Jumat, 16 September 2011

ORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTREN

ORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTREN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepesantren
Dosen Pembimbing:
H. Imam Ibnu Hajar, M.A.



Disusun oleh:
FATIMATUZZAHRO
0308376

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA SELATAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan nasional adalah pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan arah dan asas perikehidupan dalam keseimbangan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat seluas-luasnya dalam pelaksanaan pembangunannya.Tujuan dari pembangunan nasional pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus menerus mengalami kemajuan dan perbaikan kea rah tujuan yang ingin dicapai.
Pembangunan nasional salah satunya sangat erat kaitannya dengan pembangunan pendidikan, termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren. Selanjutnya agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan berhasil maka dibutuhkan system pendidikan yang efektif. Salah satu alat di dalam menjalankan system pendidikan tersebut ialah organisasi.
Untuk itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenai organisasi di dalam pengembangan dan pembinaan pondok pesantren, meliputi: peranan organisasi, prinsip-prinsip organisasi, pengorganisasian dan fungsi pondok pesantren, dan struktur organisasi pondok pesantren. 
BAB II
ORGANISASI PEMBINAAN PONDOK PESANTREN

A. Peranan Organisasi
Gibson, Ivancevich, dan Donelly mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Bahwa organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai suatu sasaran tertentu.
Organisasi juga dapat diartikan, yaitu suatu system interksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana system tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi.
Adapun dinamika organisasi disebabkan antara lain, oleh:
1. Adanya tujuan;
2. Adanya manusia sebagai unsure terpenting;
3. Adanya tata hubungan (relationship);
4. Adanya factor geografis, keadaan alam, letak atau daerah dimana organisasi melakukan kegiatan;
5. Adanya factor sosio psychologis termasuk politik, social budaya, ekonomi, agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi.



B. Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip oraganisasi yang sehat bagi pengembangan manajemen dikemukakan oleh F.X. Soejadi, sebagai berikut:
1. Adanya tujuan yang jelas baik secara ideal maupun operasional. Tujuan yang demikian akan menjamin adanya kesatuan pengertian, kesatuan arah, kesatuan sasaran, dan kesatuan tahap serta gerak dari semua unit organisasi dan anggota organisasi.
2. Adanya penjabaran fungsi-fungsi, tugas-tugas dan kegiatan pelaksanaan sejalan dengan luas sempitnya kegiatan dan tujuan yang ditetapkan. Dari uraian fungsi dan tugas akan melahirkan position classification (penggolongan jabatan), job analysis (analisa pekerjaan), dan job description (uraian pekerjaan). Hal ini akan manjamin adnya pembagian kerja (recruitment) serta penempatan kerja (placement) yang tepat.
3. Adanya penempatan dan penunjukan personil yang didasarkan atas pertimbangan objektif, yaitu dengan dimilikinya pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman sesuai dengan bidang-bidang yang ditetapkan. Hal ini akan menjamin prinsip penempatan jabatan the rigaht man in the right place.
4. Adanya penyebaran wewenang (authorithy) dan tanggung jawab (responsibilithy) yang seimbang. Prinsip ini akan menghindarkan adanya kesimpang siuran dalam proses pembinaan serta menghindarkan missed management dan memahami tugas pokok yang harus dijalankannya.
5. Adanya pelimpahan wewenag dan tanggung jawab (delegation of authority and responsibilithy) sampai kepada unit paling bawah. Hal ini akan memungkinkan adanya partisipasi dari setiap anggota dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga pengembangan kemampuan dan pengalamannya dapat dilaksanakan.
6. Adanya usaha untuk menciptakan kegairahan kerja dan Pembina ke arah dedikasi kerja bagi setiap anggota organisasi. Untuk itu setiap anggota organisasi perlu menciptakan:
a. Hubungan kerja (human relation) yang baik;
b. Perasaan ikut memiliki (sense of belonging) dari setiap anggota oraganisasi;
c. Adanya program motivatif (incentive program) bagi setiap anggota organisasi.

C. Pengorganisasian dan Fungsi Pondok Pesantren
Pengorganisasian adalah merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja yang fungsi-fungsinya beserta penetapannya dengan cara-cara yang tepat mengenai orang-orangnya yang harus menduduki fungsi-fungsi itu termasuk penetapannya dengan tepat tentang hubungan wewenang dan tanggung jawab.
Dengan demikian pengorganisasian dilakukan untuk pelaksanaan kerja dan pelaksanaan dari perencanaan, demi adanya pembagian kerja yang setepat-tepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara objektif setelah terlebih dahulu dilakukan dan ditentukan unit kerjanya serta fungsinya masing-masing.
Pondok pesantren yang dikarenakan peranan dan fungsi yang telah dimilikinya sejak awal perkembangannya, harus diarahkan kepada satuan pendidikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam guna mencetak ulama, dan sekligus juga sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader-kader pembinaan umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkungannya.
Oleh karena itu pembinaan pondok pesantren senantiasa diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan memberikan perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa di dalam pembinaan umat diperlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang. Dengan demikian intensifikasi pendidikan kejuruan lingkungan dan pengembangan masyarakat sangat diperluakan guna menopangnya.
2. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren diharapkan mampu memberikan bekal untuk hidup layak bagi alumni yang hidup dalam abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu untuk hidup dalam kepesatan bertambahnya penduduk dewasa ini.
3. Bahwa di dalam kenyataannya alumni pondok pesanren tidak seluruhnya ingin menjadi ulama dan tidak semuanya berbakat menjadi ulama. Di samping itu banyak drop-outs dan alumni dari pondok pesantren yang bekerja di luar bidang agama tanpa memiliki persiapan untuk sesuatu keahlian. Ditambah lagi dengan adanya kesukaran-kesukaran bagi para ualama/mubaligh yang menyampaikan agama tanpa elat pendekatan melalui teknik media modern serta tidak adanya keahlian yang menopang hidupnya sehari-hari.
Dalam fungsi kemasyarakatan pondok pesantren masih diperlukan pengembangan dan pembinaan, terutama mengenai:
1. Fungsi penyebaran agama (dakwah);
2. Fungsi sebagai komunikator pembangunan;
3. Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih diperlukan.
Dalam fungsi-fungsi tersebut diidentifikasikan peranan Kyai sebagai alternative ideal untuk menampung aspirasi masyarakat, serta peranan pondok pesantren sebagai lembaga terapi kejiwaan untuk mengatasi masalah kerawanan remaja. Agar peranan dan fungsi pondok pesantren dapat dikembangkan secara maksimal dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan, pondok pesantren perlu ditunjang dengan kegiatan-kegiatan dan sarana fisik.

D. Struktur Organisasi Pondok Pesantren
Salah satu usaha untuk menjamin adanya fleksibilitas dalam pengembangan pondok pesantren maka bentuk dan struktur oganisasi perlu disusun secara sederhana dengan menggambarkan dalam bentuk skema (organization chart), akan tetapi tetap harus jelas menggambarkan tujuan-ujuan pokok serta unsure-unsur kerja organisasi pondok pesantren tersebut.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pondok pesantren dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan untuk mencapai tujuannya, maka di dalam struktur organisasinya perlu ditetapkan hubungan antara tugas pekerjaan yang satu dengan yang lainnya, serta batas wewenang bagi pelaksana, fungsi serta tanggung jawab masing-masing.
Adapun struktur organisasi pondok pesantren dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan dapat disusun dalam bentuk yang luas dan dapat pula disusun dalam bentuk yang sederhana, sebagai berikut:
1. Pengelompokkan kerja ke dalam satuan-satuan organisasi didasarkan atas kesamaan sifat pelaksanaan tugasnya masing-masing.
2. Menjauhkan sesuatu fungsi menyeluruh dan tunggal bagi setiap satuan organisasi dengan menitikberatkan tercapainya kegiatan yang terpadu.
3. Menekankan koordinasi pada pembagian kerja dan pelksanaan kegiatan dalam seluruh organisasi.
4. Menempatkan fungsi dan tugas pokok yang penting pada tingkat jenjang organisasi yang sesuai, demikian pula fungsi-fungsi yang sedrajat pada tingkat yang sama.
5. Memberikan kesmpatan terhadp perluasan sewajarnya terhadap kegiatan-kegiatan melalui satuan-satuan organisasi yang ada.
6. Menentukan saluran perintah dan tanggng jawab organisasi melalui garis komando lini dan staf.







BAB III
PENUTUP

Demikian pembahasan mengenai oraganisasi pembinaan pondok pesantren. Dari pembahasaan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa peranan organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana dapat memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi. Sedangkan prinsip-prinsip dari organisasi di pondok pesantren, yaitu adanya tujuan, adanya pembagian tugas, adanya penempatan, adanya penyebaran dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta adanya usaha untuk kerjasama antar anggota.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja yang setepat-tepatnya. Sedangkan peranan dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan islam guna mencetak ulama, dan sekligus juga sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader-kader pembinaan umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkungannya.
Adapun struktur organisasi dalam pembinaan pesantren perlu disusun secara sederhana, akan tetapi tetap harus jelas menggambarkan tujuan-ujuan pokok serta unsur-unsur kerja organisasi pondok pesantren tersebut.






DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Jakarta: Tanpa Penerbit. 1988.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfa Beta. 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar