BIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITS
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits
Disusun Oleh:
FATIMATUZZAHRO
0308376
Dosen Pembimbing:
DR. Hj. Romlah Abu Bakar Askar, M. A.
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA SELATAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits sejak zaman sahabat sampai puncak pembukuan hadits.
BAB II
BIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITS
A. Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Sahabat
1. Abu Hurairah (19 SH – 59 H)
Nama lengkap Abu Hurairah adalah ‘abd al-Rahman ibn Shakhr al-Dausi al-Yamani. Abu Hurairah telah memeluk agama Islam sejak dia berada di Yaman, kemudian ia berhijrah ke Madinah. Kehidupannya di Madinah sangat bergantung kepada Rasulullah. Abu Hurairah di kenal sebagai seorang yang wara’ dan ‘abid.
Meskipun Abu Hurairah hidup berdampingan dengan Rasul saw hanya selama tiga tahun, masa yang singkat tersebut ternyata telah dapat dipergunakannya untuk menyerap dan menimba berbagai ilmu pengetahuan dari Rasul saw, sehingga dia dapat meriwayatkan hadits lebih banyak dari sahabat-sahabat yang lainnya. Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebanyak 5374 hadits.
2. ‘Abd Allah ibn ‘umar ibn al-Khaththab (10 SH – 73 H)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn umar ibn al-Khaththab ibn Nufail al-Quraisy al-‘Adawi Abu ‘Abd al-Rahman al-Makki. Dia memeluk agama Islam sejak usianya masih kecil, dia hijrah ke Madinah ketika berumur 10 tahun. Ibn ‘Umar banyak meriwayatkan hadits dan ia adalah seorang sahabat yang sangat ketat dan teliti dalam menerima hadits. Jumlah hadits yang diriwayatkan Ibn ‘Umar sebanyak 2630 buah.
3. Anas ibn Malik (10 SH – 93 H)
Nama lengkapnya adalah Anas ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji al-Najjari. Ketika Rasul saw hijrah ke Madinah, Anas baru berusia 10 tahun. Ibunya, Ummu Sulaim, menyerahkan Anas kepada Rasul agar dapat berkhidmat kepada Rasul, Anas tumbuh dan besar bersama Rasul saw selam 10 tahun. Anas adalah seorang sahabat yang terkenal wara’, banyak ibadahnya, dan sedikit bicaranya. Anas adalah perawi hadits terbanyak ketiga di kalangan sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkannya adalah 2286 hadits. Di antaranya 318 hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 80 hadits diriwayatkan oleh Bukhari saja, dan 70 hadits diriwayatkan oleh Muslim saja.
4. ‘Aisyah Umm al-Mu’minin (9 SH – 58 H)
Dia adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq, salah seorang istri Rasul saw. ‘Aisyah hidup bersama Rasul saw selama 8 tahun 5 bulan. ‘Aisyah adalah seorang cerdas serta menguasai Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi saw terutama yang berkenaan dengan permasalahan wanita, dan bahkan dia juga seorang yang ahli dalam bidang Fiqh sehingga dianggap sebagai salah seorang fuqaha sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah adalah 2210 hadits.
5. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas (3 SH – 68 H)
Dia adalah Abu al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthalib ibn Hasyim ibn ‘Abd Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi, anak paman Rasul saw. Ketika Rasul saw wafat, Ibn ‘Abbas berusia 13 tahun. Dalam usahanya untuk mendapatkan hadits, Ibn ‘Abbas biasa mendatangi rumah-rumah para sahabat dan duduk di depan pintu rumah mereka dalam cuaca yang panas dan berangin. Ia adalah seorang yang sangat mencintai ilmu dan bekerja keras untuk mendapatkannya, sehingga untuk mengetahui satu permasalahan saja dia mendatangi dan menanyakan kepada 30 orang sahabat. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu yang berkembang dan diperlukan pada masanya. Ia meriwayatkan hadits sebanyak 1660 hadits.
6. Jabir ibn ‘Abd Allah (16 SH – 78 H)
Namanya adalah Jabir ibn ‘Abd Allah ibn ‘Amr ibn Haram ibn Tsa’labah al-Khazraji al-Salami al-Anshari Abu ‘Abd Allah. Jabir adalah seorang faqih dan mufti pada masanya. Ayahnya gugur dalam peperangan Uhud dan meninggalkan keluarga yang membutuhkan nafkah beserta hutang. Rasul saw menyantuninya dengan rasa kasih sayang dan memeliharanya sampai hutangnya terbayar. Jabir sanagt mencintai Rasul saw dan dia menyertai Rasul saw dalam setiap peperangan yang dilakukan beliau, kecuali pada peperangan Badr dan Uhud. Meskipun hidup dalam kesempitan, hal tersebut ternyata tidak menghalangi Jabir untuk menuntut dan mencari ilmu pengetahuan, ia melakukan perjalanan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari sahabat-sahabat besar. Jumlah hadits yang diriwayatkannya sebanyak 1540 hadits.
7. Abu Sa’id al-Khudri (12 SH – 74 H)
Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaid ibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn al-Abjar. Pada usia 13 tahun, dia dibawa serta oleh ayahnya menghadap Rasul saw agar diizinkan untuk turut dalam perang Uhud, namun Rasul saw, menganggapnya masih terlalu muda untuk berperang ketika itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang kembali. Selam hidupnya ia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan. Ia meriwayatkan hadits sebanyak 1170 hadits.
8. Abdullah ibn ‘Amir ibn ‘Ash (7 SH – 63 H)
Dia adalah Abu Muhammad Abdullah ibn Amr ibn ‘Ash al-Quraisy as-sahmy. Beliau memeluk agama Islam sebelum ayahnya. Beliau terkenal seorang yang banyak ibadah, banyak membaca Al-Qur’an, banyak meriwayatkan hadits dan banyak ilmunya yang diterima dari Nabi saw. Ia juga menulis apa yang didengar dari Nabi saw. Hadits-haditsnya yang dapat dikumpul oleh para ulama hanya 700 hadits saja.
9. Abdullah ibn Mas’ud (28 SH – 32 H)
Dia adalah Abu Abdur Rahman Abdullah ibn Mas’ud. Ibnu Mas’ud sendiri mengatakan bahwa beliaulah orang yang keenam yang pertam-tama masuk Islam. Beliau berhijrah ke Habsyah dan kemudian ke Madinah turut menyaksikan perang Uhud, Badr, Khandaq, Bai’atur Ridwan, dan Yarmuk. Dialah yang menewaskan Abu Jahal dalam perang Badr. Ia adalah sahabat yang memakaikan sepatu kaki Rasul dan menanggalkannya. Ia terhitung sahabat besar dan ahli hukum terkenal dalam bidang hadits dan fatwa, dan terkenal keahliannya dalam bidang-bidang Al-Qur’an. Hadits-hadits beliau yang telah dikumpulkan hanyalah 84 hadits.
B. Biografi Singkat Ulama Hadits Pada Zaman Pengkodifikasian Hadits
1. ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz (61 – 101 H)
Dia adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah ibn ‘Abd Syams al-Quraisy al-Umawi Abu Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amir al-Mu’minin. Ia adalah seorang khalifah yang mempunyai perhatian cukup besar terhadap hadits Nabi saw. Beliau secara langsung menuliskan hadits-hadits yang didengar dan diminatinya. Dorongan untuk menuliskan dan memelihara hadits selain karena dikhawatirkan akan lenyapnya hadis bersama meninggalnya para penghafalnya, juga dikarenakan berkembangnya kegiatan pemalsuan hadits yang disebabkan oleh terjadinya pertentangan politik dan perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Ia menginstruksikan kepada para ulama dan penduduk Madinah, “Perhatikanlah hadits-hadits Rasul saw dan tuliskanlah, karena aku mengkhawatirkan lenyapnya hadis dan perginya para ahlinya.” Ia juga mengirim surat kepada para penguasa di daerah-daerah agar mendorong para ulama setempat untuk mengajarkan dan menghidupkan sunnah Nabi saw. Karena prakarsa dan inisiatif pembukuan hadits itu para ulama hadis memandang bahwa pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz, yaitu pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Hijriah, pembukuan hadits secara resmi dimulai.
2. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 – 124 H)
Dia adalah Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaid Allah ibn Syihab ibn ‘Abd Allah ibn Muslim bin Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Quaraisyi al-Zuhri al-Madani. Ia terkenal sebagai seorang ulama yang cepat serta setia dan teguh hafalannya. Dia dapat menghafal Al-Qur’an hanya dalammasa 80 hari. Ia orang pertama yang memenuhi himbauan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk membukukan hadits, sehingga dia telah berhasil menghimpunnya dalam beberapa kitab. Ia telah berhasil mengumpulkan sejumlah tertentu dari hadits Nabi saw yang tidak diriwayatkan oleh para perawi lain, sehingga menyelamatkan hadits-hadits Nabi saw dari kepunahan.
3. Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)
Dia adalah Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Tahun lahirnya tidak diketahui. Ia adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits dan ia juga terkenal ahli dalam bidang Fiqh pada masanya, dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Madinah dan sekaligus sebagai ulama hadits, dia pernah diminta oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk menuliskan hadits-hadits Nabi saw.
4. Al-Ramahurmuzi (265 H – 360 H)
Ia adalah Abu Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi. Ia adalah seorang imam hafiz, seorang muhaddits non-Arab, dia menulis, menyusun, dan melahirkan berbagai karya ilmiah mengikuti jejak para ulama hadits sebelumnya. Di samping itu ia juga seorang akhbari, sejarahwan, dan juga ahli syi’ir. Pada aba keempat Hijriah, bermunculanlah ilmu-ilmu yang mandiri, di antarnya ialah bidang ilmu Musthalah al-Hadits. Dalam bidang itu, yang pertama menulis kitabnya adalah al-Ramahurmuzi dengan judul al-Muhaddits al-Fashil bayn al-Rawi wa al-Wa’i.
5. Bukhari (194 – 256 H)
Ia adalah Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai) al-Bukhari. Bukhari mulai mempelajari hadits sejak sebelum usianya mencapai 10 tahun. Ia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu hadits, ia melakukan perlawatan ke berbagai daerah, seperti ke Syam, Mesir, al-Jazair, Basrah, Hijaz, Kufah dan Baghdad. Ia adalah orang yang pertama menghimpun hadits-hadits Shahih saja di dalam karyanya yang terkenal, yaitu Shahih al-Bukhari. Bukhari sangat selektif dalam menerima hadits, bahkan dalam rangka kehati-hatiannya dia terlebih dahulu mandi dan menunaikan shalat dua rakaat sebelum menuliskan suatu hadits ke dalam kitabnya tersebut.
6. Muslim (204 – 261 H)
Ia adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi. Dia mulai mempelajari hadits sejak usia sekitar 15 tahun. Diawali dengan mempelajri hadits dari guru-guru yang ada di negerinya, selanjutnya ia melakukan perlawatan ke luar daerahnya. Di antar guru yang ditemuinya adalah Imam Bukhari, Imam Ahmad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih, Zuhair ibn Harb, dan lainnya yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Dia meninggalkan lebih dari 20 karya dalam bidang hadits dan disiplin ilmu lainnya. Karyanya yang paling terkenal adalah al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasul Allah. Seperti halnya Imam Bukhari, ia juga sangat ketat dalam menilai dan menyeleksi hadits yang diterimanya.
7. Imam Abu Daud (202 H – 275 H)
Ia adalah Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishak as-Sijistany. Sama halnya dengan Imam Bukhari dan Imam Muslim, ia senantiasa berkelana berkeliling negeri-negeri tetangga, untuk mencari hadits dan ilmu-ilmu lain. Ia seorang yang hafiz, Bahrul Ulum, muhadditsin yang terpercaya, intelektual yang tinggi dalam segala disiplin ilmu pengetahuan keagamaan, terutama yang berkenaan dengan hadits. Beliau menyusun kitab yang dikenal dengan nama Sunan Abu Daud dan kitab ‘Ilalul Hadits.
8. Imam At-Turmuzi (200 H – 279 H)
Ia adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah. Ia adalah seorang murid Imam Bukhari di bidang ilmu hadits dan ilmu Fiqh. Ia adalah seorang muhadditsin, seorang imam penghafal hadits yang terkenal dabith dan teguh hafalannya. Ia telah menyusun kitab Suanan Turmudzi yang lazim disebut Jami’ul-Turmudzi. Ia juga mengarang asy-Syamailul Muhammadiyah.
9. Imam Nasa’I (215 H – 303 H)
Ia adalah Abu Abdurrahman ibn Syu’aib ibn Ali al-Khurasani an-Nasa’i. Ia seorang muhadditsin yang kadar intelektualnya tinggi, hafiz dan wara’. Sebagimana imam hadits lainny, ia seorang yang gemar mengembara mencari hadits Nabi ke kota-kota besar, antara lain Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Ia menyusun 15 buah karya besar, semuanya di bidang hadits. Salah satu karyanya yang terkenal ialah Sunan Nasa’i.
10. Imam Ibnu Majah (207 H – 273 H)
Ia adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Jazid al-Qaswini. Beliau telah belajar ilmu hadits dengan mengunjungi beberapa negeri seperti Irak, Hijaz, Mesir, Syam, dan beberapa negeri lain. Ia mempunyai tingkatan yang tinggi dalam bidang hadits yaitu ketelitiannya dalam meriwayatkan hadits. Karangannya yang termasyhur ialah Sunan Majah.
11. Imam Ahamad ibn Hanbal (164 H – 241 H)
Ia adalah Abu Abdullah Ahmad ibn Hanbal. Seorang pembangun dan pendiri madzhab Hambali. Beliau pernah berguru pada Imam Syafi’I dan beliau mengembara ke Syam, Hijaz, Yaman dan negeri-negeri lainnya. Karyanya ialah Musnadul Kabir.
12 Imam Syafi’I (150 H – 204 H)
Ia adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris. Ia sejak usia 7 tahun telah hafal Al-Qur’an. Ia berangkat ke Baghdad untuk menemui murid-murid Imam Hanafi, berdiskusi masalah ilmu hadits dan Fiqh dan melahirkan pendpat Qaulun Qadim. Kemudian ke Mesir dan melahirkan pendapat Qaulun Jadid. Beliau belajar pada ulama-ulama di Mekkah di bidang Fiqh dan Hadits. Karena keahliannya di bidang Fiqh ia diangkat menjadi Mufti di Masjidil haram selam 9 tahun. Penduduk Mekkah menggelarinya Nashirul Hasits (penolong pemahamamn hadits). Karyanya banyak sekali, antara lain al-Musnad, Mukhtaliful Hadits, as-Sunan, al-Umm dan ar-Risalah.
12. Imam Malik ibn Anas (93 H – 179 H)
Ia adalah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn al-Haris. Dalam satu riwayat bahwa beliau berada dalam kandungan ibunya selama 3 tahun dan dilahirkan di kalangan rumah tangga yang ahli dalam bidang ilmu hadits dan hidup dalam masyarakat yang berkecimpung tentang hadits Nabi dan atsar. Beliau menghafal Al-Qur’an sejak masa kanak-kanak. Beliau seorang muhadditsin yang sangat dihormati oleh masyarakat Madinah. Sebelum memberi pelajaran hadits ia terlebih dahulu berwudhu’. Karyanya ialah Muwaththa’.
Referensi:
- Ash Shiddieqy, Hasbi. 1973. Sejarah Perkembangan Hadits dan Tokoh-tokoh Utama Dalam Bidang Hadits. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
- Rahman, Zufran. 1995. Kajian Sunnah Nabi Saw Sebagai Sumber Hukum Islam: Jawaban Terhadap Aliran Ingkar Sunnah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
- Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar