan konseling menurut terminologi:<br />1. C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling ialah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.<br />2. Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan lingkungannya.<br />3. Menurut Williamson, konseling diartikan sebagai suatu proses personalisasi dan individualisasi untuk membantu seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Ciri-ciri perilaku sebagai warga negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta kebiasaan dan semua kebiasaan lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap dan kepercayaan yang dapat membantu dirinya selaku makhluk yang dapat menyesuaikan diri secara normal.<br />Sedangkan definisi bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir ataupun batin yang dilakukan oleh guru BK/BP dalam lingkungan sekolah/madrasah. <br /><br />B. Problem-Problem Pendidikan<br />Problem-problem dalam pendidikan antara lain:<br />a. Individu tidak terampil mengerjakan sesuatu yang seharusnya bisa dilakukannya setelah mempelajarinya.<br />b. Individu tidak juga bisa memahami pokok bahasan (materi pelajaran) meski telah dicoba mempelajarinya sekuat tenaga.<br />c. Individu segan atau malas untuk mempelajari bahan pelajaran tertentu.<br />d. Individu sulit menyelesaikan tugas-tugas sekolah karena di rumah terlampau banyak pekerjaan yang juga harus di selesaikan.<br />e. Individu berkali-kali gagal menguasai bahan pelajaran yang harus dipelajarinya sesuai dengan target yang seharusnya. <br /><br />C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan<br />1. Faktor dari dalam diri individu yang belajar<br />a. Kecerdasan, yaitu kemampuan untuk memahami dan menghadapi situasi dan kondisi sekitar dengan cepat.<br />b. Bakat, yaitu potensi atau kemampuan terpendam yang sangat menonjol di dalam bidang tertentu.<br />c. Minat, yaitu kemauan, kehendak atau hasrat yang kuat terhadap sesuatu.<br />d. Perhatian, yaitu dorongan untuk mencurahkan daya kemampuan pengamatan (dengan panca indera terhadap sesuatu).<br />e. Keadaan mental (psikis), yakni keadaan senang, sedih, gembira, duka, gelisah, dan sebagainya.<br />f. Keadaan fisik, yakni fisik dalam keadaan sehat atau sakit.<br />2. Faktor dari luar individu yang belajar<br />a. Bahan / materi yang di pelajari.<br />b. Situasi dan kondisi fisik.<br />c. Situasi dan kondisi lingkungan.<br />d. Sistem pendidikan / pengajaran. <br /><br />D. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam<br />Bimbingan dan konseling prinsipnya ialah merupakan bantuan kepada individu; artinya pelaksanaan kegiatan mencegah atau memecahkan masalah-masalah pendidikan yang sedang dihadapi, secara rinci tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islami sebagai berikut:<br />1. Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan antara lain:<br />a. Membantu individu memahami hakikat pendidikan Islam.<br />b. Membantu individu memahami tujuan dan kedudukan pendidikan menurut Islam.<br />c. Membantu individu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar<br />d. Membantu individu menyiasati kegiatan belajar agar berhasil<br />e. Membantu individu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan ketentuan syariat Islam.<br />2. Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar / pendidikan antara lain:<br />a. Membantu individu agar mampu memahami problem yang dihadapinya.<br />b. Membantu individu memahami kondisi dirinya dan lingkungannya.<br />c. Membantu individu memahami dan menghayati cara-cara mengatasi masalah belajar yang sesuai dengan ajaran Islam.<br />d. Membantu individu menetapkan pilihan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi sesuai dengan ajaran Islam.<br />3. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya menjadi lebih baik antara lain: <br />a. Memelihara individu yang situasi dan kondisi belajarnya yang bermasalah telah teratasi, tidak kembali bermasalah.<br />b. Mengembangkan situasi dan kondisi belajar menjadi lebih baik. <br /><br />E. Fungsi Bimbingan dan Konseling<br />Fungsi bimbingan dan konseling dapat digolongkan menjadi tiga fungsi yaitu:<br />1. Remedial / Rehabilitatif<br />Peranan remedial berfokus pada masalah:<br />a. Penyesuaian diri; <br />b. Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi;<br />c. Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.<br />2. Fungsi Edukatif / Pengembangan<br />Fungsi ini berfokus kepada masalah:<br />a. Membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan;<br />b. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup; <br />c. Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan;<br />d. Untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan semacamnya.<br />3. Fungsi Preventif dan Kuratif (Pencegahan dan Penyembuhan) <br />Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian, dan melakukan penyembuhan bila terjadi sakit kejiwaannya. Upaya preventif dan kuratif meliputi pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan untuk mencoba mengatasi resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.<br />Fungsi utama bimbingan dan konseling dalam Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada manusia agar kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Fungsi bimbingan dan konseling di sini memberikan bimbingan kepada penyembuhan terhadap ganggauan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem individu setelah individu dapat kembali dalam kondisi yang bersih dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, mana yang baik bagi dirinya dan orang lain atau sebaliknya barulah dikembangkan ke arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka. Fokus bimbingan dan konseling Islam selain memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental, spiritual atau kejiwaan, dan emosional, kemudian melanjutkan materi bimbingan dan konseling kepada pendidikan dan pengembangan dengan menanamkan nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup. <br /><br /><br />F. Teori-teori Bimbingan dan Konseling dalam Islam<br />Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:<br /><br /><br /><br />Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. An-Nahl: 125).<br />Berdasarkan ayat diatas, para ahli mengidentifikasi bahwa ayat tersebut mengandung beberapa teori dalam bimbingan dan konseling. Berikut beberapa teori yang ada pada ayat diatas:<br />1. Teori Al-Hikmah<br />Kata “Al-Hikmah” menurut bahasa mengandung makna:<br />a. Mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan, sempurna, bijaksana, dan sesuatu yang tergantung padanya akibat sesuatu yang terpuji;<br />b. Ucapan yang sesuai dengan kebenaran, filsafat, perkara yang benar dan lurus, keadilan, pengetahuan dan lapang dada;<br />c. Kata “Al-Hikmah” dengan bentuk jamaknya “Al-Hikam” bermakna: kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, pepatah dan Al-Qur’an Al-Karim.<br />Teori Al Hikmah adalah sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian hidup secara mandiri. Proses aplikasi pembimbing dan konseling dengan teori ini semata-mata dapat dilakukan oleh seorang pembimbing atau konselor dengan pertolongan Allah. Sesungguhnya Allah SWT melimpahkan Al-Hikmah itu tidak hanya kepada para Nabi dan Rasul, akan tetapi Dia telah limpahkan juga kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, seperti firmanNya:<br /><br /><br /><br />Artinya: “Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Qs. Al Baqarah: 269).<br />2. Teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah<br />Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya.<br />Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.<br />3. Teori Mujadalah Yang Baik<br />Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional, dan lingkungannya. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:<br />a. Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor;<br />b. Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik;<br />c. Saling menghormati dan menghargai;<br />d. Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran;<br />e. Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang;<br />f. Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus;<br />g. Tidak menyinggung perasaan klien;<br />h. Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas;<br />i. Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasehatkan kepada orang lain. Dalam firmanNya:<br /><br /><br /><br />Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (Qs. Ash-Shaff: 2-3).<br />Teori konseling “Al-Mujadalah bil Ahsan”, menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan terhadap kebenaran Ilahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang terdapat dalam akal fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran. <br />G. Kode Etik Bimbingan dan Konseling<br />Kode etik yang dimaksud di sini ialah ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh siapa saja yang berkecimpung dalam bidang bimbingan dan konseling untuk kebaikan. Dr. Bimo Walgito memberikan catatan mengenai kode etik dalam bimbingan dan konseling sebagaimana dikutip pula oleh Samsul Munir Amin sebagai berikut:<br />1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.<br />2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahlian atau wewenangnya. Oleh karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan tanggung jawabnya.<br />3. Dikarenakan pekerjaan pembimbing berhubungan secara langsung dengan kehidupan pribadi individu maka seorang pembimbing harus dapat melakukan beberapa hal di antaranya:<br />a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya;<br />b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien;<br />c. Menghargai setiap klien. Jadi, di dalam menghadapi klien pembimbing harus menghargai masing-masing kliennya dalam derajat yang sama.<br />4. Pembimbing tidak diperkenankan:<br />a. Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih;<br />b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan;<br />c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien;<br />d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.<br />5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemapuan atau diluar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.<br />6. Pembimbing haruslah berusaha selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br />Dari pembahasan pada bab sebelumnya mengenai bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam maka dapat disimpulkan bahwa:<br />1. Bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat memngembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir ataupun batin yang dilakukan oleh guru BK / BP dalam lingkungan sekolah / madrasah.<br />2. Tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islam adalah membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan, membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar/pendidikan, dan membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya menjadi lebih baik.<br />3. Teori-teori bimbingan dan konseling dalam Islam ialah teori Al-Hikmah, teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah, dan teori Mujadalah yang baik.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. <br />Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara. <br />Umar, M. dan Sartono. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan: Untuk Fakultas Tarbiyah, Komponen MKDK. Bandung: CV. Pustaka Setia. <br />http://antoniyuzar.wordpress.com/2010/05/13/bimbingan-dan-konseling/<br />http://blog.beswandjarum.com/abdullahjamalluddin/2009/10/06/pembidangan-masalah-masalah-dalam-bpa/<br />http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2037794-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan/Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-35632566350386003852011-09-16T03:51:00.000-07:002011-09-16T03:52:27.430-07:00PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ZAINUDDIN LABAY EL-YUNUSPENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ZAINUDDIN LABAY EL-YUNUS<br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam<br />Dosen Pembimbing:<br />Dayang Salamah, M. Pd.<br /> <br /><br />Disusun Oleh:<br />Prita Delita<br />Tiam Astuti<br />Fatimatuzzahro<br /><br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />Untuk dapat mengenal pendidikan secara lebih mendalam perlu ditelaah pandangan-pandangan orang-orang yang berdedikasi dalam dunia pedidikan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pendidikan Islam dalam pemikiran Zainuddin Labay el-Yunus. Terdapat biografi singkat Zainuddin Labay el-Yunus yaitu kegiatannya dalam mencari ilmu pengetahuan, perjalanan intelektualnya, hasil karyanya, dan jasanya dalam memperbaharui sistem pendidikan.<br />Terdapat juga pemikiran-pemikirannya dalam pendidikan Zainuddin Labay dapat dilihat dari sistem pendidikan yang digunakan olehnya dalam membangun Diniyah School. Ia memberi pengenalan baru tentang sistem berkelas dengan kurikulum yang lebih teratur dan diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal, pengadaan materi pelajaran yang lengkap, bahasa pengantar dalam belajar, dan buku-buku yang digunakan.<br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ZAINUDDIN LABAY EL-YUNUS<br /><br />A. Riwayat Hidup Zainuddin Labay el-Yunus<br />Syeikh Zainuddin Labay el-Yunus lahir dibukit Surungan Padangpanjang pada hari kamis, tanggal 12 Rajab 1308 H/1890 M. beliau meninggal pada tahun 1924 M dalam usia 34 tahun. Pada usia 8 tahun, beliau sekolah di Governement Padang panjang sampai kelas IV (empat), Beliau tidak puas dengan metode yang diajarkan waktu itu. Namun, semangatnya untuk menuntut ilmu tidak pudar begitu saja. Karenanya, beliau belajar secara otodidak, Pengetahuannya banyak diperoleh dengan membaca sendiri dan untuk itu kemampuannya dalam berbahasa Inggris, Belanda, dan Arab sangat membantunya. sampai beliau disebut seorang otodidak yang menjadi “orang” dengan tenaga sendiri. Beliau banyak membaca buku-buku, baik buku agama maupun umum. Koleksi buku-bukunya yang dapat disebutkan meliputi kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa asing ini, yang meliputi berbagai macam bidang seperti aljabar, ilmu bumi, kimia dan agama, walaupun dalam aljabar dan kimia masih berupa kitab elementer.<br />Karena desakan dari orang tuanya untuk sekolah, akhirnya secara berturut-turut beliau berguru kepada H. Abbas Abdullah, H. Abdullah Ahmad, dan H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul). Dalam perjalanan intelektualnya beliau lebih banyak bersama gurunya yang bernama H. Abbas Abdullah, seorang ulama tradisional di Padangpanjang selama enam tahun, dan selama itu pula beliau membantu gurunya mengajar. Pada tahun 1913 beliau memilih padangpanjang sebagai tempat tinggalnya yang permanen, dimana beliau masih menjadi seorang murid dan mulai membantu mengajar H. Abdullah Karim Amrullah, disurau jembatan Besi. Guru-guru di surau ini termasuk H. Rasul dan dalam waktu tertentu H. Abdullah Ahmad pun mengajar di sini. <br />Selain mengajar, beliau juga aktif menuangkan buah pikirannya dalam bentuk buku maupun artikel. Diantara buku karangannya adalah tentang fiqh, tata bahasa arab, biografi Musthafa Kamil, kitab ‘aqaid al-Diniyah, arsyad al-Murid. Di samping kitab-kitab tersebut beliau juga banyak menuangkan hasil karya tulisnya dalam artikel dimajalah al-Munir. <br />Berbeda dengan pembaharu-pembaharu lain pada zamannya, beliau lebih banyak tertarik pada kehidupan dan kegiatan kebangsaan, seperti Musthafa al-Kamil di Mesir, jika dibandingkan dengan Abduh atau Rashid Ridha yang banyak memperhatikan soal-soal agama. <br />Untuk mewujudkan cita-citanya, pada tanggal 10 oktober 1915 beliau mendirikan Diniyah School di Padangpanjang yang sesuai dengan ide pembaharuan. Beliau melakukan perombakan terhadap sistem dan metode pendidikan Islam, menyusun kurikulum dan daftar pelajaran yang lebih sistematis, serta mengubah sistem pendidikan surau dengan sistem pendidikan klasikal. Untuk lebih jelas mengetahui pemikiran Zainudin Labay dalam pendidikan pada bahasan selanjutnya akan membahas metode pemikiran beliau dalam dunia pendidikan.<br /><br />B. Pemikiran Zainuddin Labay el-Yunus dalam Pendidikan<br />Dalam bidang pendidikan beliau termasuk orang pertama yang memperkenalkan sistem sekolah yang baru. Dengan membuka sekolah guru Diniyah (1915) beliau mempergunakan sistem berkelas dengan kurikulum yang lebih teratur. Beliau mendirikan Diniyah School, yang merupakan madrasah sore untuk pendidikan agama yang diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal dan tidak mengikuti sistem pengajaran tradisional yang individual. Begitu pula susunan pelajarannya berbeda dengan yang lain, yaitu dimulai dengan pengetahuan dasar bahasa Arab sebelum memulai membaca al-Qur’an. <br />Materi yang ditawarkan bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum sebagaimana yang diajarkan dilembaga pendidikan governement, seperti bahasa asing, ilmu bumi, sejarah dan matematika. Beliau juga mengorganisir sebuah klub musik untuk murid-muridnya. Selan itu, murid-murid Diniyah School pada umumnya diseleksi dengan cermat dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan, seperti murid-murid dalam satu kelas yang rata-rata memiliki umur dan kecerdasan yang sama. <br />Pada permulaan tahun itu, Hamka adalah murid sekolah tersebut. Dia berpendapat bahwa Zainuddin Labay banyak mengambil metode dari Mesir dalam menyelenggarakan pendidikannya. Akan tetapi juga dapat diterima bahwa garis besar pengajaran di Madrasah ini juga memakai unsur pendidikan governement yang sudah diikuti beliau selama empat tahun, dan sejumlah besar muridnya juga masih mengikuti pendidikan pada pagi hari disekolah governement. Selain Hamka murid-murid beliau antara lain adalah, AR. St. Mansur, Duski Sanad, dan adik beliau yaitu Rahmah el-Yunusiyah. <br /> Bahasa yang dipergunakan beliau dalam mengajar adalah bahasa Arab. Meskipun bahasa pengantar yang dipergunakan bahasa Arab, namun materi pendidikan yang diterapkan meliputi pendidikan agama dan umum yang langsung diambil dari buku-buku Mesir dan Belanda.<br />Dan untuk mata pelajaran bahasa Arab beliau tidak menggunakan buku atau kitab nahwu dan sharaf dalam bentuk sajak yang begitu rumit, tetapi beliau menggunakan buku yang sederhana seperti yang digunakan di sekolah dasar Mesir. Untuk mata pelajaran fiqh dan sejarah Islam yang dahulu tidak diperhatikan, beliau menyusun dalam bahasa melayu, sedang untuk kelas yang lebih tinggi dalam bahasa Arab yang sederhana. Sedangkan untuk kelas tertinggi beliau selalu menggunakan buku-buku yang diterbitkan di Kairo maupun Beirut. <br />Melalui pendidikan yang didirikannya, beliau mengharapkan dapat menciptakan out put yang bekualitas, tidak hanya ilmu agama yang menjadi tumpuan akhir cita-cita hidup seseorag akan tetapi ilmu umum lainnya juga. Out put seperti ini yang sangat diharapkan dan dibutuhkan umat dan bangsa ini untuk membangun peradaban dan mengejar ketertinggalannya selama ini. Dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama, beliau lebih banyak mengambil metode Mesir. Akan tetapi dalam mengajarkan ilmu-ilmu umum, beliau cenderung mengambil gagasan pembaharuan pendidikan yang dikembangkan oleh Musthafa Kamil Pasya, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Kedua pendekatan ini terlihat jelas dari kitab yang digunakan lembaga ini. Disamping kitab yang dikarangnya, beliau juga menggunakan kitab Arab sebagaimana pendidikan Mesir untuk ilmu agama dan ilmu umum menggunakan literatur Barat. <br />Selain melalui lembaga pendidikan formal yang didirikannya, beliau juga memanfaatkan majalah al-Munir sebagai media pendidikan agama Islam. Melalui berbagai tulisannya , beliau mencoba membuka wawasan umat Islam tentang universalitas ajaran Islam. Beliau bahkan tidak segan-segan mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan fatwa umat terdahulu, jika memang menurut pandangan beliau pendapat tersebut tidak lagi sesuai dengan ruh universal ajaran Islam. Dalam upaya ini, beliau seringkali mendapat kritikan dan tantangan dari para ulama tradisional. Beliau bahkan dituduh sebagai ulama yang sesat dan ulama Wahabi yang telah keluar dari mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Namun hal demikian tidak membuat beliau “patah semangat”, bahkan semakin mendorongnya untuk tetap kritis dan konsisten dengan ide-ide pembaharuannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Steenbrink menilai ketokohannya sebagai sosok ulama yang memiliki kepribadian yang kokoh. <br />Dan perhatian beliau terhadap pembaharuan pendidikan Islam sangat kuat. Hal ini terbukti dengan aktivitas kependidikan yang dilakukannya, mulai dengan mengajar di Surau Jembatan Besi sampai akhirnya beliau mendirikan sekolah yang beliau beri nama Diniyah School pada tahun 1915.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br />Dari uraian singkat di atas mengenai Zainnuddin Labay el-Yunus tentang riwayat hidup dan pemikirannya dalam pendidikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :<br />1. Zainuddin Labay telah menunjukan otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan.<br />2. Beliau sangat berjasa dalam mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar, maupun bahasa yang digunakan sehari-hari.<br />3. Beliau telah memperkenalkan model pendidikan yang hakikatnya pada masa itu belum lazim digunakan, yaitu model klasikal.<br />4. Beliau telah memperkenalkan pengetahuan modern ke dalam kurikulum pendidikan Islam.<br />5. Usaha-usaha yang dilakukan beliau telah menghasilkan kader-kader yang tangguh dalam bidang ilmu agama sebagaiman yang diperlihatkan oleh Hamka.<br /><br /><br />Referensi :<br />- Departemen Agama RI. Ensiklopedia Islam di Indonesia.<br />- Hamka. 1950. Ayahku. Jakarta.<br />- Hamka. Kenang-Kenangan Hidup.<br />- Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Cet III. Jakarta: LWI.<br />- Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES.<br />- Rasyad, Aminuddin. 1991. Hj. Rahmah el-Yunusiyah dan Zainuddin Labay; Dua Tokoh Pembaharu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyah Putri Padangpanjang.<br />- Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Cet I. Jakarta: LP3ES.<br />- Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-19534056469966571342011-09-16T03:48:00.000-07:002011-09-16T03:50:49.238-07:00BIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITSBIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITS<br />Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits<br /><br /> <br /><br />Disusun Oleh:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br />Dosen Pembimbing:<br />DR. Hj. Romlah Abu Bakar Askar, M. A.<br /><br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits sejak zaman sahabat sampai puncak pembukuan hadits.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />BIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITS<br /><br />A. Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Sahabat<br />1. Abu Hurairah (19 SH – 59 H)<br />Nama lengkap Abu Hurairah adalah ‘abd al-Rahman ibn Shakhr al-Dausi al-Yamani. Abu Hurairah telah memeluk agama Islam sejak dia berada di Yaman, kemudian ia berhijrah ke Madinah. Kehidupannya di Madinah sangat bergantung kepada Rasulullah. Abu Hurairah di kenal sebagai seorang yang wara’ dan ‘abid. <br />Meskipun Abu Hurairah hidup berdampingan dengan Rasul saw hanya selama tiga tahun, masa yang singkat tersebut ternyata telah dapat dipergunakannya untuk menyerap dan menimba berbagai ilmu pengetahuan dari Rasul saw, sehingga dia dapat meriwayatkan hadits lebih banyak dari sahabat-sahabat yang lainnya. Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebanyak 5374 hadits. <br />2. ‘Abd Allah ibn ‘umar ibn al-Khaththab (10 SH – 73 H)<br />Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn umar ibn al-Khaththab ibn Nufail al-Quraisy al-‘Adawi Abu ‘Abd al-Rahman al-Makki. Dia memeluk agama Islam sejak usianya masih kecil, dia hijrah ke Madinah ketika berumur 10 tahun. Ibn ‘Umar banyak meriwayatkan hadits dan ia adalah seorang sahabat yang sangat ketat dan teliti dalam menerima hadits. Jumlah hadits yang diriwayatkan Ibn ‘Umar sebanyak 2630 buah. <br />3. Anas ibn Malik (10 SH – 93 H)<br />Nama lengkapnya adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji al-Najjari. Ketika Rasul saw hijrah ke Madinah, Anas baru berusia 10 tahun. Ibunya, Ummu Sulaim, menyerahkan Anas kepada Rasul agar dapat berkhidmat kepada Rasul, Anas tumbuh dan besar bersama Rasul saw selam 10 tahun. Anas adalah seorang sahabat yang terkenal wara’, banyak ibadahnya, dan sedikit bicaranya. Anas adalah perawi hadits terbanyak ketiga di kalangan sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkannya adalah 2286 hadits. Di antaranya 318 hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 80 hadits diriwayatkan oleh Bukhari saja, dan 70 hadits diriwayatkan oleh Muslim saja.<br />4. ‘Aisyah Umm al-Mu’minin (9 SH – 58 H)<br />Dia adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq, salah seorang istri Rasul saw. ‘Aisyah hidup bersama Rasul saw selama 8 tahun 5 bulan. ‘Aisyah adalah seorang cerdas serta menguasai Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi saw terutama yang berkenaan dengan permasalahan wanita, dan bahkan dia juga seorang yang ahli dalam bidang Fiqh sehingga dianggap sebagai salah seorang fuqaha sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah adalah 2210 hadits.<br />5. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas (3 SH – 68 H)<br />Dia adalah Abu al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthalib ibn Hasyim ibn ‘Abd Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi, anak paman Rasul saw. Ketika Rasul saw wafat, Ibn ‘Abbas berusia 13 tahun. Dalam usahanya untuk mendapatkan hadits, Ibn ‘Abbas biasa mendatangi rumah-rumah para sahabat dan duduk di depan pintu rumah mereka dalam cuaca yang panas dan berangin. Ia adalah seorang yang sangat mencintai ilmu dan bekerja keras untuk mendapatkannya, sehingga untuk mengetahui satu permasalahan saja dia mendatangi dan menanyakan kepada 30 orang sahabat. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu yang berkembang dan diperlukan pada masanya. Ia meriwayatkan hadits sebanyak 1660 hadits.<br />6. Jabir ibn ‘Abd Allah (16 SH – 78 H)<br /><br />Namanya adalah Jabir ibn ‘Abd Allah ibn ‘Amr ibn Haram ibn Tsa’labah al-Khazraji al-Salami al-Anshari Abu ‘Abd Allah. Jabir adalah seorang faqih dan mufti pada masanya. Ayahnya gugur dalam peperangan Uhud dan meninggalkan keluarga yang membutuhkan nafkah beserta hutang. Rasul saw menyantuninya dengan rasa kasih sayang dan memeliharanya sampai hutangnya terbayar. Jabir sanagt mencintai Rasul saw dan dia menyertai Rasul saw dalam setiap peperangan yang dilakukan beliau, kecuali pada peperangan Badr dan Uhud. Meskipun hidup dalam kesempitan, hal tersebut ternyata tidak menghalangi Jabir untuk menuntut dan mencari ilmu pengetahuan, ia melakukan perjalanan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari sahabat-sahabat besar. Jumlah hadits yang diriwayatkannya sebanyak 1540 hadits.<br />7. Abu Sa’id al-Khudri (12 SH – 74 H)<br />Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaid ibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn al-Abjar. Pada usia 13 tahun, dia dibawa serta oleh ayahnya menghadap Rasul saw agar diizinkan untuk turut dalam perang Uhud, namun Rasul saw, menganggapnya masih terlalu muda untuk berperang ketika itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang kembali. Selam hidupnya ia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan. Ia meriwayatkan hadits sebanyak 1170 hadits. <br />8. Abdullah ibn ‘Amir ibn ‘Ash (7 SH – 63 H)<br />Dia adalah Abu Muhammad Abdullah ibn Amr ibn ‘Ash al-Quraisy as-sahmy. Beliau memeluk agama Islam sebelum ayahnya. Beliau terkenal seorang yang banyak ibadah, banyak membaca Al-Qur’an, banyak meriwayatkan hadits dan banyak ilmunya yang diterima dari Nabi saw. Ia juga menulis apa yang didengar dari Nabi saw. Hadits-haditsnya yang dapat dikumpul oleh para ulama hanya 700 hadits saja.<br />9. Abdullah ibn Mas’ud (28 SH – 32 H)<br />Dia adalah Abu Abdur Rahman Abdullah ibn Mas’ud. Ibnu Mas’ud sendiri mengatakan bahwa beliaulah orang yang keenam yang pertam-tama masuk Islam. Beliau berhijrah ke Habsyah dan kemudian ke Madinah turut menyaksikan perang Uhud, Badr, Khandaq, Bai’atur Ridwan, dan Yarmuk. Dialah yang menewaskan Abu Jahal dalam perang Badr. Ia adalah sahabat yang memakaikan sepatu kaki Rasul dan menanggalkannya. Ia terhitung sahabat besar dan ahli hukum terkenal dalam bidang hadits dan fatwa, dan terkenal keahliannya dalam bidang-bidang Al-Qur’an. Hadits-hadits beliau yang telah dikumpulkan hanyalah 84 hadits. <br /><br />B. Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Pengkodifikasian Hadits<br />1. ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz (61 – 101 H)<br />Dia adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah ibn ‘Abd Syams al-Quraisy al-Umawi Abu Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amir al-Mu’minin. Ia adalah seorang khalifah yang mempunyai perhatian cukup besar terhadap hadits Nabi saw. Beliau secara langsung menuliskan hadits-hadits yang didengar dan diminatinya. Dorongan untuk menuliskan dan memelihara hadits selain karena dikhawatirkan akan lenyapnya hadis bersama meninggalnya para penghafalnya, juga dikarenakan berkembangnya kegiatan pemalsuan hadits yang disebabkan oleh terjadinya pertentangan politik dan perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Ia menginstruksikan kepada para ulama dan penduduk Madinah, “Perhatikanlah hadits-hadits Rasul saw dan tuliskanlah, karena aku mengkhawatirkan lenyapnya hadis dan perginya para ahlinya.” Ia juga mengirim surat kepada para penguasa di daerah-daerah agar mendorong para ulama setempat untuk mengajarkan dan menghidupkan sunnah Nabi saw. Karena prakarsa dan inisiatif pembukuan hadits itu para ulama hadis memandang bahwa pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz, yaitu pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Hijriah, pembukuan hadits secara resmi dimulai. <br />2. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 – 124 H)<br />Dia adalah Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaid Allah ibn Syihab ibn ‘Abd Allah ibn Muslim bin Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Quaraisyi al-Zuhri al-Madani. Ia terkenal sebagai seorang ulama yang cepat serta setia dan teguh hafalannya. Dia dapat menghafal Al-Qur’an hanya dalammasa 80 hari. Ia orang pertama yang memenuhi himbauan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk membukukan hadits, sehingga dia telah berhasil menghimpunnya dalam beberapa kitab. Ia telah berhasil mengumpulkan sejumlah tertentu dari hadits Nabi saw yang tidak diriwayatkan oleh para perawi lain, sehingga menyelamatkan hadits-hadits Nabi saw dari kepunahan.<br />3. Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)<br />Dia adalah Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Tahun lahirnya tidak diketahui. Ia adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits dan ia juga terkenal ahli dalam bidang Fiqh pada masanya, dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Madinah dan sekaligus sebagai ulama hadits, dia pernah diminta oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk menuliskan hadits-hadits Nabi saw.<br />4. Al-Ramahurmuzi (265 H – 360 H)<br />Ia adalah Abu Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi. Ia adalah seorang imam hafiz, seorang muhaddits non-Arab, dia menulis, menyusun, dan melahirkan berbagai karya ilmiah mengikuti jejak para ulama hadits sebelumnya. Di samping itu ia juga seorang akhbari, sejarahwan, dan juga ahli syi’ir. Pada aba keempat Hijriah, bermunculanlah ilmu-ilmu yang mandiri, di antarnya ialah bidang ilmu Musthalah al-Hadits. Dalam bidang itu, yang pertama menulis kitabnya adalah al-Ramahurmuzi dengan judul al-Muhaddits al-Fashil bayn al-Rawi wa al-Wa’i.<br />5. Bukhari (194 – 256 H)<br /> Ia adalah Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai) al-Bukhari. Bukhari mulai mempelajari hadits sejak sebelum usianya mencapai 10 tahun. Ia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu hadits, ia melakukan perlawatan ke berbagai daerah, seperti ke Syam, Mesir, al-Jazair, Basrah, Hijaz, Kufah dan Baghdad. Ia adalah orang yang pertama menghimpun hadits-hadits Shahih saja di dalam karyanya yang terkenal, yaitu Shahih al-Bukhari. Bukhari sangat selektif dalam menerima hadits, bahkan dalam rangka kehati-hatiannya dia terlebih dahulu mandi dan menunaikan shalat dua rakaat sebelum menuliskan suatu hadits ke dalam kitabnya tersebut.<br />6. Muslim (204 – 261 H)<br />Ia adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi. Dia mulai mempelajari hadits sejak usia sekitar 15 tahun. Diawali dengan mempelajri hadits dari guru-guru yang ada di negerinya, selanjutnya ia melakukan perlawatan ke luar daerahnya. Di antar guru yang ditemuinya adalah Imam Bukhari, Imam Ahmad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih, Zuhair ibn Harb, dan lainnya yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Dia meninggalkan lebih dari 20 karya dalam bidang hadits dan disiplin ilmu lainnya. Karyanya yang paling terkenal adalah al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasul Allah. Seperti halnya Imam Bukhari, ia juga sangat ketat dalam menilai dan menyeleksi hadits yang diterimanya. <br />7. Imam Abu Daud (202 H – 275 H)<br />Ia adalah Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishak as-Sijistany. Sama halnya dengan Imam Bukhari dan Imam Muslim, ia senantiasa berkelana berkeliling negeri-negeri tetangga, untuk mencari hadits dan ilmu-ilmu lain. Ia seorang yang hafiz, Bahrul Ulum, muhadditsin yang terpercaya, intelektual yang tinggi dalam segala disiplin ilmu pengetahuan keagamaan, terutama yang berkenaan dengan hadits. Beliau menyusun kitab yang dikenal dengan nama Sunan Abu Daud dan kitab ‘Ilalul Hadits. <br />8. Imam At-Turmuzi (200 H – 279 H)<br />Ia adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah. Ia adalah seorang murid Imam Bukhari di bidang ilmu hadits dan ilmu Fiqh. Ia adalah seorang muhadditsin, seorang imam penghafal hadits yang terkenal dabith dan teguh hafalannya. Ia telah menyusun kitab Suanan Turmudzi yang lazim disebut Jami’ul-Turmudzi. Ia juga mengarang asy-Syamailul Muhammadiyah.<br />9. Imam Nasa’I (215 H – 303 H)<br />Ia adalah Abu Abdurrahman ibn Syu’aib ibn Ali al-Khurasani an-Nasa’i. Ia seorang muhadditsin yang kadar intelektualnya tinggi, hafiz dan wara’. Sebagimana imam hadits lainny, ia seorang yang gemar mengembara mencari hadits Nabi ke kota-kota besar, antara lain Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Ia menyusun 15 buah karya besar, semuanya di bidang hadits. Salah satu karyanya yang terkenal ialah Sunan Nasa’i.<br />10. Imam Ibnu Majah (207 H – 273 H)<br />Ia adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Jazid al-Qaswini. Beliau telah belajar ilmu hadits dengan mengunjungi beberapa negeri seperti Irak, Hijaz, Mesir, Syam, dan beberapa negeri lain. Ia mempunyai tingkatan yang tinggi dalam bidang hadits yaitu ketelitiannya dalam meriwayatkan hadits. Karangannya yang termasyhur ialah Sunan Majah.<br />11. Imam Ahamad ibn Hanbal (164 H – 241 H)<br />Ia adalah Abu Abdullah Ahmad ibn Hanbal. Seorang pembangun dan pendiri madzhab Hambali. Beliau pernah berguru pada Imam Syafi’I dan beliau mengembara ke Syam, Hijaz, Yaman dan negeri-negeri lainnya. Karyanya ialah Musnadul Kabir.<br /> 12 Imam Syafi’I (150 H – 204 H)<br />Ia adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris. Ia sejak usia 7 tahun telah hafal Al-Qur’an. Ia berangkat ke Baghdad untuk menemui murid-murid Imam Hanafi, berdiskusi masalah ilmu hadits dan Fiqh dan melahirkan pendpat Qaulun Qadim. Kemudian ke Mesir dan melahirkan pendapat Qaulun Jadid. Beliau belajar pada ulama-ulama di Mekkah di bidang Fiqh dan Hadits. Karena keahliannya di bidang Fiqh ia diangkat menjadi Mufti di Masjidil haram selam 9 tahun. Penduduk Mekkah menggelarinya Nashirul Hasits (penolong pemahamamn hadits). Karyanya banyak sekali, antara lain al-Musnad, Mukhtaliful Hadits, as-Sunan, al-Umm dan ar-Risalah.<br />12. Imam Malik ibn Anas (93 H – 179 H)<br />Ia adalah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn al-Haris. Dalam satu riwayat bahwa beliau berada dalam kandungan ibunya selama 3 tahun dan dilahirkan di kalangan rumah tangga yang ahli dalam bidang ilmu hadits dan hidup dalam masyarakat yang berkecimpung tentang hadits Nabi dan atsar. Beliau menghafal Al-Qur’an sejak masa kanak-kanak. Beliau seorang muhadditsin yang sangat dihormati oleh masyarakat Madinah. Sebelum memberi pelajaran hadits ia terlebih dahulu berwudhu’. Karyanya ialah Muwaththa’. <br />Referensi:<br />- Ash Shiddieqy, Hasbi. 1973. Sejarah Perkembangan Hadits dan Tokoh-tokoh Utama Dalam Bidang Hadits. Jakarta: PT. Bulan Bintang.<br />- Rahman, Zufran. 1995. Kajian Sunnah Nabi Saw Sebagai Sumber Hukum Islam: Jawaban Terhadap Aliran Ingkar Sunnah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.<br />- Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-80324520683314889122010-12-19T21:37:00.000-08:002010-12-19T21:43:02.012-08:00KOMUNIKASI<div><meta equiv="CONTENT-TYPE" content="text/html; charset=utf-8"><title></title><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 3.1 (Win32)"><style type="text/css"> <!-- @page { margin: 0.79in } @page:first { margin-left: 1.25in; margin-right: 1.25in; margin-top: 1in; margin-bottom: 1in } P.sdfootnote { margin-left: 0.2in; text-indent: -0.2in; margin-bottom: 0in; font-size: 10pt } P { margin-bottom: 0.08in } A.sdfootnoteanc { font-size: 57% } --> </style> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"><span style="font-size:130%;"><b>KOMUNIKASI</b></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="sv-SE"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;">Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="sv-SE"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"> <span style="font-size:130%;">Pada Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="sv-SE">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><span lang="fi-FI"><u>Dosen Pembimbing</u></span></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><span lang="fi-FI"> :</span></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="sv-SE"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>Drs. H. Sofwan Manaf M.Si</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="sv-SE">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="sv-SE">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);">DISUSUN OLEH :</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-family:Californian FB,serif;"><span style="font-size:130%;">Fatimatuzzahro</span></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-family:Californian FB,serif;"><span style="font-size:130%;">Prita Delita</span></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-family:Californian FB,serif;"><span style="font-size:130%;">Tiam Astuti</span></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>JAKARTA SELATAN</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>2010</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 150%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>BAB I</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>PENDAHULUAN</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> </span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">Komunikasi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi tidak dapat terlepas dari diri kita karena dengan komunikasi hidup akan lebih mudah. Dalam satu organisasi atau pun dalam sebuah manajemen sangat dibutuhkan komunikasi. Karena kalau tidak ada sebuah komunikasi dalam organisasi maka tidak akan berhasil dengan baik.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);"> Komunikasi merupakan cara atau alat untuk menghubungkan satu atau dua orang lebih dalam sebuah organisasi. Walaupun terdapat banyak hambatan namun komunikasi sangat dibutuhkan dalam menjalan sebuah organisasi karena ini adalah sebagai penghubung antara atasan dengan bawahan.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"> </span></span> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;" lang="fi-FI"></p><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>BAB II</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><b>PEMBAHASAN</b></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><b>Arti Komunikasi</b></span></p> </li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);">Komunikasi adalah suatu tingkahlaku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya. </span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);">Proses komunikasi adalah langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"> </span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Model proses komunikasi dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:130%;"><u><b>Proses komunikasi</b></u></span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> </span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">Pesan pesan pesan pesan</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">sumber</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"> pengkodean saluran pengkodean penerima umpan balik</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="color: rgb(0, 0, 0);">Keterangan: </span> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Unsur-unsur dalam proses konikasi</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">:</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Sumber</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: sumber merupakan komunikator yaitu seseorang yang mempunyai gagasan, informasi, maksud dan tujuan berkomunikasi.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Pesan</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya apa yang dikomunikasikan.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Pengkodean</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: adalah suatu proses mengubah suatu pesan komunikasi menjadi bentuk simbol. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode yaitu: sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Saluran</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: suatu medium dapat lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Pengkodean/penguraian simbol</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: adalah penerjemah-ulang pesan komunikasi seorang pengirim.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Penerima</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: seseorang yang menerima dan mengurai gagasan informasi, maksud dan tujuan komunikasi.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Umpan balik</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: adalah tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan ke dalam sistem guna memeriksa kesalah-pahaman. </span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;" start="2"><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><b>Hambatan dalam komunikasi</b></span></p> </li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">Beberapa hambatan bagi komunikasi yang efektif yaitu: kerangka acuan, menyimak secara efektif, kata putus nilai (value judgement), kredibilitas sumber, masalah sematik, penyaringan, bahasa kelompok, perbedaan status, tekanan waktu, dan beban layak (overload).</span></span><sup><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><a class="sdfootnoteanc" name="sdfootnote1anc" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=8032452068331488912#sdfootnote1sym"><sup>1</sup></a></span></span></sup><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"> Hal-hal tersebut dapat juga disebut sebagai sumber kegaduhan, hal ini dapat muncul baik dalam komunikasi organisasi maupun komunikasi antar pribadi.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Keterangan: </span> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Kerangka acuan</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: kerangka acuan ini menyangkut bidang pengalaman baik komunikator maupun penerima, jika pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menjadi efektif. Hal yang penting disini adalah bahwa komunikator dengan pengalamannya dapat mengemas dalam kode sedemikian rupa sehingga si penerima dapat menerima dan mengurai kode.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Menyimak selektif</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: adalah merupakan bentuk persepsi yang selektif di mana hal ini cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi itu bertentangan dengan apa yang diyakininya. Dengan kata lain jika hanya menyimak hal-hal yang ingin didengar maka akan merasa kecewa.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Kata putus nilai</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: pada dasarnya menyangkut penilaian menyeluruh atas sebuah pesan sebelum menerima keseluruhan komunikasi. Kata putus nilai dapat didasarkan atas komunikator atau pengalamannya dengan komunikator sebelumnya, atau atas arti pesan yang sudah diduga sebelumnya.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Kredibilitas sumber</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: kredibilitas sumber berpangkal pada kepercayaan, keyakinan, dan pengakuan penerima terhadap perkataan dan tindakan komunikator.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Masalah sematik</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: berkaitan dengan kata-kata dan ungkapan atau teknik abstrak. Misal istilah ”telaah biaya-maslahat” (cost benefit analysis) akan mempunyai arti bagi orang-orang yang berurusan dengan administrasi tetapi bagi seorang dokter kurang mempunyai arti.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Penyaringan</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: biasanya terjadi dalam komunikasi ke atas dalam suatu organisasi. Istilah ini mengacu pada ”manipulasi” informasi sehingga penerima memandang sebagai hal yang positif. Bawahan menutup-nutupi informasi yang kurang disukai atasan.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Bahasa kelompok</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: kata-kata atau kalimat yang sebenarnya hanyalah menggambarkan prosedur yang sangat sederhana.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Perbedaan status</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: perbedaan status sering dipandang sebagai ancaman oleh orangorang di tingkat hierarki yang lebih rendah, dan ini dapat mencegah atau menimbulkan distorsi dalam komunikasi.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI"><b>Tekanan waktu (Time pressure)</b></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span lang="fi-FI">: manajer merasa tidak punya waktu untuk sering berkomunikasi dengan bawahannya, akibatnya timbul jalan pintas (short-circuit-ing) yaitu merupakan kegagalan dalam komunikasi secara normal.</span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="fi-FI"><b>Beban layak komunikasi (comunication overload)</b></span><span lang="fi-FI">: para manajer sering merasa kebanjiran informasi dan data yang tersedia bagi mereka akibatnya tidak dapat menyerap atau menanggapi semua pesan yang ditujukan bagi mereka dengan baik. ”Kelebihan” tidak selalu berarti ”lebih baik”.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;" start="3"><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI"><b>Manajemen Konflik</b></p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Melakukan tindak lanjut</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Mengatur arus informasi</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Memanfaatkan balikan</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Empati</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Pengulangan</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Mendorong tercapainya rasa saling percaya</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Penentuan waktu yang efektif</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Menyederhanakan bahasa</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI">Menyimak secara seksama</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;"><span lang="fi-FI">Memakai Grapevine (saluran terpenting dalam komunikasi).</span><sup><span lang="fi-FI"><a class="sdfootnoteanc" name="sdfootnote2anc" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=8032452068331488912#sdfootnote2sym"><sup>2</sup></a></span></sup></p> </li></ol> </li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-left: 0.38in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;" start="4"><li><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%;" lang="fi-FI"><b>Komunikasi inter personal dan non verbal</b></p> </li></ol><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"> <span lang="fi-FI">Komunikasi antar pribadi (interpersonal) adalah komunikasi yang mengalir di antara para individu secara langsung dan dalam kelompok dan merupakan pengaruh penting atas perilaku antar pribadi</span><span lang="fi-FI">.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"> <span lang="fi-FI">Komunikasi non verbal adalah pesan yang dihantar lewat gerakan tubuh, intonasi atau tekanan kepada kata-kata, air muka, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima</span><span lang="fi-FI">. Untuk itu diperlukan sebuah kinesika. Kinesika adalah studi yang merujuk pada gerak tubuh.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI"> <span style="font-size:130%;"><u><b>Referensi:</b></u></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;">Robbins, G James dan Barbara S. Jones. 1995. <i>Komunikasi yang efektif: Untuk pemimpin, pejabat dan usahawan.</i>Jakarta. CV. <span lang="fi-FI">Pedoman Ilmu Jaya. </span> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="fi-FI">FX. Suwarto, Drs., MS. 1999. </span><span lang="fi-FI"><i>Perilaku Keorganisasian</i></span><span lang="fi-FI">. Yogyakarta. Universitas Atmajaya.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; line-height: 200%; text-align: justify;" lang="fi-FI">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;" id="sdfootnote1"> <p class="sdfootnote" style="margin-left: 0in; text-indent: 0.5in;"><a class="sdfootnotesym" name="sdfootnote1sym" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=8032452068331488912#sdfootnote1anc">1</a><span lang="fi-FI"> Drs. FX. Suwarto, MS. </span><span lang="fi-FI"><i>Perilaku Keorganisasian</i></span><span lang="fi-FI"> (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999). Hlm.172.</span></p> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;" id="sdfootnote2"> <p class="sdfootnote"><a class="sdfootnotesym" name="sdfootnote2sym" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=8032452068331488912#sdfootnote2anc">2</a> <i>Ibid</i>. 175</p> </div> Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-19323748577722860052010-12-19T08:02:00.000-08:002010-12-19T08:06:49.466-08:00KEUANGAN<div align="justify">KEUANGAN<br />Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam<br />Dosen Pembimbing:<br />Drs. H. Sofwan Manaf, M. Si.<br /><br /><br /><br />DISUSUN OLEH:<br />FATIMATUZZAHRO<br />0308376<br /><br />PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM<br />SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH<br />JAKARTA SELATAN<br />2010<br />KEUANGAN<br /><br />A. Alokasi Dana<br />Menurut Nanang Fattah anggaran ini merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Anggaran juga dapat dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu dalam ukuran finansial. Karakteristik anggaran memiliki 2 sisi, yaitu sisi penerimaan dan pengeluaran. Fungsi anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian manajemen, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Sedangkan fungsi anggaran menurut Deddy Nordiawan ialah sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan, alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kerja, alat motivasi.<br /><br />B. Pengawasan<br />Pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Pertanyaan pokok yang berkaitan dengan pengawasan anggaran adalah seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Prosedur pengawasan terdiri dari 3 kegiatan pokok:<br />1. Memantau (monitoring),<br />2. Menilai (evaluating),<br />3. Melaporkan hasil temuan (reporting).<br />Sedangkan sasaran pemeriksaan (audit) adalah:<br />1. Pemeriksaan kas; salah satu kegiatan pada pemeriksaan keuangan dan ketaatan ada peraturannya (financial audit), yaitu pemeriksaan kas. Pemeriksaan kas ini dimaksudkan untuk menguji kebenaran jumlah uang yang ada dengan membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada melalui catatannya.<br />2. Pemeriksaan pengurusan barang; pemeriksaan barang dilakukan terhadap seluruh persediaan barang yang ada. Pemeriksaan barang sifatnya lebih kompleks daripada pemeriksaan kas, karena bukan saja banyaknya jenis barang yang ada dengan barang yang seharusnya ada. Demikian juga dilakukan pemeriksaan terhadap cara-cara penyimpanannya.<br />3. Tuntutan ganti rugi; dengan diadakannya pengawasan pada pengurusan uang atau barang dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:<br />a. Pemeriksaan berturut-turut memperlihatkan administrasi yang diteliti dari rasa tanggung jawab bendaharawan pemegang kas atau bendaharawan materiel yang dapat diuji.<br />b. Pemeriksaan menimbulkan persangkaan ketidakwajaran terhadap hal yang masih diperlukan penyelidikan dapat tidaknya bendaharawan disalahkan.<br />c. Pemeriksaan menimbulkan dugaan keras adanya pelanggaran umum.<br />Bendaharawan dapat dituntut untuk mengganti kerugian berdasarkan pasal 77 ICW, sedangkan pengawasan dapat dituntut juga berdasarkan pasal 74 ICW.<br />4. Pemeriksaan anggaran pre-audit; pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh akuntan dengan istilah internal control (pengendalian item) yang meliputi rencana organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam suatu kantor untuk mengamankan harta kekayaan, menguji ketetapan dan sampai berapa jauh data dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaati kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.<br /><br /><br />C. Pertanggungjawaban<br />Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menjalankan suatu tugas kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa jadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang ataupun lebih dari yang dianggarkan. Hal ini dapat terjadi disebabkan:<br />1. Adanya efisiensi atau inefisiensi pengeluaran;<br />2. Terjadinya penghematan atau pemborosan;<br />3. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan;<br />4. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi;<br />5. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.<br />Semua pengeluaran keuangan sekolah dari sumber manapu harus dipertanggungjawabkan, hal tersebut merupakan bentuk transparasi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian prinsip transparasi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan, ialah:<br />a. Pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite sekolah untuk dicocokkan dengan RAPBS;<br />b. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada;<br />c. Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan dan bukti pengeluaran lain;<br />d. Neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh tim pertanggungjawaban keuangan dari komite sekolah. </div><div align="justify"><br /><br />REFERENSI<br /><br /><br />Fattah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006.<br /><br />Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.<br /><br />http://www.ahmadfaisal2.blogspot.com<br />http://www.supeksa.wordpress.com<br /><br /><br /></div>Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3341621038724127603.post-3037729655684433212010-12-14T22:20:00.000-08:002010-12-19T07:55:07.223-08:00MANAJEMEN<p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:22;" >Manajemen</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MLPI</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:22;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><i><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Dosen:</span></i></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Bpk. Drs. H. Sofwan Manaf, M.Si</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><br /><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><i><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Disusun Oleh:</span></i></b><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" > </span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Prita Delita</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Fatimatuzzahro </span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tiam Astuti</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >PROGRAM STUDI</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >KEPENDIDIKAN ISLAM</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >JAKARTA </span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >2010</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><br /><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><br /><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center" class="MsoNormal" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:16;" >Manajemen </span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify" class="MsoNormal"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:16;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraph"><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">A.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></b><b><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengertian dan Pentingnya Studi Manajemen</span></b></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen berasal dari Bahasa Inggris <i>Management</i>. Dalam Bahasa Indonesia, manajemen mempunyai beberapa pengertian antara lain: </span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pemimpin</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengurus, atau kepengurusan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Ketatalaksanaan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengelolaan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengendalian</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pembinaan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia terdapat dua pengertian tentang manajemen. Pertama, manajemen adalah suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Kedua, manajemen adalah pejabat atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.<span style="font-size:+0;"> </span></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Sedangkan pengertian manajemen secara umum adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu.<a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftn1" name="_ftnref1"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >[1]</span></span></span></span></a></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Selain itu menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan manajemen sebagai “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”.<a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftn2" name="_ftnref2"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >[2]</span></span></span></span></a></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Untuk lebih memahami arti manajemen dilihat dari berbagai definisi yang disampaikan oleh berbagai pakar manajemen. Di bawah ini diberikan batasan-batasan tentang manajemen dari berbagai pakar, sebagaimana yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio,<a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftn3" name="_ftnref3"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >[3]</span></span></span></span></a> adalah sebagai berikut:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Marry Parker Follet</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Robert Kresther</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses kerja dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >George Terry</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah Kemampuan menyuruh orang lain bekerja guna mencapai tujuan.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >James A.F. Stonner</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. </span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Richard M. hodgetts Ph.D dan Steven Ultman Ph.D manajemen adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Donnelly</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses koordinasi upaya kelompok terhadap tujuan kelompok.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >J. L.Massie</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses satu kelompok kooperatif menggerakan tindakan untuk tujuan umum.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">8.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efisien dan efektif.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">9.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >LPPM</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen adalah proses pemberian perintah, pengarahan dan pengendalian berbagai lembaga dalam masyarakat untuk mencapai tujuan.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Dari berbagai pengertian manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya <span style="font-size:+0;"></span>manajemen adalah bagaimana seorang pimpinan mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia dapat mencapai tujuan organisasi. Kemampuan pengelolaan sumber daya inilah yang menjadi tugas seorang manajer.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraph"><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">B.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></b><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Fungsi-fungsi Manajemen</span></b></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Berbicara mengenai fungsi manajemen maka terlebih dahulu dijelaskan mengenai arti dari fungsi itu sendiri. Arti fungsi di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia adalah besaran yang berhubungan. Jika besaran yang satu berubah maka besaran yang lainnya juga berubah. Arti fungsi di dalam Kamus Administrasi adalah sekumpulan aktivitas yang tergantung pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya atau pelaksanaannya.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Definisi lain menurut David B. Garulnik, sebagaimana yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio mengenai arti fungsi adalah karakteristik suatu tindakan. Tugas khusus atau persyaratan pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang harus diperhatikan oleh seseorang atau kesisteman.<a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftn4" name="_ftnref4"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >[4]</span></span></span></span></a></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Adapun menurut Sondang P. Siagian, Ph.D, MPA, mengartikan fungsi yang dimaksud dalam manajemen adalah tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Siagian melihat ada empat faktor yang membedakan setiap manajemen mempunyai konsep tersendiri tentang fungsi:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Kondisi masyarakat serta taraf kemajuannya, dalam suasana mana para sarjana tertentu menulis.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Filsafat hidup yang dianut oleh sarjana yang bersangkutan.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Latar belakang pendidikannya.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Perkembangan ilmu itu sendiri.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Berdasarkan hal tersebut fungsi manajemen terdiri atas:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak harus dijalankan oleh administrasi dan manajemen.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Fungsi pelengkap adalah semua fungsi yang tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, sebaliknya dijalankan atau dilaksanakan karena pelaksanaan fungsi-fungsi itu dengan baik akan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >J.L. Massie mempergunakan tujuh fungsi manajemen sebagai berikut:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengambilan keputusan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengorganisasian</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Staffing</span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Planning</span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Kontrol</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Komunikasi</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pengarahan </span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >George R. terry, dalam bukunya yang berjudul <i>Principles of Management</i>, Terry mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Planning</span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Organizing</span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Actuating</span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></i><i><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Controlling </span></i></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpLast"><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">C.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></b><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Sejarah atau Aliran-aliran Perkembangan Manajemen</span></b></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Perkembangan teori manajemen dapat dikategorikan dalam beberapa tahap.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap pertama (1920-1930)</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap ini merupakan gerakan manajemen ilmiah. Ancangan terhadap manajemen ilmiah antara lain:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">a.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Percobaan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">b.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Menentukan standar kerja</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">c.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Merencanakan pekerjaan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">d.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Menentukan standar dengan alat-alat pengendalian.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 36pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pada tahun 1920 dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai standar manajemen, kerjasama atau hubungan pekerjaan dengan dengan pekerja (struktur pekerja dengan hasil-hasilnya, ilmu ekonomi manajemen, tanggung jawab sosial manajer dan hubungan manusia).</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap kedua (1930-1940)</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap rancangan dari atas ke bawah. Pada tahap ini berkembang pemikiran yang mengulas pekerjaan manajer, dibedakan perbedaan antara administrasi dan manajemen, maka lahirlah beberapa pendapat:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">a.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pemikiran bahwa manajemen menyangkut struktur organisasi pekerjaan manajerial.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">b.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pokok utama administrasi adalah fungsi perencanaan organisasi, dan pengelolaan pengendalian umum.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">c.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen melakukan fungsi kepemimpinan, perencanaan, dan pengendalian operatif dalam organisasi.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">d.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Konsep dan manajemen disatukan menjadi manajemen administratif.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">e.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen operatif memperhatikan pekerjaan-pekerjaan dan pengaruh tanggung jawab sebagai tugas utama.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap ketiga (1940)</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap ini disebut juga tahap proses manajemen, dalam tahap ini berlangsung pemikiran-pemikiran yang melahirkan konsep-konsep dengan indikator:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">a.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Pemikiran berorientasi ke arah usaha pengenalan dan perubahan unsur-unsur atas fungsi-fungsi proses manajemen.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">b.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Konsep manajemen professional, membuka jalan menuju perbedaan yang tidak banyak lagi antara manajemen dengan fungsi.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">c.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Konsep manajemen sebagai suatu proses.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap keempat</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Tahap ini merupakan tahap manajemen Teori Terpadu. Pada tahap keempat ini konsep-konsep baru yang diambil dari beberapa bidang itu, disentralisasikan dengan proses manajemen membuka berbagai pengetahuan yang dimaksudkan kedalam suatu disiplin manajemen.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Ada dua aliran besar dalam ilmu manajemen yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manajemen selanjutnya:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">a.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Aliran tradisional (1910-1920)</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Aliran ini melahirkan pemikiran tentang manajemen dengan pokok-pokok pikiran yang menekankan kepada organisasi:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Teori organisasi klasik</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Kekuasaan individual</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Ketentuan-ketentuan hukum</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Rentang kendali</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Rangkaian komando</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Perkembangan dan spesialisasi</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">b.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Aliran ilmu sosial</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 54pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Aliran ini merupakan perpaduan pikiran-pikiran dalam berbagai cabang ilmu sosial. Aliran ini melahirkan pemikiran tentang manajemen dengan pokok-pokok pikiran:</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Proses manajemen</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Empirisme</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Penilaian manusia</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Sistem sosial</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Teori kepuasan</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Matematika</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: -18pt; MARGIN-LEFT: 72pt" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Dinamika industri</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 36pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Menurut Paul Mali, pembagian lain mengenai aliran dalam manajemen adalah aliran kuantitatif dan aliran perilaku.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 36pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Sedangkan Harold Koontz dan Cyrel O’donnel membagi aliran manajemen dalam tujuh aliran, yaitu: pendekatan operasional, emprikal, perilaku manusia, sistem sosial, teori keputusan, yang berpusat kepada komunikasi, dan matematik.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 36pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Dan menurut Donnelly, Gibson, dn Ivancevik, membagi aliran manajemen menjadi aliran klasik, perilaku, dan manajemen sains.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 150%; TEXT-INDENT: -18pt" class="MsoListParagraph"><b><span style="LINE-HEIGHT: 150%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;">D.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'"> </span></span></span></b><b><span style="LINE-HEIGHT: 150%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen dalam Islam</span></b></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;"></span><span style="COLOR: rgb(29,27,17)">Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.</span></span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seharusnya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.</span></p><div style="TEXT-ALIGN: justify"></div><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; MARGIN-LEFT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ><span style="font-size:+0;"></span><span style="font-size:+0;"></span><span style="COLOR: rgb(29,27,17)">Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama</span>.<a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftn5" name="_ftnref5"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%;font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >[5]</span></span></span></span></a></span></p><span style="FONT-WEIGHT: bold"><br /></span><p style="TEXT-ALIGN: center; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >REFERENSI</span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: center; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoListParagraphCxSpLast" align="center"><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></b></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoFootnoteText"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Sutarno NS, <i>Manajemen Perpustakaan</i>, Jakarta: Samitra Media Utamma, 2004. </span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoFootnoteText"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Prof. Dr. Sondang P. Siagian<i>, filsafat Administrasi</i>, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996.</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoFootnoteText"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >Soebagio Atmodiwirio<i>, Manajemen Pendidikan Indonesia</i>, Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000. </span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoFootnoteText"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >David B. Garulnik, <i>Webster Dictionary.</i></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoFootnoteText"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" >http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-pengertian.html</span><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%" class="MsoNormal"><b><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:12;" ></span></b></p><br /><hr align="left" size="1" width="33%"><br /><div id="ftn1"><p style="TEXT-INDENT: 36pt" class="MsoFootnoteText"><a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftnref1" name="_ftn1"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" ><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" >[1]</span></span></span></span></span></a><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" > Sutarno NS, <i>Manajemen Perpustakaan</i>, (Jakarta: Samitra Media Utamma, 2004), Hlm 5.</span></p></div><div id="ftn2"><p style="TEXT-INDENT: 36pt" class="MsoFootnoteText"><a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftnref2" name="_ftn2"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="COLOR: rgb(29,27,17)"><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Calibri','sans-serif';font-size:10;" >[2]</span></span></span></span></span></a><span style="COLOR: rgb(29,27,17)"> </span><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" >Prof. Dr. Sondang P. Siagian<i>, filsafat Administrasi</i>, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), Hlm 5.</span></p></div><div id="ftn3"><p style="TEXT-INDENT: 36pt" class="MsoFootnoteText"><a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftnref3" name="_ftn3"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" ><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" >[3]</span></span></span></span></span></a><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" > Soebagio Atmodiwirio<i>, Manajemen Pendidikan Indonesia</i>, (Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000), Hlm 5-6.</span></p></div><div id="ftn4"><p style="TEXT-INDENT: 36pt" class="MsoFootnoteText"><a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftnref4" name="_ftn4"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" ><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" >[4]</span></span></span></span></span></a><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';" > David B. Garulnik, <i>Webster Dictionary</i>, Hlm 303.</span></p></div><div id="ftn5"><p style="LINE-HEIGHT: normal" class="MsoNormal"><a title="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3341621038724127603&postID=303772965568443321#_ftnref5" name="_ftn5"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" ><span style="font-size:+0;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="LINE-HEIGHT: 115%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" >[5]</span></span></span></span></span></a><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" > </span><span style="COLOR: rgb(29,27,17);font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" >http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-pengertian.html</span></p><p style="TEXT-ALIGN: justify; LINE-HEIGHT: 200%; TEXT-INDENT: 18pt" class="MsoNormal"><span style="LINE-HEIGHT: 200%; COLOR: rgb(29,27,17)font-family:'Times New Roman','serif';font-size:10;" ></span></p><p class="MsoFootnoteText"></p></div>Fatimatuzzahro Fadhilhttp://www.blogger.com/profile/00577326080128567519noreply@blogger.com0